Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Gingsul yang Memenjara

18 Oktober 2020   07:10 Diperbarui: 18 Oktober 2020   07:14 383
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Mandy Zhang on Unsplash

Aku tidak mau dan takakan menerapkannya, bukan tipe demikian. Aku tidak melakukan perselingkuhan di kantor. Istriku terlalu baik untuk diselingkuhi.

Malam ini aku berencana mengajaknya ke depot soto gebrak di Lapangan Roos. Pasti ia sudah menunggu kesempatan itu, makanan yang sudah diidamkan sejak tumbuhnya benih dalam perutnya.

Kegiatanku sore ini hanya tinggal mendampingi Vinny, pegawai sebuah perusahaan komputer, dalam menentukan menu prasmanan. Perusahaannya akan mengadakan acara peluncuran produk di kafe ini, berkat upaya keras setelah aku melakukan serangkaian promosi ke perusahaannya. Berkat rayuanku, pilihan Vinny jatuh ke tempatku.

Tidak sekali dua kali aku melakukan perundingan, beberapa kali melalui telepon dan pertemuan langsung dengan gadis lajang itu.

Sebagaimana karyawati metropolitan, dandanan Vinny amatlah serasi. Blazer hitam menutup blus putih tipis dan rok span pendek berwarna cokelat muda. Potongan yang demikian indah membalut tubuh langsing berkulit pualam itu.

Setelah beres pembayaran uang muka, mestinya sudah beres pula urusan hari ini. Aku bisa tenggo alias pulang tepat jam 5 sore.

Gadis berambut pendek berleher jenjang itu berbincang sejenak dengan General Manager yang lalu menoleh kearahku,

"Tolong temani Vinny pulang!"

"Tapi Pak....?"

"Kamu tahu tentang bisnis hospitality kan? Tentunya kita menerapkan pelayanan terbaik kepada pelanggan. Bukankah begitu, Bu Vinny?" Pandangannya menusuk. Kendati sedikit kesal aku berlaku manis kepada Vinny. 

Aku mengemudikan kendaraan dengan hati-hati. Di sepanjang perjalanan, Vinny riang bercakap-cakap.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun