Ketika Presiden Jokowi dan Ketua Umum DPP PDIP Megawati bertemu, diyakini akan menjadikan Prabowo dan Puan Maharani, sebagai titik temu pasangan yang akan mereka usung di Pilpres 2024.
Bagi Megawati, mengusung sosok Puan yang tak lain adalah putrinya sendiri tentu adalah pilihan paling logis. Menurutnya, tak ada kader PDIP selain Puan yang layak untuk diusung di pilpres 2024.
Tahun 2024 ini juga menjadi momentum Mega menjaga trah Soekarno dengan menjadikan Puan sebagai Presiden RI.
Berikutnya soal Jokowi-Gibran. Menurut pengamat, Gibran memperoleh ruang menjadi calon wakil presiden pada pemilihan 2024 berkat putusan Mahkamah Konstitusi (MK) terkait uji materi Undang-Undang Pemilu.
Dalam putusannya, MK menyatakan seseorang di bawah 40 tahun bisa menjadi capres maupun cawapres asalkan sedang atau pernah menduduki jabatan negara yang dipilih melalui pemilu, termasuk pemilihan kepala daerah.
Dan secara politis Gibran memiliki peluang untuk maju Pilpres karena terjadinya tarik-menarik antara Jokowi, Prabowo dan Megawati, soal cawapres yang akan mendampingi Prabowo.
Seandainya terjadi duet Prabowo-Ganjar, pasti kemenangan akan diraih dengan lebih mudah mengingat PDIP dan Gerindra adalah pemenang pertama dan ketiga Pemilu 2019.
Tetapi PDIP sebagai pemenang Pemilu 2019 tidak mungkin melepaskan Ganjar untuk berada di posisi wakil presiden. PDIP berikan Puan, tetapi Jokowi memilih Ganjar.
Hasilnya kemudian, seperti diketahui, Gibranlah yang menjadi pendamping Prabowo. Tentu saja bukan tanpa cawe-cawe Jokowi, tetapi di sini tidak harus dianggap negatif. Seperti SBY terhadap AHY dan Megawati terhadap Puan, demikian juga Jokowi terhadap Gibran. Wajar-wajar saja.
Menjadi pemimpin melalui pemilihan dengan prinsip meritokrasi
Dalam sistem dinasti, orang mendapatkan jabatan ditunjuk oleh sang raja.