Mohon tunggu...
budi prakoso
budi prakoso Mohon Tunggu... Wiraswasta - mari jaga kesehatan

seorang yang gemar berolahraga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Refleksi dari Palestina, Rawat Solidaritas Kebangsaan dan Kemanusiaan

20 Mei 2021   00:08 Diperbarui: 20 Mei 2021   00:13 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Baru saja umat muslim di seluruh dunia merayakan hari raya Idul Fitri. Bahkan, perayaan Idul Fitri ini sungguh sangat special, karena bertepatan pula dengan peringatan Isa al Masih, yang dirayakan oleh umat Kristiani. Di Indonesia, moment ini tentu sangat bersejarah. Hal ini pun membuktikan bahwa toleransi antar umat beragama di negeri ini, sangat terjalin dengan baik. Meski dalam perkembangannya, masih saja ada pihak-pihak yang terus menebar provokasi dan propaganda radikalisme, untuk merusak toleransi dan keberagaman yang memang sudah ada sejak dulu. Dan hingga saat ini, kita semua masih bisa menjaganya, dengan tetap berdampingan dalam keberagaman.

Namun, Idul Fitri tahun ini justru memberikan duka yang mendalam, karena di Palestina justru terjadi konflik. Israel kembali menyerang dengan membabi buta hingga saat ini. Ironisnya, tidak sedikit dari anak-anak Palestina yang meninggal akibat serangan tersebut. Konflik panjang antara Israel dan Palestina masih terus terjadi, bahkan sudah puluhan tahun yang lalu.

Berbagai pihak terus mengupayakan perdamaian agar keduanya tidak saling berkonflik lagi. Namun hingga saat ini, keduanya masih belum menemui titik temu. Sebagai negara yang sangat mengedepankan perdamaian dan kemanusiaan, tentu perlu untuk terus memberikan dukungan. Untuk apa? Karena kita semua pada dasarnya dilahirkan secara merdeka, bukan dalam kondisi untuk saling berkonflik. Hal ini juga merupakan bentuk solidaritas kita sebagai umat manusia. Siapapun yang melukai nilai-nilai kemanusiaan, maka semua pihak harus menyuarakan perlawanan. Tidak peduli berasal dari negara mana pun.

Namun, peristiwa yang terjadi di Palestina, juga bisa kita jadikan introspeksi buat kita semua. Jangan sampai memelihara konflik berkepanjangan. Jika ada perselisihan, secepatnya segera dicarikan solusinya, agar tidak terjadi konflik yang berkepanjangan. Indonesia pernah punya sejarah konflik yang bernuansa SARA. Dan peristiwa ini tentu menjadi pengalaman yang sangat bersejarah bagi Indonesia, karena kita berhasil melakukan rekonsiliasi dan tidak terulang lagi konflik serupa. Meski kita tahu, saat ini kelompok intoleran masih sering menyulut permusuhan, agar diantara kita tetap saling berkonflik satu dengan yang lainnya.

Konflik antara Palestina dan Israel, adalah salah satu contoh jika api amarah terus disulut, akan sulit menemui titik damai. Sementara, seringkali mereka lupa bahwa generasi penerus kedua negara tersebut terus tumbuh. Jika sedari kecil sudah disuguhi dengan konflik, maka mereka pun juga akan tumbuh menjadi generasi yang penuh dengan amarah.

Untuk itulah, kita juga harus bisa melihat segala bentuk konflik secara obyektif, agar kita juga bisa mengetahui persoalannya secara utuh. Jangan sampai kita berkoar-koar di media sosial, tapi kita tidak tahu persoalannya. Dalam kondisi ini, kelompok intoleran seringkali menyusupkan konsep khilafah sebagai bentuk solusi. Dan jika kita tidak bisa mencerna dengan baik, bisa jadi kita akan terjerumus dalam konsep kemerdekaan yang salah. Khilafah jelas bukanlah solusi. Bahkan dalam negara-negara Islam di Timur Tengah pun, tidak ada negara yang menerapkan sistem tersebut.

Sekali lagi, mari kita belajar bersama dari konflik Palestina -- Israel. Jika diantara kita bisa saling merawat solidaritas, dengan tetap mengedepankan paham kebangsaan, perdamaian dan kemanusiaan, semestinya konflik berkepanjangan tersebut tidak perlu terjadi. Salam perdamaian dan kemanusiaan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun