Mohon tunggu...
Sudut Kritis Budi
Sudut Kritis Budi Mohon Tunggu... Entrepreneur dan Penulis

Penulis opini hukum dan isu-isu publik. Menyuarakan kritik konstruktif berbasis hukum dan nilai keadilan. Karena negara hukum bukan sekadar jargon.

Selanjutnya

Tutup

Hukum

Silfester, Relawan Jokowi Divonis 1,5 Tahun Tapi Masih Jadi Komisaris: Negara ke Mana?

5 Agustus 2025   06:51 Diperbarui: 5 Agustus 2025   06:51 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: Ilustrasi digital oleh AI (Dihasilkan menggunakan ChatGPT oleh OpenAI)

Jika pernyataan Silfester terbukti tidak benar, maka ini patut diduga sebagai rekayasa narasi untuk menciptakan ilusi moralitas, seolah ia bukan lagi seorang terpidana.
Ini bukan sekadar persoalan pribadi, tapi permainan opini yang merusak akal sehat publik.

🏛️ Jabatan di BUMN: Bukti Sistem Tidak Bekerja?
Dalam periode belum dieksekusi itu, Silfester justru diangkat menjadi komisaris di ID Food, sebuah perusahaan BUMN strategis.
Ini mengundang pertanyaan mendasar: bagaimana mekanisme rekrutmen komisaris dilakukan?

Apakah riwayat hukum seorang calon pejabat publik tidak menjadi bagian dari proses due diligence?
Atau, lebih menyakitkan lagi: Apakah vonis pidana tidak dianggap penting asal tokohnya dekat dengan kekuasaan?

Jika benar begitu, maka negara ini sedang menormalisasi krisis integritas dalam birokrasi.

🚨 Negara Ke Mana? Ketika Hukum Menyerah pada Kuasa
Kisah Silfester mencerminkan sebuah masalah akut dalam sistem penegakan hukum dan politik kekuasaan di Indonesia:
1. 📉 Vonis inkrah bisa diabaikan selama bertahun-tahun,
2. 🪑 Terpidana bisa jadi pejabat publik,
3. 🗞️ Opini publik dimanipulasi dengan klaim sepihak yang ternyata fiktif.

Kita patut bertanya: Negara ke mana?
Apakah hukum hanya berlaku untuk mereka yang tak punya akses ke lingkar kekuasaan?

📢 Penutup: Negara Tak Boleh Buta, Apalagi Bungkam
Sudah saatnya kita sebagai warga negara tidak diam melihat hukum dipermainkan.
Penegak hukum harus menjawab:
Mengapa eksekusi Silfester tertunda selama 6 tahun?
Siapa yang mengizinkan terpidana menjadi komisaris?
Dan mengapa sistem bisa diam melihat semua ini terjadi?
Hukum harus berlaku sama untuk semua, bukan tunduk pada relasi politik.
Jika negara gagal mengeksekusi putusan pengadilan sendiri, maka bukan hanya keadilan yang mati tapi juga kepercayaan rakyat pada republik ini.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun