Mohon tunggu...
Bambang Trihatmojo Respati
Bambang Trihatmojo Respati Mohon Tunggu... Buruh - -

Seorang awam yang gemar mengomentari tentang banyak hal tanpa berbasis data dan teori.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

How Much Freedom Is Too Much?

12 April 2020   03:03 Diperbarui: 12 April 2020   04:03 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tapi yang membuat saya kesal adalah banyaknya media online yang mengiklankan berita dengan judul yang relatif misleading. Selain judul berita yang misleading, kualitas isi beritanya juga sering hanya sebatas "kejar kuantitas" dan, menurut saya, hanya pantas dijadikan konten blog.

Selain menjamurnya media yang tidak bertanggung jawab, kebebasan informasi juga berarti lahirnya netizen pakar segala hal dan penyebar segala hal.

Akses terhadap informasi yang terbuka lebar berarti khalayak punya banyak pilihan sumber dan jenis informasi untuk dikonsumsi. Dari yang valid sampai yang hoax. Dari yang berimbang sampai yang hanya sebelah.

Akses terhadap informasi yang terbuka lebar berarti juga terbukanya akses terhadap alat atau media oenyebar informasi. Yang juga berarti mudahnya berbagai jenis informasi untuk dikonsumsi khalayak. Dari yang valid sampai yang hoax. Dari yang berimbang sampai yang hanya sebelah.

Dari soal kepakaran, terbukanya akses ke sumber pengetahuan membuat banyak orang yang berkemampuan untuk belajar satu dua hal melalui internet. Yang positif dari hal ini adalah meningkatnya wawasan seseorang.

Tapi negatifnya adalah akan ada juga yang baru tahu sedikit, dan mungkin tahunya hanya dari sumber yang tidak sahih di internet, tapi lalu mendaku atau bertingkah layaknya pakar. Mereka merasa tahu dan pintar akan banyak hal dan lalu melemparkan opini mereka ke ruang publik.

Tidak ada yang salah dengan melempar opini ke ruang publik. Bahkan melempar opini ke ruang publik bisa jadi bahan belajar karena opini tadi akan membuka ruang diskusi (atau debat). Masalahnya, opini dari seseorang seringkali akan sangat kental dengan pandangan pribadi dan keberpihakan. Dan opini yang dilemparkan ke ruang publik tersebut tak jarang dikemas atau disampaikan seolah-olah sebagai fakta.

Masalah muncul ketika hoaks atau opini tadi ditemukan oleh orang-orang yang kebetulan sepemikiran dengan si penyebar hoaks atau si pemilik opini. Dan orang-orang ini mempercayai begitu saja apa yang mereka baca tanpa mau memverifikasi kesahihannya.

Bagi sebagian orang, sesuatu adalah benar selama sejalan atau mendukung keyakinannya. Dan banyak di antara mereka yang enggan memverifikasi atau mencari tahu lebih lanjut karena takut apa yang akan mereka temukan nanti akan berseberangan dengan apa yang mereka yakini atau bahkan menghancurkan fantasi mereka.

Hal-hal di atas adalah beberapa pengamatan saya soal konsekuensi dari sebuah kebebasan.  Meskipun tidak selamanya positif, saya tetap mendukung kebebasan informasi.

Sebagai konsumen, kitalah yang harus pandai dan bijak dalam menyaring asupan informasi dan juga bijak ketika menyebarkan sebuah informasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun