Mohon tunggu...
Hotgantina S
Hotgantina S Mohon Tunggu... Guru - Hidup untuk berbagi. Berbagi untuk hidup.

Pengajar yang terus belajar. Suka makan coklat, minum teh dan mendengar suara gitar.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

(Sumpah) Pemuda: Dulu dan Sekarang

28 Oktober 2016   23:50 Diperbarui: 29 Oktober 2016   14:46 1264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Latar belakang para pemuda ini pun beragam. Mulai dari barat sampai timur Indonesia. Suku dan agama juga beragam. Tapi, keberagaman itu tak menyulutkan langkah mereka untuk bersatu. Tak ada caci-maki karena SARA. Malah, mereka menganggapnya sebagai keuntungan yang harus dijaga. Sumpah mereka dijalankan. Buktinya, kita bisa menikmatinya sekarang.

Sebagai salah seorang pemuda bangsa, aku malu melihat kaumku sekarang. Kebanyakan kami mudah tersulut dan tanpa pikir panjang membuat keonaran. Isu suku, agama, ras dan adat-istiadat mudah sekali jadi bahan perpecahan. Bukan sumpah persatuan yang diikrarkan malah sumpah serapah yang menghujat satu sama lain. 

Kecanggihan jaman dan kemudahan fasilitas juga belum kami maksimalkan untuk membangun bangsa. Di media sosial, kami lebih banyak curhat tak penting, pamer berlebihan, membagikan informasi yang tidak positif, berkomentar negatif bahkan menjelek-jelekkan antar pemimpin daerah. Seharusnya kami menggunakan kecangihan fasilitas ini dengan baik untuk memajukan bangsa dan negara.         

Rasa lebih bangga menggunakan bahasa asing dan ikut-ikut budaya asing juga semakin meningkat. Belajar bahasa dan budaya asing memang baik dan menguntungkan. Tapi,jika kita lebih membanggakan milik bangsa lain daripada milik sendiri itulah yang menjadi permasalahan. Seolah-olah generasi saat ini tak menghargai bahasa persatuan yang sudah diperjuangkan sejak dulu. Sudah saatnya kita bangga berbahasa persatuan: Bahasa Indonesia! 

Sudah seharusnya juga kita perlu menengok ke belakang. Kita perlu belajar dari sikap tokoh-tokoh yang memperjuangkan persatuan meski kecanggihan masih terbatas. Isu SARA harusnya tak dipandang sebagai masalah. Bukankah sejak dahulu kala kita sudah beragam? Dan bukankah keberagaman itu indah jika dilestarikan?

Semoga pemuda-pemudi bangsa kini terus berusaha untuk berkontribusi positif bagi kesatuan dan persatuan. Semoga Sumpah Pemuda yang diikrarkan dulu tetap berjalan dan nyata dalam karya pemuda-pemudi. Semoga pemuda-pemuda kini berlomba-lomba mencapai tujuan yang sama: Indonesia satu, mari majukan bersama!

Selamat Hari Sumpah Pemuda! 

Cikarang, 28 Oktober 2016. 

Sumber bacaan:

http://www.bintang.com/lifestyle/read/2351011/13-tokoh-penting-sumpah-pemuda-yang-harus-selalu-kamu-ingat

https://www.selasar.com/politik/siapa-sajakah-5-tokoh-sumpah-pemuda

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun