Mohon tunggu...
Bryan Jati Pratama
Bryan Jati Pratama Mohon Tunggu... Penegak Hukum - Author of Rakunulis.com

Qu'on s'apprête et qu'on part, sans savoir où on va

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Roket

21 Maret 2019   23:47 Diperbarui: 22 Maret 2019   00:04 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : alphacoders.com

Sejak kecil aku pengejar mimpi. Untuk terbang. Cita cita bukan pilot. Tapi seorang astronot.

Mungkin dulu belum tau. Seberapa tinggi atmosfer bumi. Padahal diatas pohon saja. Kaki rontok bergetar ngeri.

Aku ingin melihat belahan dunia. Beserta bulat matanya. Deruku melaju membumbung. Menembus mega lubangi mendung.

Neil. Maafkan. Tak sampai aku mendarat. Ditempat dulu kakimu berpijak. Dikala nafasmu tersendat.

Neil. Lihat. Roketku tak mau tinggal di bulan. Memilih sisa jadi ledakan. Puing tercecer di pelataran.

Neil. Yang terduduk diatas bongkah batu. Termangu. Tak sempat sambut seorang. Yang baru ingin bertemu.

Neil. Menangis tersedu-sedu. Menunjuk ke ruang hampa. Dimana kepinganku melayang di angkasa.

Dikedip kerlip jutaan bintang. Serpih aku benar terbang. Mengorbit abadi kepada bumi. 

Selamanya menjadi.

Jakarta, 10.00
21 Maret 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun