Mohon tunggu...
Bryan Hilton Imbiri
Bryan Hilton Imbiri Mohon Tunggu... Lainnya - Petualang...Penikmat Kopi dan Pecinta Wine

Saya Pencinta Budaya Nusantara Khususnya Papua, Pemerhati Lingkungan, Petualang, penyuka Tantangan Penikmat Kopi dan Pecinta Wine.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Pikiran Manusia

3 Januari 2022   20:46 Diperbarui: 3 Januari 2022   21:16 1091
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Manusia adalah mahluk yang berpijak pada prinsip-prinsip berpikir rasional dan mampu bekerja sama didalam lingkungannya, karena itu manusia menjadi mahluk yang paling dominan di bumi ini, oleh karenanya manusia mampu mengubah wajah dunia, akibat dominasi manusia diantara mahluk lainnya.

Perubahan dunia ditandai dari mulai musnahnya ratusan spesies hewan dan tumbuhan,  akibat dari ekploatasi alam oleh manusia secara besar-besaran yang mengakibatkan rusaknya atmosfer bumi, juga akibat polusi yang ditimbulkan asap industri dan aktivitas sehari-hari, dampak dari kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang tanpa disadari, pada ahirnya justru akan  memusnahkan manusia itu sendiri.

Kemajuan manusia dalam mengembangkan ilmu pengetahuan telah merubah tatanan kehidupan dimuka bumi, dan peradaban manusia, termasuk hubungan sosial antar manusia.  

Oleh karena itu tidak heran jika banyak ahli Filsafat dan pakar ilmu pengetahuan mencoba menyelidiki dan  memahami apa yang terjadi dengan pikiran manusia dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan hubungannya dengan perubahan peradaban manusia.

Para filsuf berpendapat,  bahwa pada dasarnya manusia dipahami sebagai mahluk yang berakal budi; dengan akalnya manusia mampu bermimpi tentang masa depan,  dengan budinya manusia mampu bekerja sama, dengan akal budi manusia mampu mewujudkan pemikiran tersebut, agar impiannya menjadi realita.

Yang menarik juga adalah mengapa manusia selalu bermimpi tentang masa depannya ?  Kerena pada hakekatnya manusia adalah mahluk yang tidak pernah merasa puas dengan masa kini, selalu ingin berubah dan mengubah diri mencari kepuasan diri,  dan setiap perubahan selalu akan berdampak pada tatanan kehidupan yang ada.  

Bagai pedang bermata dua disatu sisi mengubah untuk mendapatkan rasa puas, disisi lain perubahan justru menimbulkan masalah mulai dari yang kecil sampai dengan merusak alam dan lingkungan. itu adalah kodrati dari suatu perubahan.

Manusia modern mulai berpikir, bahwa setiap perubahan harus selalu dijaga ekosistemnya. Kenikmatan dan kemudahan yang didapat dari perubahan,  tidak boleh lebih kecil daripada kerusakan yang ditimbulkan akibat perubahan tersebut. Keseimbangan ekosistem menjadi landasan untuk merealitakan pikiran dan mimpi.

Selain itu, manusia juga adalah mahluk emosional yang mampu dan membutuhkan rasa kasih sayang antar sesama, dan dengan mahluk hidup lainnya, bahkan dengan  benda mati sekalipun.  

Manusia selain individual yang bersifat personal, disisi lain manusia juga mahluk sosial, yang tidak bisa hidup sepi menyendiri, tetapi membutuhkan pergaulan dan interaksi dalam komunitasnya.

Karena manusia berakal budi, beremosi dan bersosial itulah,  maka timbulah peradaban manusia dengan segala kompleksitasnya, yang mempengaruhi kehidupan sosial secara umum.  

Sehebat-hebatnya manusia mempengaruhi kehidupan sosial dan mengubah dunia, tidak bisa dipungkiri akan kodratinya sebagai manusia yang dicirikan dengan kenyataan bahwa setiap orang akan mengalami penderitaan dalam hidupnya, yang wujudnya bisa dalam bentuk kecemasan, ketidak puasan, keputus asaan, kesedihan atau rasa penyesalan akan masa lalunya, dan semua penderitaan tersebut datang dari pikirannya sendiri.

Pikiran itulah yang menyebabkan manusia tak mampu menyadari, bahwa sebenarnya hidup ini betapa sederhana dan indah.
Untuk itu manusia harus bisa melepaskan diri dari pikiran yang membelenggu dirinya.
Manusia yang tidak bisa melepaskan dirinya dari kecemasan, ketidakpuasannya,  kesedihannya, menyebabkan selain tidak bisa menolong diri sendiri, juga cenderung menjadi penghambat bagi orang lain, bahkan penderitaan bagi orang lain, dan ahirnya membuat hubungan antar manusia tidak lagi harmonis, bahkan saling menindas dan menyakiti.

Pikiran manusia akan menghasilkan emosi dan perasaan.
Ada tiga ciri pikiran manusia yang mendasar, yakni
a.    tidak nyata,
        pikiran itu bukanlah kenyataan, melainkan tanggapan atas kenyataan, yang dibangun diatas abstraksi konseptual atas kenyataan.

b.    sementara
        pikiran itu sifatnya hanya sementara dan akan terus berubah dan berubah.
       perubahan tersebut sangat tergantung pada situasi dan keadaan yang dialaminya.

c.    rapuh.
       sesungguhnya pikiran itu rapuh, apa yang dipikirkan sama sekali belum tentu benar, dan celakanya keyakinan atas pikiran justru  
       cenderung mengarah pada sifat destruktif,  mengibakan  kesalahan dan penderitaan.

Pikiran yang mudah berubah menandakan akan kerapuhan dari semua bentuk pikiran.
Banyak orang mengira, bahwa pikiran adalah kenyataan, kebenaran.
Emosi dan perasaan hati, dianggap sebagai realita, sehingga kesulitan untuk menjaga jarak antara emosi dan pikirannya sendiri.
Untuk melihat emosi dan pikiran ada dua kemungkinan, yakni
a.    Ekspresi
       berarti mengeluarkan semua pikiran dalam bentuk tindakan ataupun kata-kata, dan biasanya, orang lain akan menjadi obyek dari
       tindakan ini, sehingga ada yang merasa terhina, yang menimbulkan pembalasan, dan kekerasan, yang akan menciptakan  
       keresahan sosial.

b.    Represi
        Represi berarti menekan dan menelan semua emosi dan pikiran yang muncul, sehingga menimbulkan sakit yang luar biasa dan  
       terkubur dalam jangka panjang, menyebabkan penyakit fisik, karena itu represi akan menciptakan masalah personal

Banyak orang yang terjebak di antara keduanya, tidak dapat keluar dari pikiran dan emosi yang dianggap nyata.
Sebagai jalan keluarnya, maka dibutuhkan observasi.

Observasi berarti mengamati muncul dan bergantinya pikiran dengan seksama.
Kita mengamati pikiran dari satu obyek ke obyek lainnya, melihat bagaimana emosi, perasaan dan pikiran terbentuk, dan kemudian berlalu. Sehingga terciptalah jarak dengan segala hal yang muncul di benak kita, bahwa semua adalah kebenaran.

Pikiran manusia selalu berubah, hal ini karena pengalaman seseorang yang selalu berubah. Kesan dan pengalaman seseorang akan mempengaruhi sikap hidup manusia.
Kesan muncul dari pengamatan, yang berdasarkan pada indera dan pikiran, dan kemudian kesan, yang akan melahirkan pendapat, pendapat akan mendorong tindakan, yang akan membentuk realitas, dan realitas itu diamati lagi dengan indera dan pikiran.
Begitu seterusnya.
 
Dari sini bisa disimpulkan, bahwa realitas adalah hasil dari bentukan pikiran manusia. Karena pikiran berubah seturut pengamatan dan kesan, maka realitas hidup pun berubah.
Pikiran berubah, penyebabnya, mulai dari kondisi biologis sampai sosial politik,  karena itu pikiran bukanlah kebenaran.
Pikiran bisa salah,  bahkan seringkali salah.
Realitas hasil ciptaan pikiran kita pun bukanlah realitas yang sesungguhnya.

Realita inilah bentuk wujud dari mimpi manusia masa lalu, karena realita bukanlah yang sesungguhnya, oleh karena itu manusia selalu bermimpi tentang masa depannya.  Manusia tidak pernah merasa terbebas dari mimpi-mimpinya, karena emosi manusia yang tidak pernah merasa cukup untuk berpuas dan bersyukur.

Manusia yang tidak pernah merasa puas, adalah manusia tidak pernah merasa bebas, padahal kebebasan yang paling hakiki  adalah yang bebas dari pikirannya sendiri artinya tidak diperbudak oleh pikirannya.  
Jangan percaya dengan pikiran, gunakan pikiran seperlunya, jangan pandang sebagai kebenaran mutlak, berpikir dengan jernih untuk menyingkapi berbagai hal dalam hidup, dan bersyukurlah untuk hidup saat ini.
Rasa syukur adalah emosi dan  pikiran yang tidak akan terpengaruhi, disini manusia akan mengalami kebebasan yang sesungguhnya


Jadilah bijak:  syukurilah hidup: ketika sedih, bersedihlah, ketika gembira, bergembiralah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun