Mohon tunggu...
Asep B
Asep B Mohon Tunggu... Editor - Asep Burhanudin mantan wartawan yang masih giat menulis

Ada bersahaja

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Turut Memahami Peliknya Mitra Pengemudi Online, Antara Kebijakan dan Kenyataan

31 Oktober 2020   10:14 Diperbarui: 31 Oktober 2020   10:31 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Di fase ini pun banyak di antara mereka berakhir tragis. Tak satu unit mobil pun yang mereka miliki karena telah ditukar dengan kendaraan cicilan leasing. Ketika putus mitra, mbl diambil alih leasing .

Puncaknya, saat pandemi Covid-19 Maret 2020 lalu, omzet mereka melorot hingga 25 persen. Di masa sulit seperti ini, aplikator malah mencabut subsidinya. Dengan dalih penyesuaian, kedua aplikator tak lagi kucurkan insentif harian bagi mitranya. Gocar, yang lebih awal mencabut insentifnya saat Pandemi merebak, disusul Grab.

Gocar mengganti bonus harian menjadi  selisih pendapatan. Pendapatan mereka sudah dipatok Rp175 ribu per 12 jam operasional, dari pukul 08.00- 20.00. Gocar akan menambahkan selisihnya bila si pengemudi hanya memperoleh kurang dari Rp175 000 dengan syarat menyelesaikan10 trip perjalanan. Bila pendapatan mereka melebihi angka ini, Gocar tak berkewajiban berikan insentif.

Grab pun beberapa pekan kemudian mengikiti aturan ini. Besutan perusahaan Singapura ini mematok selisih Rp 216.000 prr hari. Tapi jumlah ini belum dipotong komisi buat perusahaannya. Dalam hitungan mereka, justru selisih yang diberikan Grab jauh lebih kecil.

Di saat mereka berkutat menghadapi menurunnya pendapatan, hadir dua aplikator baru, yakni Indrive dan Maxim. Keberadaan di aplikator ini mulai mendapat hati di masyarakat. Hal ini menjadikan mereka semakin terjepit. Orderan semakin sepi karena terbagi dengan aplikatot baru.

Kedua Aplikator baru ini mematok harga relatif murah karena tak memotong pendapatan sopirnya. Sementara Grab dan Gocar mematok 20 persen dari setiap ongkos perjalanan plus potongan lainnya. Walhasil, tarif kedua aplokator ini jauh lebih tinggi dari aplokator yang baru tadi. Ibarat sebuah kue,  yang semula dipotong untuk berdua kini harus dibagi empat aplikator.

Di atas kertas, sebetulnya pendapatan mereka saat ini sudah minus. Bila dianalogkan per harinya mereka meraih Rp 300 ribu, jumlah ini dipotong Rp 60 ribu (20 persen buat aplikator), hingga menjadi Rp.240 ribu. Bila dipotong pengeluaran bensin Rp 75ribu, kini bersisa Rp 165.000.

Bila mereka memiliki kewajiban cicilan mobilnya, misalnya Rp.4 juta/ bulan, berarti mereka harus menyisihkan per harinya Rp.135.000. Jadi total sisa uang hanya  tinggal Rp.30 ribu. Uang senilai ini harus cukup untuk menghidupi anak dan istrinya di rumah.

Padahal untuk mengumpulkan senilai ini mereka telah berjibaku dari pagi hingga larut malam. Sungguh pendapatan di luar UMR memang.

Lho kok masih ada cicilan leasing? Justru di sini benang merahnya. Ternyata relaksasi yang dicanangkan Preaiden Jokowidodo tidak seluruhnya menyentuh mereka. Bahkan program ini sebaliknya telah merontokan keberadaan mereka.

Berdalih akan mendata ulang, leasing diam diam menagih kemudian dikumulatifkan dengan tunggakan, yang sebetulnya dibuat leasing sendiri. Modusnya, sambil menunggu hasil survei terdampak Covid-19, cicilan mereka sengaja tidak ditagih. Ketika tiga bulan kemudian tiba tiba mereka dinyatakan nunggak tiga bulan. Karena nunggak itilah mereka dikatagorikan moral hazar, salah satu parimeter kreditur tidak mendapat relaksasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun