dari seorang anak yang miskin secara ekonomi tapi sangat bernilai dalam jiwa.
Menjelang peringatan hari proklamasi ke-80, mari merenung tentang makna kemerdekaan.
Kami lahir di tanah.
Mari merenung, apa benar kita sudah merdeka? yang kaya.
Kata buku, kata data, kata berita, emas mengalir di perut gunung kami, nikel mengalir dalam sungai yang kini berlumpur.
Kapal-kapal besar datang dan pergi membawa kekayaan dari bawah kaki kami,
tapi kami tetap berjalan dengan sandal jepit yang bolong dan dinding rumah dari papan yang lapuk.
Mereka bilang ini demi pembangunan.
Tapi entah pembangunan untuk siapa.
Di atas kertas, ekonomi tumbuh.
Tapi di meja makan kami, nasi tetap hanya ditemani garam.
Sekolah dibangun, tapi guru hanya datang sekali seminggu.
Puskesmas ada, tapi tanpa obat.
Jalan beraspal dibuat, tapi bukan untuk kami, itu untuk truk-truk tambang.
Kami pernah percaya pada hukum.
Tapi hukum hanya tajam ke bawah, tumpul ke atas.
Yang melawan dituduh makar. Yang bertanya disebut penghasut.
Sementara yang menjarah tanah dan meracuni sungai, duduk rapat sambil tersenyum, berlindung di balik tanda tangan dan seragam.
Kami tahu nama-nama mereka.
Yang munafik berseragam. Yang suci di podium tapi kotor di kontrak.
Yang menyebut Tuhan di awal pidato tapi menyembah uang dalam rapat anggaran.
Kami tidak buta. Kami hanya terlalu sabar.
Tapi sabar kami bukan kekalahan.
Ini adalah bara. Diam kami bukan tanda tunduk.
Kami belajar. Merekam. Menulis. Membangun dari akar.
Jika kami tak bisa mengubah dunia hari ini, kami akan mewariskan kebenaran pada yang akan datang.
Karena mereka boleh ambil tanah kami,
tapi tidak akan pernah mereka ambil kesadaran kami.
Dan kami akan terus hidup di luar sistem kalian, karena idealisme untuk masuk dan merubah dari dalam hanyalah omong kosong untuk mengisi perut kosong. Kami akan tidur tapi tidak akan pernah terlelap dalam penindasan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI