Mohon tunggu...
Bryan Pasek Mahararta
Bryan Pasek Mahararta Mohon Tunggu... Freelancer - Youth Society

Youth Empowerment | Broadcasting Enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jalan Terjal Revolusi Mental

19 Februari 2024   17:45 Diperbarui: 24 Februari 2024   12:04 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tahun 2014, masih ingat dalam benak kita soal jargon "Revolusi Mental". Sebuah janji kampanye yang mengantarkan Joko Widodo (Jokowi) menuju puncak karir politiknya sebagai presiden Indonesia. Betapa dukungan masyarakat terhadap janji politik Jokowi ini sejalan dengan runtuhnya kepemimpinan presiden sebelumnya, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang di masa akhir periodenya justru mengalami permasalahan pelik.

Mulai dari kerasnya oposisi PDI Perjuangan sampai jajaran kabinet dan petinggi partainya (Partai Demokrat) yang banyak terjerat kasus korupsi. Alhasil, kampanye "Revolusi Mental" pun sangat menonjol bahkan sampai memantik gerakan massa (people power) pada Pemilihan Umum 2014 silam.

Joko Widodo dengan Jusuf Kalla (Jokowi-JK) mendapatkan momentum yang tepat sebagai calon presiden dan calon wakil presiden. Berhadapan dengan Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa yang dianggap sebagai represetasi dari rezim SBY, bukanlah hal yang mudah.

Sejak tahun 2012, Jokowi sudah memenangi kontestasi Pilkada DKI Jakarta. Saat pemerintahan SBY mulai anjlok, disaat itulah Jokowi-JK tampil ke panggung gelanggang politik menjadi simbol harapan dan perubahan bagi kepemimpinan nasional.

Sebelum jargon revolusi mental dikampanyekan secara resmi, sosok Jokowi sendiri sudah melekat dengan arus perubahan terutama hal pengembangan industri otomotif nasional yang bernama mobil Esemka.

Mobil Esemka pertama kali diperkenalkan pada tahun 2007 oleh SMK Negeri 2 Surakarta dan mendapat perhatian dari masyarakat, termasuk Jokowi yang saat itu menjabat sebagai Walikota Solo. Esemka kemudian diproduksi oleh PT Solo Manufaktur Kreasi (SMK) yang didirikan pada tahun 2012.

Sekedar janji politik

Pengembangan prototype mobil Esemka yang digadang-gadang sebagai mobil nasional ini terus berbenah. Terbaru, untuk meningkatkan kualitas produk, mobil Esemka berencana meluncurkan model-model teranyar termasuk kendaraan listrik. Namun, sepuluh tahun berjalan rupanya mobil nasional itu belum juga hadir ditengah-tengah masyarakat.

Alih-alih serius mengembangkan produk, pemerintahan Jokowi justru membuka ruang bagi industri otomotif dari Cina dan Korea Selatan untuk berinvestasi mengembangkan mobil maupun motor listrik di tanah air. Bahkan, dibawah kendali seorang Luhut Binsar Panjaitan industri kendaraan listrik mendapatkan subsidi dari pemerintah.

Sama halnya dengan janji Esemka, sejak terpilihnya Jokowi-JK sebagai presiden dan wakil presiden Indonesia tahun 2014 menempatkan gerakan revolusi mental sebagai program prioritas pemerintah. Awalnya, program ini bertujuan untuk memperbaiki dan membangun karakter bangsa dengan mengacu pada nilai-nilai integritas, etos kerja, dan gotong royong.

Sayangnya, menjelang akhir periode jabatan justru gerakan revolusi mental ini semakin meredup seiring perubahan prinsip dasar perjuangan politik seorang Jokowi itu sendiri. Banyak yang menganggap revolusi mental gagal karena tidak memiliki indikator maupun target yang jelas dan terukur. Program ini hanya berupa slogan yang tidak dijabarkan menjadi kebijakan serta aksi konkret yang bisa dievaluasi dan dipertanggungjawabkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun