Mohon tunggu...
I Made Bram Sarjana
I Made Bram Sarjana Mohon Tunggu... Administrasi - Analis Kebijakan

Peminat pengetahuan dan berbagi pengetahuan.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Mempertahankan Momentum Pemulihan Ekonomi Bali di Masa Tahun Politik, Ketegangan Geopolitik, Krisis Energi, dan Perubahan Iklim

2 Desember 2023   05:00 Diperbarui: 3 Desember 2023   18:50 446
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali. Foto: KOMPAS/PRIYOMBODO

Sumber: LPEM FEB UI
Sumber: LPEM FEB UI

Asian Development Bank (ADB) dalam Asian Economic Outlook September 2023 memproyeksikan besaran pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2024 juga pada kisaran 5 persen. Proyeksi tersebut didasarkan pada meningkatnya permintaan/konsumsi domestik sepanjang tahun 2023. Peningkatan konsumsi domestik ini mengambil alih peran ekspor komoditas yang selanjutnya akan menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun 2023 -- 2024, sementara laju inflasi diperkirakan rata-rata sebesar 3 persen pada tahun 2024.[4] Pertumbuhan ekonomi kawasan Asia sebagai kawasan terdekat yang akan turut mempengaruhi perekonomian Indonesia juga diperkirakan akan terus menguat mencapai kondisi seperti sebelum pandemi.[5]

Sumber: ADB Outlook September 2023
Sumber: ADB Outlook September 2023

Walaupun ADB memproyeksikan perekonomian kawasan dan Indonesia akan menguat, hasil analis ADB juga menyebutkan potensi tekanan terhadap perekonomian akibat dampak El Nino berkepanjangan sepanjang tahun 2023 yang berpotensi mengganggu produksi pangan serta berimplikasi pada meningkatnya harga-harga bahan pangan.

Pemerintah dalam APBN 2024 menetapkan target yang sedikit lebih tinggi dari proyeksi ADB. Dalam APBN 2024, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2024 diproyeksikan berada pada kisaran 5,2 persen dan inflasi diproyeksikan berada pada kisaran 2,8 persen.[6]

Sumber: CNBC Indonesia
Sumber: CNBC Indonesia
Pembahasan asumsi dasar APBN 2024 antara pemerintah dan DPR RI tersebut juga telah mempertimbangkan masih tingginya  resiko dan ketidakpastian (risk and uncertainty) global akibat berkepanjangannya tensi geopolitik, suku bunga internasional yang diperkirakan masih tetap bertahan pada level tinggi yang berimplikasi pada tingginya biaya-biaya ekonomi dan volatilitas pada pasar keuangan keuangan global. 


Potensi perlambatan pertumbuhan perekonomian global terjadi akibat kebijakan berbagai bank sentral pada negara-negara di dunia melalui kebijakan moneter yang menetapkan tingkat suku bunga pada level tinggi dalam jangka waktu cukup lama (higher-for-longer). Langkah ini ditempuh untuk menjaga stabilitas nilai mata uang untuk mengantisipasi  dampak ketidakpastian pasar keuangan global. 

Suku bunga yang tinggi dapat menurunkan laju investasi yang akan menggerus pertumbuhan ekonomi global berada pada level relatif rendah dalam waktu yang cukup panjang (weaker-for-longer). Kondisi ini dapat menekan laju pertumbuhan ekonomi global berada pada level rendah dalam waktu yang cukup panjang.

Perubahan iklim global juga menjadi faktor yang perlu diperhitungkan sebagai salah satu pemicu resiko dan ketidakpastian perekonomian tahun 2024. Fenomena El Nino berkepanjangan yang mengakibatkan iklim kering sepanjang tahun 2023 telah mengakibatkan terjadinya gangguan produksi pangan. Berdasarkan hasil analisis data iklim global dalam periode yang cukup panjang, National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), Badan Oseanografis dan Atmosfer Nasional Amerika Serikat, menyimpulkan bahwa terdapat 62 persen kemungkinan bahwa El Nino masih akan terus berlanjut hingga antara bulan April-Juni 2024 khususnya pada bumi bagian utara.[7]

Di Indonesia, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi fenomena El Nino pada level moderat masih akan terus bertahan dan berakhir pada bulan Februari-Maret 2024. Hingga bulan Nopember 2023 berdasarkan peta prakiraan curah hujan BMKG, sebagian besar wilayah Indonesia diperkirakan mengalami curah hujan level rendah dan menengah. Kemarau berkepanjangan yang selanjutnya berubah drastis menjadi musim penghujan, apabila tidak diantisipasi dengan baik akan berpotensi mengakibatkan terjadinya bencana banjir, tanah longsor dan bencana lain yang dapat mengganggu produksi pangan nasional.

Sumber: BMKG
Sumber: BMKG

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun