Pendahuluan
Dampak dari penggunaan pupuk anorganik adalah menghasilkan peningkatan produkstivitas tanaman yang cukup tinggi. Akan tetapi penggunaan pupuk anorganik dalam jangka yang relatif lama umumnya berakibat buruk pada kondisi tanah. Tanah menjadi cepat mengeras, kurang mampu menyimpan air dan cepat menjadi asam yang pada akhirnya akan menurunkan produktivitas tanaman. Selai itu dampak negatip dari penggunaan pupuk kimia antara lain berupa pencemaran air, tanah, dan hasil pertanian, gangguan kesehatan petani, menurunya keanekaragaman hayati, ketidak berdayaan petani dalam pengadaan bibit, pupuk kimia dan dalam menentukan komoditas yang akan ditanam
Penggunaan pestisida yang berlebih dalam kurun yang panjang, akan berdampak pada kehidupan dan keberadaan musuh alami hama dan penyakit, dan juga berdampak pada kehidupan biota tanah. Hal ini menyebabkan terjadinya ledakan hama penyakit dan degradasi biota tanah. Penggunaan pupuk kimia yang berkonsentrasi tinggi dan dengan dosis yang tinggi dalam kurun waktu yang panjang menyebabkan terjadinya kemerosotan kesuburan tanah karena terjadi ketimpangan hara atau kekurangan hara lain, dan semakin merosotnya kandungan bahan organik tanah.
Untuk mengatasi masalah tersebut diatas salah satu solusinya adalah dengan penggunaan pupuk organik dalam bidang pertanian. Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari tumbuhan mati, kotoran hewan dan/atau bagian hewan dan/atau limbah organik lainnya yang telah melalui proses rekayasa, berbentuk padat atau cair, dapat diperkaya dengan bahan mineral dan/atau mikroba, yang bermanfaat untuk meningkatkan kandungan hara dan bahan organik tanah serta memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah ( Permentan Nomor 70, 2011)
Sumber Pupuk Organik
Pupuk organik dapat berasal dari berbagai jenis bahan organik. Sumber bahan untuk pupuk organik sangat beranekaragam, dengan karakteristik fisik dan kandungan kimia/hara yang sangat beragam sehingga pengaruh dari penggunaan pupuk organik terhadap lahan dan tanaman dapat bervariasi. Komposisi hara dalam pupuk organik sangat tergantung dari sumbernya. Menurut sumbernya, pupuk organik dapat diidentifikasi berasal dari pertanian dan nonpertanian. Dari pertanian dapat berupa sisa panen dan kotoran ternak. Sedangkan dari non pertanian dapat berasal dari sampah organik kota, limbah industri dan sebagainya. Pembagian sumber bahan dasar kompos secara lebih detail disajikan dalam Tabel 1. Bahan organik dari berbagai sumber ini sering dikomposkan terlebih dahulu untuk meningkatkan mutu nutrisinya.
Penggunaan pupuk organik dalam jangka panjang dapat meningkatkan produktivitas lahan dan dapat mencegah degradasi lahan. Pupuk organik atau bahan organik tanah merupakan sumber nitrogen tanah yang utama. Bahan/pupuk organik dapat berperan sebagai “pengikat” butiran primer menjadi butir sekunder tanah dalam pembentukan agregat yang mantap. Keadaan ini besar pengaruhnya pada porositas, penyimpanan dan penyediaan air, aerasi tanah, dan suhu tanah. Bahan organik dengan C/N tinggi seperti jerami atau sekam lebih besar pengaruhnya pada perbaikan sifat-sifat fisik tanah dibanding dengan bahan organik yang terdekomposisi seperti kompos. Pupuk organik/bahan organik memiliki fungsi kimia yang penting seperti: (1) penyediaan hara makro (N, P, K, Ca, Mg, dan S) dan mikro seperti Zn, Cu, Mo, Co, B, Mn, dan Fe, meskipun jumlahnya relatif sedikit. Penggunaan bahan organik dapat mencegah kahat unsur mikro pada tanah marginal atau tanah yang telah diusahakan secara intensif dengan pemupukan yang kurang seimbang; (2) meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah; dan (3) dapat membentuk senyawa kompleks dengan ion logam yang meracuni tanaman seperti Al, Fe, dan Mn.
Bahan organik juga berperan sebagai sumber energi dan makanan mikroba tanah sehingga dapat meningkatkan aktivitas mikroba tersebut dalam penyediaan hara tanaman. Jadi penambahan bahan organik di samping sebagai sumber hara bagi tanaman, sekali gus sebagai sumber energi dan hara bagi mikroba
Pengaruh Pupuk Organik Terhadap Sifat Kimia tanah
Penelitian terkait dengan pengaruh pupuk organik terhadap sifat kimia tanah dilakukan oleh Yuniarti dkk (2020) dengan perlakuan pupuk kompos, pupuk kandang dan pupuk kimia NPK. (tabel 2). Apabila dibandingkan dengan pH tanah awal (5,58) maka nilai pH tanah setelah perlakuan secara keseluruhan mengalami peningkatan termasuk perlakuan A (kontrol) yang tidak diberikan unsur hara sedikit pun. Naiknya pH tanah pada perlakuan A disebabkan oleh tanah yang tergenang. Secara umum penggenangan akan meningkatkan konsentrasi ion OH- sehingga pH tanah yang semula masam menjadi netral. Rata-rata hasil analisis uji statistik nilai kemasaman tanah (pH) meningkat pada perlakuan pemberian pupuk kandang dibanding dengan pemberian kompos jerami padi. Hal ini disebabkan pupuk kandang yang ditambahkan ke tanah akan terdekomposisi lanjut atau termineralisasi melepaskan mineral-mineral berupa kation-kation basa (Ca, Mg, Na, K) yang menyebabkan konsentrasi ion OH- meningkat sehingga mengakibatkan pH naik.
Perlakuan Kompos jerami + 50% N, P, K menunjukkan hasil kemasaman tanah yang paling rendah dibandingkan dengan perlakuan pupuk organik lain dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan kontrol. Hal ini disebabkan karena proses dekomposisi pada kompos jerami terdekomposisi lebih lambat dibandingkan dengan pupuk organik lain sehingga pH menurun. Tingkat kemasaman tanah akibat dari pemberian bahan organik bergantung pada tingkat kematangan dari bahan organik yang diberikan, batas kadaluarsa dari bahan organik dan jenis tanahnya. Jika penambahan bahan organik yang masih belum matang akan menyebabkan lambatnya proses peningkatan pH tanah dikarenakan bahan organik masih belum terdekomposisi dengan baik dan masih melepaskan asam-asam organik.
Tabel 2. Pengaruh jenis pupuk organik dan N, P, K terhadap pH dan P-tersedia
Pada prinsipnya pemupukan dengan pupuk kandang merupakan penambahan bahan organik pada tanah. Semakin besar dosis N, P, K yang diberikan tidak terlalu berpengaruh terhadap hasil P tersedia pada tanah. Kondisi ini mengakibatkan efisiensi pemupukan P menjadi rendah. Hal ini disebabkan unsur P pada 100% N, P, K pada perlakuan Pupuk kandang ayam + 50% N, P, K mengalami pengaruh susulan (residual effect), artinya pupuk yang diberikan sebagian tertinggal di dalam tanah. Hal ini juga dapat dilihat dari penyerapan P oleh tanaman pada perlakuan Pupuk kandang ayam + 50% N, P, K lebih rendah dibanding dengan perlakuan lainnya. Perlakuan kompos jerami + 50% N,P,K memiliki P-tersedia sebesar 12,55 mg.kg-1, berbeda nyata dengan perlakuan kontrol, begitu juga dengan perlakuan 100% N, P, K; Pupuk kandang sapi + 50% N, P, K; Pupuk kandang sapi + 100% N, P, K; Pupuk kandang domba + 50% N, P, K; Pupuk kandang domba + 100% N, P, K dan 100% N, P, K. Hal ini disebabkan unsur P banyak tidak tersedia di dalam tanah karena terfiksasi oleh Al dan Fe. Pada pH kurang dari 6,5 akan banyak terlarut Al, Fe, dan Mn yang mengikat P dalam tanah.
Penelitian yang dilakukan oleh Syofiani R dan Giska Oktabriana (2020) pada lahan tambang emas di Kabupaten Sijunjung, Provinsi Sumatra Barat yang menghasilkan limbah yang cukup besar salah satunya dalam bentuk Tailing. Tailing merupakan hasil pengelolaan lahan galian yang dapat mencemari lingkungan apabila masih mengandung toksik. Tailing berasal dari residu tambang yang sudah diambil bahan-bahan yang bernilai ekonomisnya seperti emas, perak dan tembaga.
Hasil analisis pH dan P-tersedia tanah setelah diinkubasi dengan pupuk guano dan mikoriza dapat dilihat pada Tabel 3 dan 4. Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa adanya peningkatan nilai pH setelah diinkubasi dengan pupuk guano dan mikoriza. Peningkatan pH tidak sama setiap perlakuan, hal ini disebabkan karena dosis pupuk guano dan mikoriza yang diberikan berbeda masing-masing tanah.
Penambahan bahan organik yaitu pupuk guano mampu mengadsorbsi kation, termasuk H+ sehingga kemasaman tanah berkurang dan pH menjadi meningkat. Mikoriza mampu meningkatkan pH tanah dan memperbaiki tingkat kesuburan tanah. Hal ini dikarenakan dengan adanya aktifitas dan metabolisme mikoriza menghasilkan dan melepaskan senyawa-senyawa organik yang berperan dalam mengikat kation-kation logam penyebab kemasaman tanah sehingga pH meningkat.
Tabel 3. Hasil analisa pH tanah
Pemberian mikoriza juga mempengaruhi peningkatan ketersediaan P tanah. Penambahan mikoriza mampu meningkatkan ketersediaan P, aktivitas mikoriza yang mampu melarutkan P yang terfiksasi melalui aktivitas enzim phospatase yang dapat mengurai hara dari keadaan tidak tersedia menjadi tersedia bagi tanaman dan menyerap hara khususnya fosfat yang konsentrasinya rendah dalam larutan tanah.
Tabel 4. Hasil analisa P-tersedia (ppm)
Akar yang bermikoriza dapat menyerap unsur hara dalam bentuk terikat dan tidak terikat bagi tanaman. Mikoriza juga dapat memberikan hormon seperti auksin, sitokinin dan giberelin, juga pengatur tumbuh seperti vitamin kepada inangnya.
Penelitian yang dilakukan oleh Walida H dkk (2020) mengenai penggunaan pupuk kotoran ayam pengaruhnya terhadap sifat kimia tanah. Penelitian dilakukan dengan perlakuan K0 = Kontrol (tanpa perlakuan), K1 = 1,5% (18,70 ton/ha), K2 = 3,0% (27,40 ton/ha), K3 = 4,5% (46,10 ton/ha), K4 = 6,0% (60,80 ton/ha). Hasil penelitian melaporkan bahwa pemberian bahan organik kompos kotoran ayam berpengaruh nyata terhadap sifat kimia tanah (pH tanah, C-organik, N-total, C/N, P-tersedia, dan KTK) pada Jenis Tanah Ultisol (tabel 5).
Tabel 5. Sifat kimia tanah (pH tanah, C-Organik, N-total, C/N, P-tersedia, KTK) akibat pemberian bahan organik kotoran ayam
Pemberian bahan organik kompos kotoran ayam sebanyak 46,10 ton/ha sampai 60,80 ton/ha signifikan memperbaiki sifat kimia tanah (pH tanah, C-organik, N-total, C/N, P-tersedia, KTK) pada jenis tanah ultisol.
Arif S
DAFTAR PUSTAKA
Hardjowigeno S. 1995. Ilmu Tanah. Penerbit Akademika Pressindo, Jakarta
Mulyani, O., E. Hidayat Salim, A. Yuniarti, Y. Machfud, A. Sandrawati, dan Marisa P.D. 2017. Studi perubahan unsur kalium akibat pemupukan dan pengaruhnya terhadap hasil tanaman. Jurnal Ilmiah Lingkungan Tanah Pertanian Vol. 15 (1).
Peraturan Menteri Pertanian. 2011. Pupuk Organik, Pupuk Hayati Dan Pembenah Tanah. Permentan Nomor 70/Permentan/Sr.140/10/2011
Simanungkalit R.D.M, Didi Ardi Suriadikarta, Rasti Saraswati, Diah Setyorini dan Wiwik Hartatik. 2006. Pupuk Organik Dan Pupuk Hayati (Organic Fertilizer and Biofertilizer). Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian. Badan Litbang Pertanian.
Sondakh T D, Doortje M.F. Sumampow dan Maria G.M. Polii. 2017. Perbaikan Sifat Fisik Dan Kimia Tailing Melalui Pemberian Amelioran Berbasis Bahan Organik. Eugenia, Volume 23 No. 3.
Syofiani R, Giska Oktabriana.S. 2020. Respon Pupuk Guano Dan Mikoriza Dalam Memperbaiki Sifat Kimia Dan Hasil Kedelai Pada Tailing Tambang Emas Di Kabupaten Sijunjung. Jurnal Agrium 17(2). P-ISSN 1829-9288. E-ISSN 2655-1837
Walida H, Darmadi Erwin Harahap dan Muhammad Zuhirsyan. 2020.Pemberian Pupuk Kotoran Ayam Dalam Upaya Rehabilitasi Tanah Ultisol Desa Janji Yang TerdegradasI. Jurnal Agrica Ekstensia Vol. 14 No.1.
Yuniarti, A., E. Solihin dan A.T.A. Putri. 2020. Aplikasi pupuk organik dan N, P, K terhadap pH tanah, P-tersedia, serapan P, dan hasil padi hitam (Oryza sativa L.) pada inceptisol. Jurnal Kultivasi Vol. 19 (1). ISSN: 1412-4718, ISSN: 2581-138x.