Mohon tunggu...
Bozz Madyang
Bozz Madyang Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Food Blogger

#MadYanger #WeEatWeWrite #SharingInspiringRefreshing #FoodBlogger - Admin Komunitas Kompasianer Penggila Kuliner (KPK) Kompasiana - Email: bozzmadyang@gmail.com - Instagram/Twitter: @bozzmadyang

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Food Blogger Jepret Makanan, tapi Makanannya Gak Enak, Gimana Ya?

2 Mei 2017   14:57 Diperbarui: 3 Mei 2017   00:38 1727
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lalu bagaimana jika makanan yang kita foto itu benar-benar gak enak?

Lebih ke selera umum sih yaa. Taruhlah misalnya makanannya keasinan, kepedasan, terlalu asem, ‘cemplang’ kalau orang Jawa bilang untuk menyebut racikan bumbunya tak ‘maching’. “Gak karuan” getu kira-kira. Pokoknya gak enak secara dasar. Artinya gak cocok dengan selera orang kebanyakan.

Apa yaa contohnya? Makanan ekstrem, mungkin seperti itu. Makanan ekstrem yang disajikan untuk lidah-lidah normal konsumennya. Makanan ekstrem di sini artinya lebih ke makanan yang mengandung cita rasa aneh, yang juga dari bahan dasar yang sudah aneh.

Food Blogger dan Food Photographer

Nah bagaimana kita sebagai food blogger/ food photographer memposisikan yaa, saat menemui makanan yang gak enak menurut kita, dan gak enak yang benar-benar gak enak. Sementara kita dituntut untuk memotret/ mereview makanan yang dimaksud. Mengetahui posisi posisi yang sebenarnya, menuntut kita harus  memegang kendali saat menuliskan/ memotret makanan untuk review.

Aku bilang sih mesti dipahami dulu bahwa foodblogger saat memposisikan diri sebagai foodphotographer jelas punya tugas utama. Tugasnya adalah membuat foto obyek keliatan menarik. Bagaimana obyek sedemikian rupa bisa dikemas dalam frame yang membuat orang ‘ngiler’ atau berselera saat melihat foto.

Sementara dalam posisi sebagai food blogger, lekat dengan soal konten resep, cita rasa makanan yang dituangkan dalam format penulisan, misalnya review. Bagaimana mengemas resep-resep makanan bisa mudah dipahami dan dipraktikkan nantinya oleh pembaca yang tertarik. Atau bisa dipahami tentang cita rasa sebuah makanan untuk dapat memberikan opini yang kemungkinan membuat pembaca memiliki khasanah pertimbangan jika ingin menikmati makanan yang sama.

Opini atau review yang jujur menjadi penting. Pasalnya jika opini kita tidak jujur, misalnya mengatakan makanan gak enak, tetap enak, pembaca bisa tidak akan percaya lagi. Padahal unsur kepercayaan ini penting, agar pembaca tetap mau membaca review/ tulisan kita seterusnya.

japan-kuliner-4-59083a2eb67e61cb48d456c0.jpg
japan-kuliner-4-59083a2eb67e61cb48d456c0.jpg
Ilustrasi. (GANENDRA)
Ilustrasi. (GANENDRA)
Makan Gak Enak, Foto Mesti Cakep, Gimana yaa?

Lalu bagaimana kita bersikap, saat foto-foto harus cantik sementara kita tahu makanannya gak enak (rasa)?  

Kejujuran memegang peranan penting, untuk menjaga kepercayaan orang/ pembaca. Sekali pembaca merasa ditipu sulit untuk memulihkan kepercayaan pada tulisan/ review kita.  Dari sisi foto, kembali kepada tuntutan foodphotographer untuk menciptakan foto-foto kuliner yang bagus, tentu kita tak bisa menyimpang dari ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun