Mohon tunggu...
Bosya Fitra Perdana
Bosya Fitra Perdana Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa UPN "Veteran" Jakarta

Kind words cost nothing

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Jurnalis Senior yang 'Cinta' pada Milenial

8 November 2020   22:30 Diperbarui: 8 November 2020   22:35 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Ketika kita hidup dimasa yang penuh perkembangan sosial yang pesat dimana perempuan mulai mengakusisi hak-haknya, orang dengan keterbatasan dibantu oleh fasilitas yang memadai, dan generasi millenial diberi kepercayaan dan menjadi ujung tombak negeri ini. Namun tidak selalu seperti itu faktanya, 28 Oktober 2020 kemarin salah satu sosok petinggi negara kita berkata "Apa sumbangsih kalian (milenial) terhadap bangsa dan negara ini? Masa hanya demo saja?" ujarnya dengan nada yang menyepelekan. Milenial di Indonesia-pun kini ada yang marah ingin membuktikan itu salah dan adapun yang layu seakan dirinya tak berguna.

Saya sebagai milenial yang masuk di kategori yang merasa dirinya tak berguna dan jiwa pemberontaknya membara berubah 180 derajat ketika mendengarkan webinar 'Why Journalistic Writing Matter's?' yang di isi oleh Jurnalis senior TEMPO, Hermien Y Kleden. Editor senior yang lebih senang dipanggil 'kak' ini merupakan sosok yang sangat unik bagi karir saya sebagai mahasiswa bahwa tidak semua seorang senior itu ketat, kaku, dan harus selalu dihormati, Ka Hermien mengisi webinar di hari senin, 2 Oktober 2020 dengan durasi 2 jam 30 menit terasa seperti menonton film yang sangat seru, ia mampu memberikan materi-materi tentang Feature dan Opini dipadu cerita-cerita pengalaman yang dialami mulai dari kasus investigasi hingga beradu mulut dengan seorang pejabat.

Ketika Jurnalis senior yang mampu menjelaskan materi-materi ini dengan pengalaman ia sendiri artinya sungguh banyak perjalanan yang ia telusuri selama masa karirnya, dimulai dari tempat kelahiranya di Nusa Tenggara Timur hingga beresekolah di Universitas Gajah Mada di Yogyakarta dan mendarat di kantor Tempo di Jakarta. Kemampuan multilingualnya menjelaskan bahwa ia seseorang yang mempunyai kemampuan Problem-Solving yang bagus dan pendengar yang baik, maka tak heran ia mampu menjelaskan materi-materi yang bisa dikatakan membosankan menjadi menarik selain itu kebutuhan multilingual juga sangat berguna akan mengerti bagaimana pemahaman seorang jurnalis.

Menurut  website TEMPO Institute, Ka Hermien sudah mengelilingi 30 negara selama karir profesionalnya sebagai jurnalis maka dengan pengalaman yang begitu banyaknya ia sering menjadi tamu di berbagai universitas di Indonesia tetapi menurut saya bukan lah pengalamannya yang membawa undangan-undangan itu ke pintu rumahnya melainkan cara ia menceritakan pengalaman-pengalaman itu sehingga para pendengar seakan sedang menonton film dengan imajinasi mereka sendiri didampingi oleh cerita penuh aksi yang diceritakan ka Hermien.

Kisah-kisah perjalanan karir ka Hermien membolehkan kita mengintip dunia jurnalistik Indonesia, bagaimana rasanya mencari data, bagaimana rasanya mewawancara seseorang, bagaimana ia sebagai jurnalis menjadi tokoh penting dalam negara ini dalam mengawasi pemerintahannya. Materi-materi yang dasar soal Feature dan Opini itupun semakin 'real' dimata kita karena adanya bukti asli dari orang yang sudah mengalaminya bukan sekedar contoh, dan ketika bukti-bukti itu asli maka masalah yang ada di dalam dunia Jurnalistik-pun semakin terasa dekat. Untuk sebagian orang mungkin masalah akan dihindari tetapi sebagai calon-calon jurnalis selanjutnya masalah-masalah itu membuat ingin terjun kedalam dunia jurnalistik.

Disaat itu, didalam seminar itu, saya menyadari bahwa ka Hermien adalah seorang senior yang mungkin jauh dengan dosen-dosen saya yang relatif masih bisa dikategorikan milenial juga. Perihal bagaimana ia menggunakan bahasa yang membuat kita semakin dekat dengan kata "lo-gue" seakan menghilangkan jarak umur antara kita, seakan membuat kita terasa teman biasa yang mungkin membuat disitu saya semangat kembali dan ingin menghormati dan mengapresiasi kembali senior yang ada disekitar kita. Mungkin ada sisi lain sosok politik itu yang menyepelekan milenial, mungkin ia mempunyai alasanya tersendiri tetapi ketika seorang senior mampu membangkitkan semangat anak-anak didiknya yang akan melanjutkan bangsa, disitulah saya maju untuk bangsa ini.

Penulis : 

Bosya Fitra Perdana

Faris Fauzi

Fikri Ajie Syaputra

M. Hujjatul Ihram

Raditya Hutomo

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun