Mohon tunggu...
ita witari
ita witari Mohon Tunggu... -

pwk its

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pemerataan Pembagunan Fasilitas Pendidikan di Indonesia untuk Meningkatkan Kualitas SDM dalam Menghadapi Bonus Demografi

29 Desember 2014   10:12 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:16 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

PEMERATAAN PEMBAGUNAN FASILITAS PENDIDIKAN DI INDONESIA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS SDM DALAM MENGHADAPI BONUS DEMOGRAFI

Oleh : Anak Agung Istri Witari

Isu mengenai bonus demografi di Indonesia menjadi isu yang hangat belakangan ini. Dimana bonus demografi tersebut dikatakan dapat membatu pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Bonus demografi adalah transisi demografis yang ditandai dengan kenaikan dua kali lipat jumlah usia produktif bekerja ( 15-64 tahun ), diiringi dengan penundaan pertumbuhan usia muda (<15 tahun), dan semakin sedikit usia penduduk manula(> 64 tahun).

Keberhasilan program KB telah mampu menggeser anak-anak yang berusia dibawah 15 tahun, jika dilihat dari piramida penduduk dimana biasanya berat dibagaian bawah berpindah kebagian piramida dengan usia yang lebih tinggi, yaitu usia diatas 15 tahun, atau pada usia 15-64 tahun. Hal tersebut dapat terjadi karena program KB yang diberlakukan oleh pemerintah dapat menekan jumlah fertilitas sehingga jumlah dan  presentase anak-anak dan remaja di bawah 15 tahun tetap rendah.

Transisi demografi di Indonesia terindikasi dari hasil sensus penduduk tahun 2000 yang memberikan data signifikan. Dimana pada sensus tersebut menunjukan penduduk dibawah usia 15 hampir tidak bertambah dari jumlah sekitar 60 juta di tahun 1970-1980an.  Sebaliknya penduduk usia 15-64 tahun pada tahun 2000 jumlahnya berkembang menjadi 133-135 juta dari jumlah sekitar 63-65 juta pada tahun 1970. Hal tersebut juga menyebabkan penurunan angka beban ketergantungan yang diukur dari rasio penduduk usia anak-anak dan tua per penduduk usia kerja, dimana angka beban ketergantungan pada tahun 1970 sekitar 85-90 penduduk usia non produktif per 100 penduduk usia produktif  menurun menjadi 54-55  per 100 pada tahun 2000.

Bonus demografi ini lebih jelas terlihat saat hasil sensus 2010 menyatakan jumlah penduduk usia produktif  (15-64) tahun 2010 mencapai 66 % dari jumlah total penduduk yang  mencapai 157 juta jiwa. Dan pekerja usia muda (15-24) mencapai 26,8 % atau 64 juta jiwa. Dan dari data sensus 2010 tersebut diperoleh angka beban ketergantungan semakin menurun yaitu menjadi 51 orang per 100 penduduk.

Bonus demografi dimaknai dengan keuntungan ekonomi yang disebabkan besarnya jumlah tabungan dari penduduk produktif sehingga dapat memacu investasi dan pertumbuhan ekonomi yang sering disebut dengan jendela kesempatan (windows of opprtunity).  Indonesia diperkirakan mencapai puncak bonus demografi pada tahun 2017-2019 pada gelombang pertama, dan tahun 2020 -2030 pada gelombang ke dua. Yang artinya ada kenaikan jumlah angkatan kerja potensial yaitu ditandai dengan komposisi jumlah penduduk usia produktif 15-64 tahun mencapai titik maksimal.

Ledakan penduduk usia kerja akan memberikan keuntungan ekonomi apabila memenuhi beberapa persyaratan seperti  penawaran tenaga kerja (labor supply) yang besar meningkatkan pendapatan per kapita jika mendapat kesempatan kerja yang produktif, peranan perempuan yaitu jumlah anak sedikit memungkinkan perempuan memasuki pasar kerja, membantu peningkatan pendapatan, tabungan (savings) masyarakat yang diinvestasikan secara produktif, dan modal manusia (human capital) yang berkualitas.

Bonus demografi tidak akan memberikan impak signifikan jika negara minim melakukan investasi sumber daya manusia (human capital investement) melainkan dapat berubah menjadi gelombang penganguran massal dan semakin menambah beban negara. Indonesia digadang-gadangkan akan mengalami bonus demografi mulai pada tahun 2017-2019 karena jumlah penduduk produktif berada pada posisi maksimum dibandingkan dengan penduduk usia nonproduktif. Tentunya secara kuantitatif jumlah penduduk produktif memang lebih unggul namun jumlah tersebut belum  menjamin apakah semua penduduk usia produktif tersebut mempunyai kualitas yang bagus, yang dapat menciptakan inovasi, pekerja keras, dan mempunyai mental dan skill yang bagus sehingga dapat bersaing dalam mendapatkan kesempatan kerja.

Apabila penduduk usia produktif tersebut berkualitas dan mampu bersaing maka isu  bonus demografi yang memberikan keuntungan  terutama untuk pertumbuhan ekonomi di Indonesia tidak hanya menjadi isu semata melainkan menjadi suatu kenyataan. Tetapi apabila kualitas penduduk usia produktif tersebut rendah dan tidak mempunyai daya saing yang tinggi maka pertumbuhan ekonomi di Indonesia hanya akan menjadi mimpi, atau bahkan bonus demografi akan menjadi mimpi buruk bagi bangsa Indonesia karena bonus demografi tersebut apabila tidak berhasil dimanfaatkan dapat menyebabkan  gelombang penganguran massal yang sehingga membuat beban negarasemakin bertambah.

Salah satu negara yang tergolong berhasil memanfaatkan bonus demografinya adalah  Korea Selatan yang kini menjadi negara maju dan disegani oleh dunia. Sebelumnya pada tahun 1950 Korea merupakan negara yang tergolong kedalam negara termiskin di Asia. Namun Korea kini telah menjadi negara yang maju karena mampu memanfaatkan bonus demografi yang dimilikinya dengan baik. Korea memanfaatkan bonus demografinya yaitu dengan strategicapital intelectualdengan mengirim sebanyak-banyaknya pemuda di negara tersebut untuk belajar di luar negeri pada masa-masa mereka sedang berkembang. Hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang dimiliki sebagai salah satu modal untuk menghadapi bonus demografi tersebut.  Karena telah mempunyai SDM yang berkualitas maka para investor akan semakin tertarik untuk menanamkan modalnya di negara tersebut.

Melihat keberhasilan Korea Selatan dalam memanfaatkan bonus demografi yang dimilikinya tentunya hal tersebut dapat menjadi gambaran atau referensi bagi Indonesia untuk menghadapi bonus demografi mendatang. Indonesia dapat belajar dari Korea tentang bagaimana persiapan yang dilakukan pemerintah Korea sehingga berhasil dalam memanfaatkannya, dengan harapan Indonesia dapat memanfaatkan bonus demografi tersebut dengan baik sehingga bonus demografi tersebut mendatangkan keuntungan bagi Indonesia.

Saat ini persiapan yang dilakukan Indonesia untuk menghadapi bonus demografi belum begitu terlihat. Salah satu yang mungkin harus di tingkatkan persiapannya lagi adalah pada kualitas sumber daya masyarakat (SDM) masyarakat Indonesia salah satunya pada aspek pendidikan. Kalau dilihat secara umum kualitas SDM Indonesia memang tidak terlalu buruk bahakan masih mampu bersaing dengan negara lain. Namun SDM yang berkualitas tersebut tidak terdapat di seluruh wilayah Indonesia. Ketidak merataan kualitas SDM yang dimiliki  salah satunya disebabkan karena  pembangunan fasilitas pendidikan di Indonesia yang tidak merata. Selama ini fokus pembangunan segala fasilitas termasuk fasilitas pendidikan  terkesan hanya terfokus untuk  wilayah Indonesia bagian barat dan khususnya Pulau Jawa.

Fasilitas pendidikan merupakan salah satu faktor yang menjadi daya dukung peningkatan kualitas pendidikan  SDM. Apabila tidak tersedianya fasilitas pendidikan kita akan semakin sulit untuk dapat meningkatkan kualitas SDM yang mampu bersaing nantinya dan isu keuntungan dari bonus demografi tersebut tidak akan terwujud.  Fasilitas pendidikan dapat menjadi wadah bagi masyarakat untuk menggali potensi diri sehingga potensi tersebut akan semakin berkembang dan dapat menjadi modal bagi masyarakat dalam persaingan di dunia kerja.

Seperti yang telah kita ketahui Indonesia dan negara-negara ASEAN lainnya akan menghadapi ASEAN Economy Community (AEC)  pada tahun 2015. Dengan adanya AEC tersebut maka daya saing khususnya di Indonesia semakin tinggi karena masyarakat bukan hanya bersaing dengan masyarakat Indonesia saja tetapi juga dengan masyraakat negara-negara ASEAN lainnya. Meliaht hal tersebut apabila masalah pendidikan di wilayah Indonesia bagain timur khususnya  belum juga terpecahkan maka masyarakat tidak  akan mampu bersaing sehingga hal ini akan dapat merugikan masyarakat Indonesia itu sendiri. Apabila masalah tersebut dapat diselesaikan sehingga masyarakat Indonesia akan semakin mudah mengasah potensi dalam dirinya sehingga dapat menjadi masyarakat yang berkualitas yang mampu bersaing untuk memperoleh kesempatan kerja untuk menghadapi AEC dan menghadapi bonus demografi di tahun mendatang.

Apabila masalah tersebut belum juga terselesaikan maka pada saat bonus demografi tersebut terjadi maka masyarakat Indonesia akan sangat kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan karena kualitas yang dimiliki jauh dari permintaan perusahaan. Sehingga dapat dibayangkan apabila apabila hal itu benar-benar terjadi, berapa banyak penganguran yang ada di Indonesia, dan berapa dana lagi yang akan dikeluarkan oleh negara untuk menanggung para penganguran tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Raharjo Jati, Wasisto. ...., “Bonus Demografi sebagai Mesin Pertumbukan Ekonomi : Jendela Peluang atau Jendela Bencana di Indonesia?”. Akademia.edu , www.akademia.edu/8043837/Bonus_Demografi_sebagai_Mesin_Pertmbuhan_Ekonomi_Jendela_Peluang_atau_Jendela_Bencana_di_Indonesia. 25 November 2014.

Deny, Septian. 2014. “ Pernah Miskin Seperti RI, Ini Kunci Sukses Korea Jadi Negara Maju”. Liputan 6, www.liputan6.com/bisnis/read/2077661/pernah-miskin-seperti-ri-ini kunci-sukses-korea-jadi-negara-maju. 14 Juli 2014.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun