Di Romawi ada kebijakan yang disahkan oleh konstitusi bernama Domnatio Memoriae dimana senat diperbolehkan menjatuhkan "Hukuman atas ingatan", hukuman tersebut impact dari berbagai faktor
bisa jadi ketidaksukaan senat pada seseorang, bisa jadi ketidaksukaan senat pada karya seseorang, bisa jadi dilandasi untuk mengekalkan kekuasaan lingkaran mereka
Penting memang untuk didalami mengapa kekuasaan dapat digunakan untuk menghancurkan satu individu atau kelompok dikarenakan pikiran-pikiran mereka juga hasil karya mereka
Sebagai contoh, tidak ada dan belum ada satu alasan tunggal untuk mengisolir seseorang daripada dunia luar dan lingkungan pasti sebabnya berlapis dan beragam
Hal ini juga pernah dirasakan semisal Kartosuwirjo, semua kerja keras dan usaha dirinya untuk membantu kemerdekaan Indonesia dihilangkan pada satu peristiwa yang sebenarnya asbabul nuzul peristiwa ini masih menjadi misteri, mengapa dirinya memberontak.Â
Bagi para otoriteris menghancurkan ingatan dan mengisolir si pelaku adalah wajar adanya, tanpa perlu melihat hak-hak mereka yang diasingkan daripada dunia luar baik pikiran dan karyanyaÂ
Penghancuran atas ingatan menurut Fernando Baez pustakawan asal Venezuela dalam bukunya Historia universal de la destruccion de libros, mengatakan.,
Penghancuran ingatan selalu melalui fase-fase melankolik. Pembatasan, Peminggiran, Penyensoran, penjarahan, dan terakhir Penghancuran.Â
Dan hari ini, banyak negara melakukan hal ini, pula dalam sekup kecil seperti Organisasi masyarakat dan Organisasi Mahasiswa.Â
But no problem, And now let's open a new page. Tidak ada kata terlambat untuk memulai sesuatu yang lebih baik.
Pertama mari sadari, patung perang dituban itu adalah satu bentuk perang budaya. Yang bener-bener vulgar, memang wajar karena identitas mereka adalah abadi dengan menghancurkan.Â
Untuk mahasiswa, fase-fase ini juga pernah terjadi di HMI waktu kebijakan Asas tunggal Pancasila, semua ingatan tentang Islam dihapus guna rekonstruksi dengan cara ortodoksi.