Di tengah gempuran kabar tentang PHK, penutupan studio, dan penyusutan industri gim, bertahannya sebuah perusahaan menjadi prestasi tersendiri. Salah satu yang layak dirayakan adalah Gameloft, yang tahun ini memperingati ulang tahunnya yang ke-25.
Bermula dari tim kecil pengembang gim mobile, kini Gameloft telah berkembang menjadi perusahaan dengan lebih dari 2.900 karyawan di 10 studio berbeda. Mengandalkan kombinasi IP orisinal dan gim berlisensi populer, Gameloft tampak siap bertahan lebih lama di tengah persaingan industri.
Dalam wawancara dengan GameSpot, CEO Gameloft Alexandre de Rochefort membagikan refleksinya mengenai perjalanan panjang perusahaan. Ia berbicara tentang kunci bertahan di industri, momen-momen penting dalam sejarah Gameloft, hingga upaya melawan stigma negatif terhadap gim mobile.
Kunci Bertahan: Agilitas
Ia menyebutkan empat momen penting dalam perjalanan Gameloft. Pertama, Januari 2003, saat bahasa pemrograman Java mulai tersedia di ponsel Nokia dan Siemens, yang membuka era baru gim mobile. Sebelumnya, antara 2000-2002, industri gim mobile nyaris stagnan.
Momen kedua adalah Juli 2008, dengan hadirnya App Store milik Apple. Menurut de Rochefort, ini menjadi "game-changer" yang mempercepat pertumbuhan industri gim mobile melalui smartphone dan tablet.
Fase ketiga datang antara 2010-2012, ketika model free-to-play mulai mendominasi. De Rochefort menyebutnya sebagai tonggak besar, bukan hanya untuk gim mobile, tetapi untuk seluruh industri gim.
Terakhir, Januari 2019 menjadi titik penting bagi Gameloft karena memutuskan memperluas pasar ke konsol dan PC, memperbesar jaringan kemitraan mereka di luar Apple dan Google. Kini, menurut de Rochefort, Nintendo menjadi mitra terbesar mereka.
Melawan Stigma Gim Mobile
De Rochefort menyadari bahwa gim mobile kerap diasosiasikan dengan praktik monetisasi agresif seperti "gacha". Namun, ia menegaskan bahwa Gameloft berusaha menjaga jarak dari model tersebut.