Mohon tunggu...
Bona Ventura Ventura
Bona Ventura Ventura Mohon Tunggu... Teacher Ambassador Literasi Finansial Bank SMBC, Teacher Ambassador KOCO School #Batch1, Akademi Guru Influenser #Batch1buku antologi: Presiden Jokowi: Harapan Baru Indonesia, Elex Media, 2014 - 3 Tahun Pencapaian Jokowi, Bening Pustaka, 2017 | Mengampu mapel Bahasa Indonesia, Menulis Kreatif, dan media digital

#Dear TwitterBook, #LoveJourneyBook @leutikaprio

Selanjutnya

Tutup

Financial

Hidup Bermartabat Meski Uang Saku Hemat (ala Stoik)

7 Oktober 2025   16:13 Diperbarui: 7 Oktober 2025   16:13 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menambah uang saku dengan menerjemahkan dokumen, mengerjakan tugas, memberikan les, dan ikut paduan suara/ Chatgpt AI

 Akibat uang yang tak seberapa, maka penulis harus masuk sekolah negeri. Sekolah negeri kala itu belum punya program sekolah gratis, namun bagi ayah biayanya masih terjangkau. Ketika bersekolah jarang sekali penulis jajan. Tiada dibekali uang saku alasannya.

 Sebagai gantinya orangtua selalu menyediakan bekal untuk dibawa. Menunya pun berulang: tahu, tempe, dan telur. Akibatnya hingga kini penulis merasa kurang andai lauk tak ada tahu/ tempe atau telur.

 Melihat teman sebaya jajan terkadang menimbulkan "ngiler". Menggoda sekali melihat mereka menikmati jajanan. Untuk memiliki uang saku, penulis menyewakan buku-buku bacaan. Buku-buku bacaan penulis peroleh dari ayah. Kebetulan ayah bertanggungjawab mengelola perpustakaan sekolah.

Buku-buku di perpustakaan yang sudah kadaluarsa (tahun terbit sudah lebih dari 10 tahun) ditampung oleh ayah. Mau tak mau penulis membaca tumpukan buku itu lebih dahulu, sebelum mempromosikan ke teman-teman.

Dengan membaca terlebih dahulu membuat penulis mudah mengangkat bagian-bagian menarik dari buku sehingga mudah sekali merayu teman-teman untuk menyewa buku. Lumayan kegiatan ini  kala masa bersekolah membuat penulis punya uang saku untuk jajan seperti teman-teman.

Menambah Uang Saku di Kampus

Keterbatasan biaya membuat penulis tak bebas menentukan kampus tujuan. Cara paling mungkin untuk dilakukan adalah mengikuti ujian masuk perguruan tinggi negeri. Kala itu biaya kuliah di kampus negeri sangat terjangkau.

Doa dari orangtua dan usaha terus berlatih mengerjakan soal berhasil meloloskan penulis menuju kampus negeri di Jakarta. Ongkos kuliah yang didapatkan hanya cukup untuk transportasi ulang-alik.

Kebiasaan di sekolah kembali berulang di kampus, penulis jarang sekali jajan akibat uang saku yang terbatas. Bekal yang dibawa dari rumah sebagai senjata pembunuh lapar. Dunia perkuliahan menguras banyak energi. Terkadang kuliah sampai sore. Saat sore menjelang biasa lapar sudah mulai menyerang.

Jika lapar sudah tak tertahan, maka penulis terpaksa mencari warteg yang memiliki opsi harga mahasiswa. Hal ini tak sering penulis lakukan agar masih ada sisa ongkos untuk ditabung.

Perkuliahan banyak menguras biaya untuk beli buku pendukung belajar, fotokopi beragam materi tambahan dari dosen, dan uang patungan untuk kudapan saat kerja kelompok

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun