Varian produk kopi yang semakin beragam ditambah dengan menjamurnya kedai kopi estetik turut meningkatkan konsumsi kopi di beragam kalangan. Kalangan remaja dan dewasa muda terbiasa mengonsumsi kopi usai berolahraga (futsal, bola basket, bulutangkis, dan padel). Konsumsi kopi juga meningkat saat mereka bermain game online/ play station. Semakin lama mereka bermain otomatis jumlah konsumsi kopi meningkat.
Kebiasaan mengonsumsi kopi tanpa kendali menguras dompet. Mereka yang sudah tahap adiksi kopi bahkan pos pengeluaran untuk berbelanja kopi melebihi uang pemasukan/ uang saku setiap bulan. Promo beli satu kopi gratis satu atau membayar kopi dengan paylater semakin membuat dompet mereka terkuras hingga besar pasak daripada tiang.
Mendisplinkan Hasrat
      Untuk dapat menabung dan menghindari besar pasak daripada tiang akibat konsumsi kopi berlebih, mari sejenak memetik inspirasi dari Stoikisme. Filsuf Stoa, Epictetus menganjurkan manusia untuk memiliki disiplin hasrat.
      Memiliki disiplin hasrat bukan berarti menghilangkan keinginan-keinginan diri. Manusia yang mempraktikkan disiplin hasrat mampu menerima keadaan sebagaimana mestinya. Misal: andai isi dompet menipis, maka keinginan untuk mengonsumsi kopi perlu diatur. Jangan sampai dapat membeli kopi, namun kebutuhan primer justru tak terpenuhi.
      Disiplin hasrat merupakan fondasi untuk menuju disiplin tindakan dan disiplin penilaian. Penguasaan hasrat memang menjadi landasan bagi manusia untuk bertindak dan menilai (Purba,2025).
      Bagaimana cara seseorang memeriksa, apakah ia sudah mampu mendisiplinkan hasrat? Jika dalam hatinya masih terngiang ("Aku lemas nih belum ngopi."), maka ia masih diperbudak keinginan tersebut. Ini pun berlaku umum untuk semua hal yang menyebabkan adiksi. Seseorang belum lepas dari hasrat andai terus tak mampu melepaskan diri dari hasrat itu.
      Bagi kaum Stoik, "Kebahagiaan sejati tidak datang dari hal-hal luar, tetapi dari kendali atas diri sendiri." Seseorang yang mampu mendisiplinkan hasrat sanggup berkata: "Saya boleh ngopi, tapi bukan karena saya harus."
      Lalu, bagaimana seseorang tetap dapat "ngopi" sekaligus dapat menabung. Mari menimba inspirasi dari para Stoik. Filsuf Stoa, Marcus Aurelius mengajarkan untuk "memeriksa setiap dorongan hati/ hasrat sebelum bertindak."
Untuk dapat menabung, maka buat batas pengeluaran kopi bulanan yang realistis. Misal, jika biasanya membeli kopi Rp25.000 per hari, maka ubah menjadi dua kali seminggu. Kemudian, sisihkan selisihnya jadi tabungan.