Mohon tunggu...
Masbom
Masbom Mohon Tunggu... Buruh - Suka cerita horor

Menulis tidaklah mudah tetapi bisa dimulai dengan bahasa yang sederhana

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Cerpen] Kau Minta Bunga Kau Beri Senyuman

15 Februari 2021   13:07 Diperbarui: 15 Februari 2021   13:25 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cuaca cerah pagi itu meski semalam turun hujan dengan derasnya. Mentari pagi pun dengan semangat menghamparkan sinarnya menyelimuti tanaman bunga di pekarangan rumahku. Sisa-sisa titik air hujan pun terlihat berkilauan di antara dedaunan.

Aku berdiri di tepi jalan kampung depan rumah sambil menghirup segarnya udara pagi. Beberapa pengendara motor berlalu lalang di jalan itu sambil menyapaku. Tiba-tiba seorang pengendara cewek --- entah siapa dan di mana rumahnya--- menghentikan sepeda motornya di sampingku ketika aku sedang menikmati pemandangan tanaman bungaku.

"Mas, mas ...," sapanya sambil tersenyum manis.

"Iya, iya ...," jawabku terinspirasi oleh bulik Dewi dalam sinetron 'Amanat Wali'.

"Boleh minta bunganya?" Dia menunjuk serumpun bunga kertas berwarna merah di pekarangan rumah. Aku pun ikut menoleh ke arah tanaman bunga yang ditunjuknya.

"Boleh ...," jawabku agak gugup. Untung saja dia tidak meminta hatiku.

Dia segera menghampiri tanaman itu. Tapi aku heran dengan tingkahnya. Kulihat dia malah memetik bunga-bunga yang telah kering. Bukannya bunga-bunga merah yang sedang segar merekah. Sejenak dia menghentikan aktivitasnya. Rupanya dia sadar kalau aku perhatikan.

"Mau aku tanam di rumah," katanya sambil menoleh ke arahku. Kemudian tangannya kembali memetik bunga-bunga kering itu. Aku hanya tersenyum saja ketika tahu maksudnya. Jangan sampai dia menanamnya di hatiku juga, halah ...!

Setelah dirasa cukup dia menuju motornya dan berniat untuk pergi. Tapi dia termangu sejenak dan menatapku. Kemudian menoleh lagi ke arah rumpun tanaman bunga kertas yang lain. Apa yang dipikirkannya, ya? Bikin deg-degan aja ....

"Kalau yang itu ...," dia menunjuk satu tanaman dengan satu kuntum bunga merah yang cukup besar, "boleh aku cabut bersama tanamannya, mas ...?" tanyanya dengan malu-malu.

"Boleh, boleh ...." jawabku sedikit terkejut. Aku kira dia mau mencabut hatiku ha ha ha ....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun