Mohon tunggu...
Atos
Atos Mohon Tunggu... Mahasiswa - never stop learning

mengudar rasa.. merangkai kata.. melepas tawa.. bebaskan jiwa.. bernafas lega.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Pekan Suci – Pekan Paradoks, Lambang Iman (Bagian 2)

25 April 2011   12:48 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:24 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Baca dulu pengantar dari Atos ini:

Tulisan berikut ini bukanlah karya saya (Atos).  Ini adalah permenungan seorang sahabat. Dia mengirimkannya pada saya. Dan atas seizinnya, saya mempublikasikan tulisan ini melalui kompasiana. Kalau dilihat dari judulnya, barangkali sedikit kadaluarsa, karena memang pekan suci sudah lewat. Namun, jika mau membaca dan mencermati isinya, tulisan berikut senantiasa up to date. Selamat menikmati.

Dan ini pengantar dari penulis:

Tulisan ini merupakan permenungan pribadi. Meskipun dalam tulisan ini saya banyak menggunakan kata “Gereja menyampaikan...”, namun hal tersebut merupakan apa yang saya hayati dari apa yang Gereja tampilkan dalam serangkaian liturgi di pekan suci.

Saya berterimakasih kepada sahabat saya, yang telah menginspirasi saya bahwa pekan suci merupakan rangkaian yang saling berkaitan. Terutama saya berterimakasih kepada Yesus, yang melalui Roh-Nya, saya imani telah mengijinkan saya untuk menghayati apa yang Ia alami, yang saya tuangkan melalui tulisan ini.

Tulisan ini secara khusus saya persembahkan untuk rekan-rekan seiman agar bersama-sama dapat menghayati misteri paskah dengan lebih mendalam dan membawanya pada peristiwa hidup keseharian.

Tulisan ini juga saya persembahkan untuk teman-teman yang tidak seiman, untuk boleh ikut ‘mencicipi’ apa yang kami rayakan selama paskah. Dalam hal ini, saya tidak bermaksud untuk memaksakan ajaran agama saya, karena saya yakin, iman merupakan milik pribadi yang tidak dapat dipaksakan. Namun, alangkah baiknya jika saya diperkenankan untuk membagikan kebahagiaan yang saya rayakan selama paskah ini.

Salam Paskah,

(Angeline Virginia Kartika)

.

.

Dan ini permenungannya: :) ~selamat menikmati~

Ini merupakan permenungan pribadi saya tentang pekan suci. Setelah merenungkan peristiwa-peristiwa pekan suci secara keseluruhan, saya mengambil tema “paradoks” dalam permenungan tahun ini. Selama peristiwa di pekan suci, “paradoks” merupakan nuansa yang Yesus angkat dalam setiap tindakan-tindakanNya. Yesus hendak menjungkir-balikkan apa yang manusia pikirkan.



Kamis Putih – pemimpin ada untuk melayani bukan untuk dilayani; suka tidak suka, tetap melayani

Kamis Putih merupakan saat dimana kita mengenangkan peristiwa Yesus mengadakan perjamuan terakhir bersama para murid, membasuh kaki para murid, hingga mempersiapkan Diri untuk ditangkap dengan berdoa di taman Getsemani. Dari serangkaian peristiwa yang ingin dikenang, sorotan utama dari Misa Kamis Putih adalah pembasuhan kaki para murid. Dalam peristiwa ini, saya melihat ada 2 paradok yang Yesus tampilkan.

Paradok yang pertama berkaitan dengan sosok pemimpin. Dunia seringkali memandang sosok pemimpin sebagai sosok yang teratas; ia ada untuk dilayani tanpa memerhatikan kebutuhan pelayannya. Situasi ini tidak hanya terjadi di kantoran tapi juga di rumah. Contohnya, seorang majikan yang menyuruh-nyuruh pembantunya dengan kasar dan tidak memikirkan waktu istirahat si pembantu. Seorang suami yang marah-marah jika istrinya sudah tertidur duluan saat pulang kerja. Padahal mungkin, sang istri kelelahan mengurus anak dan rumah. Peristiwa ini tidak hanya terjadi di rumah, namun juga dalam organisasi-organisasi keagamaan. Contohnya, seorang pemimpin yang tidak mau mendengarkan aspirasi bawahannya dan seringkali memaksakan kehendaknya pada bawahannya.

Terhadap para pemimpin, Yesus memberi contoh nyata, bahwa pemimpin ada untuk melayani bukan untuk dilayani. Inilah yang Ia maksudkan dengan membasuh kaki para murid. Seorang majikan, perlu juga memerhatikan kebutuhan pembantunya, kebutuhan untuk beristirahat, makan, dan hiburan di tengah rutinitas pekerjaan rumah tangga. Seorang suami perlu memerhatikan kebutuhan anak dan istrinya, tidak terlalu banyak menuntut di luar kemampuan istri dan anaknya. Seorang pemimpin organisasi keagamaan pun perlu melayani bawahannya dengan cara mendengarkan aspirasi bawahannya dan mengembangkan seluruh potensi bawahannya.

Paradok yang kedua, berkaitan dengan siapa orang yang kita layani. Seringkali kita menjadi malas jika kita tahu keburukan orang-orang yang kita layani. Contohnya, seorang majikan berpikir tentang pembantunya, “Ah, si pembantu kan sukanya ngerumpi terus sama pembantu tetangga, atau pacaran sama tukang di sebelah. Udah, kita hukum saja, tidak perlu dikasih makan.” Seorang anak berpikir tentang ayahnya, “Papa bawel, nuntut berlebih, nilai harus bagus, gak boleh maen games, harus tidur awal. Mending aku sekalian marah, gak mau belajar, maen games terus, gak mau tidur awal supaya papa jadi jengkel.” Seorang anggota organisasi keagamaan berpikir, “ketuanya aja seperti itu, males ah aktif. Aku pindah saja ke tempat lain.”

Ternyata bukan hal ini yang Yesus harapkan untuk kita perbuat. Saat pembasuhan kaki, Yesus sudah tahu bahwa Petrus akan menyangkal Dia tiga kali. Ia juga tahu bahwa Yudas Iskariot yang akan menjualNya kepada orang-orang Yahudi. Namun Ia tetap membasuh kaki mereka. Ia tidak memilih-milih siapa yang akan Ia layani. Ia melayani semua orang, bahkan orang-orang yang akan berbuat jahat pada-Nya.

Yesus telah menjadi sosok pemimpin yang melayani, Ia juga melayani semua orang, termasuk orang yang akan menyakitiNya. Beranikah kita untuk mengikuti jejak Yesus? Berani merendah ketika berada di posisi atas, melayani kebutuhan bawahan kita? Beranikah kita untuk tetap melayani dalam situasi apa pun? Meski kita tahu, orang yang kita layani bukanlah orang yang baik?

(bersambung ke bagian 3)

Pekan Suci – Pekan Paradoks, Lambang Iman (Bagian 1)

Pekan Suci – Pekan Paradoks, Lambang Iman (Bagian 3)

Pekan suci – Pekan Paradoks, Lambang Iman (Bagian 4)

Pekan Suci – Pekan Paradoks, Lambang Iman (Bagian 5)



Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun