Mohon tunggu...
Jabal Akbar Al
Jabal Akbar Al Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hai! Terima kasih sudah berkunjung di profil kami.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Refleksi Buku "Pendidikan Kaum Tertindas"

13 April 2022   08:59 Diperbarui: 13 April 2022   09:10 705
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pemikiran Paulo Freire sangat berpengaruh besar dalam mewujudkan kesejahteraan bersama. Buku ini bertujuan untuk menjelaskan kepada pembacanya tentang perjalanan hidup Freire karena hal tersebut berkaitan erat dengan pendidikan kaum tertindas.

Paulo Freire merupakan seseorang yang sangat mendalami ilmu pendidikan, terutama setelah  menikah dengan Elza Maia Costa Oliviera yang merupakan seorang guru. Meskipun Freire lulus dari jurusan hukum, namun minat beliau terhadap pendidikan jauh lebih besar daripada hukum itu sendiri. Meskipun beliau memiliki latar belakang sebagai sarjana hukum, ia bisa mendapatkan jabatan sebagai Direktur Bagian Pendidikan dan Kebudayaan SESI.

Friere berpendapat bawa pendidikan yang menggunakan cara menggurui serta hafalan merupakan cara yang salah yang dapat menyebabkan seseorang sulit untuk berkembang. 

Hal ini sama dengan pendidikan di Indonesia pada zaman kurikulum KTSP; setidaknya itu yang saya rasakan selama ini. Kritikan Paulo Freire terhadap kaum cendekiawan Brasil yang mempertahankan status quo demi keuntungan yang dinikmati. Namun, pada akhirnya Freire dipenjara karena dituduh menjalankan kegiatan subversif, yaitu percobaan pemberontakan demi merubuhkan struktur kekuasaan.

Berangkat dari kasus tersebut, Paulo Freire tidak diperbolehkan untuk menginjakkan kakinya lagi di Brasil. Namun, Freire tidak putus asa. Beliau kembali melanjutkan hidup di Cile, tempat ia bekerja selama 5 tahun. Kebijakan Freire tentang pendidikan yang telah direstui oleh Presiden Eduardo Frel menarik perhatian UNESCO sehingga Cile dianggap sebagai salah satu negara yang berhasil mengatasi tuna aksara.

Karena hal ini, Freire diundang oleh Amerika Serikat untuk menjadi tenaga ahli serta guru besar di Universitas Harvard. Amerika yang pada saat itu mengalami banyak sekali permasalahan membutuhkan Freire untuk memperbaiki situasi tersebut, sehingga Freire memperluas pengertian Dunia Ketiga. Setelah mempelajari hal tersebut, Freire menciptakan tulisan karangan yaitu "The Adult Literacy Process as Cultural Action for Freedom" pada tahun 1970 serta "Cultural Action and Consclentization" pada tahun 1970.


Hal pertama yang dibahas dalam buku ini adalah tentang humanisasi dan dehumanisasi. Humanisasi yaitu sesuatu yang harus diperjuangkan, yaitu untuk memanusiakan manusia. Sementara dehumanisasi adalah kebalikan dari humanisasi, yaitu perbuatan yang merendahkan manusia. 

Kesadaran manusia tentang humanisasi dapat muncul apabila terdapat pemahaman mengenal relasi antara kaum penindas serta yang tertindas. Untuk membuat hal ini terjadi, maka dibutuhkan pendidikan kepada kaum tertindas agar mereka mengetahui apa yang salah dan apa yang benar.

Dalam buku ini dijelaskan tentang kebutuhan pendidikan bagi para kaum tertindas serta apa saja proses pendidikan bagi kaum tertindas. Freire berkata bahwa dalam sistem pendidikan lama, tidak ada proses antara pendidik serta pelajar. 

Hal ini menyebabkan terjadinya penindasan dari seseorang yang mengerti segudang ilmu kepada orang yang tidak mengetahui apa-apa. Apabila hal ini terus terjadi, maka penindasan akan terus-terusan terjadi dan tidak akan ada habisnya.

Oleh karena itu, Friere menciptakan pendidikan yang disebut problem-posing education". Sistem pendidikan yang diciptakan oleh Friere ini menjadikan pendidik dan pelajar adalah satu objek yang sama, tidak lagi pendidik yang memberikan materi, namun pendidik serta pelajar berpikir bersama untuk memecahkan suatu permasalahan. 

Sistem ini menciptakan suasana di mana pelajar mendapatkan ilmu dari pendidik dan begitupun sebaliknya, pendidik mendapatkan ilmu baru dari hasil pemikiran pelajar. Sehingga dengan adanya sistem ini, permasalahan tentang penindasan akan berkurang seiring dengan berjalannya waktu.

Bertahun-tahun pemikiran dari Fierce ini dipakai, namun tradisi sistem pembelajaran ini belum turut serta membaik. Banyak sekali permasalahan pendidikan yang terjadi dan "pendidikan kaum tertindas" masih saja berjalan. 

Banyak akal yang dilakukan oleh para pelajar untuk bisa menjadikan sebuah sistem pembelajaran menjadi dua arah. Namun, sesuatu tidak bisa dirubah apabila tidak ada sistem yang mengaturnya, serta pelaku dari sistem tersebut yang keras kepala. Ini bisa dirubah apabila dari pihak pelaku bisa mengubah perilakunya yang awalnya keras kepala, menjadi mengerti bahwa pembelajaran dua arah ini sangatlah penting, serta bagaimana buruknya sistem pembelajaran yang bersifat menindas.

Menurut saya, dalam buku ini menjelaskan dengan sangat jelas bagaimana terjadinya siklus penindasan yang terjadi, terlebih dalam permasalahan pendidikan. 

Hal ini sedikit menjelaskan serta menggambarkan tentang situasi yang terjadi di Indonesia ini sendiri. Terlebih sistem pendidikan di Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama yang mana pelajar sendiri sudah dibiasakan dari awal untuk bersikap pasif; dan tidak aktif. 

Hal ini yang kemudian terus-terusan menjadi tradisi dalam sistem pembelajaran sekolah dan susah untuk dihilangkan. Kebiasaan pelajar menjadi pasif ini kemudian akan menjadikan pelajar menjadi takut untuk berpendapat dan hanya memendamnya dalam pikiran dia sendiri; meskipun ide yang ada dari pelajar sangatlah luar biasa berpengaruh.

Ditambah, banyak sekali saya rasa tenaga pendidik yang sangat anti-kritik. Kritik yang dilontarkan oleh para pelajar rasanya menjadi sebuah aib yang mereka rasakan. Dari pengalaman saya menjadi seorang pelajar, banyak sekali ancaman-ancaman yang keluar dari mulut seorang pendidik apabila terdapat pelajar yang berusaha melontarkan kritik maupun argumen. 

Perasaan superior yang muncul serta rasa malu saya rasa menjadi pengaruh terbesar terjadinya hal seperti ini. Perasaan malu karena merasa dikalahkan oleh seseorang yang dirasa kelasnya berasa di bawahnya tentu saja akan muncul. Namun, apakah ke-egoisan akan menguasai dirinya atau tidak, itu yang menentukan apa yang terjadi.

Tapi tentu saja, hal ini tidak menutup kemungkinan bagi seorang pelajar untuk bisa menyalurkan argumen serta ide-ide yang berada dalam pikiran kreatifnya. Kita hidup di zaman di mana ilmu bisa didapatkan dari berbagai macam sumber, salah satunya internet. Kita juga diajarkan untuk tidak menelan mentah-mentah yang kita dengar maupun kita terima. 

Tentu saja hal ini menjadi kabar baik bagi para pelajar untuk terus mencari ilmu dan juga untuk mencari mana yang benar dan juga mana yang salah. Namun tentu saja, pelajar termasuk saya tidak bisa menjadikan tradisi pembelajaran yang berat sebelah ini terus-terusan menjamur, karena kita tahu sendiri bahwa pelajar adalah masa depan sebuah negara.

Baik pelaku maupun objek dari sistem pembelajaran ini harus mengerti bahwa sistem pembelajaran dua arah adalah sesuatu yang sangat penting dan tidak boleh disepelekan. Dengan adanya pembelajaran dua arah ini lah, kedua belah pihak akan merasakan efek positifnya, yaitu mereka akan mendapatkan ilmu yang baru dan ilmu tersebut akan sangat berguna untuk sistem pembelajaran di kemudian hari. 

Manfaat-manfaat yang akan didapatkan ini bukan saja memberi manfaat kepada seorang individu saja, melainkan kepada generasi-generasi berikutnya yang akan sangat membutuhkan pendidikan serta dapat berguna untuk mengembangkan pengetahuan iptek.

Sebagai penutup, tradisi pembelajaran yang berat sebelah ini harus segera dihilangkan dan diganti dengan sistem yang lebih baik, yaitu pembelajaran dua arah. Turunkan ego dari pihak pendidik, sehingga tradisi buruk ini akan segera dapat ditangani dan dengan mudah diganti dengan sistem pembelajaran yang lebih baik; yaitu sistem pendidikan yang diciptakan oleh pemikiran dari Paulo Freire.

Daftar Pustaka

Freire, P. (2008). Pendidikan kaum tertindas. Jakarta: Pustaka LP3ES.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun