Mohon tunggu...
Ruang Berbagi
Ruang Berbagi Mohon Tunggu... Dosen - 🌱

Menulis untuk berbagi pada yang memerlukan. Bersyukur atas dua juta tayangan di Kompasiana karena sahabat semua :)

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Cara Menulis Surat Pengantar Naskah Tulisan ke Koran dan Media Massa Lainnya

10 Juni 2021   11:23 Diperbarui: 11 Juni 2021   03:38 1538
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cara menulis surat pengantar naskah ke koran | Photo by Vlada Karpovich from Pexels

"Salah satu puncak kebahagiaan seorang penulis adalah saat tulisannya dimuat di media massa"

Selama ini mungkin kita sudah rajin menulis di buku harian dan media sosial kita. Mungkin juga kita sesekali menulis di blog pribadi atau platform publikasi lokal dan internal, misalnya majalah sekolah dan kantor. 

Kita mungkin ingin mencari tahu kiat agar tulisan kita dimuat di koran dan media massa lainnya, tetapi tidak tahu cara menulis surat pengantar naskah tulisan ke media massa. Tulisan ini akan mengulik tutorial menyusun surat pengantar naskah ke media massa.

Pertama, salam dan perkenalan diri sesuai karakter media

Tergantung pada jenis media yang kita sasar, kita bisa menyampaikan salam dan perkenalan diri sesuai kekhasan media tersebut. Media anak muda tentu tak keberatan bila kita memperkenalkan diri dengan santai dan santun. 

Umpama, "Halo, Redaksi JojoBa (Jomlo-Jomlo Bahagia). Saya Mas Bro, mahasiswa Universitas Wibu menyampaikan naskah puisi berjudul "Aku dan Kamu Jadi Kita".

Media serius tentu mengandaikan juga salam dan perkenalan diri yang profesional. Umpama:

"Yth. Redaksi Harian Kampus

Saya, Raden Baguse Kebangetan, adalah seorang pemerhati masalah sosial dan pengajar di Universitas Harvard Malaiholo. Perkenankan saya menyampaikan naskah opini bertajuk "Mengulik Apatisme Generasi Z terhadap Politik."

Kedua, pentingnya tulisan tersebut dan atau ringkasan pokok tulisan

Bagian kedua sebuah surat pengantar naskah untuk media massa kiranya perlu memuat alasan pentingnya tulisan tersebut dan atau ringkasan pokok tulisan.

Hal ini memudahkan redaktur untuk mengetahui secara sekilas apa inti dan urgensi naskah kita. Umpama, kita bisa menjelaskan demikian:

"Artikel opini ini mengulas apatisme generasi Z terhadap isu politik berdasarkan teori dari dua filsuf politik. Tulisan ini diharapkan dapat memberi pencerahan bagi pembaca dalam memahami tren terkini."

"Cerpen ini saya anggit dengan meramu unsur budaya lokal daerah asal saya dalam konteks kekinian, terutama dalam menanggapi ketidakpedulian yang merebak di kalangan anak muda terhadap budaya lokal."

Redaktur kiranya akan menghargai para penulis yang sungguh memahami mengapa tulisan mereka penting untuk dimuat di media massa. Keterampilan kita merumuskan urgensi dan ringkasan inti naskah juga menandakan kemahiran kita dalam menyajikan gagasan.

Ketiga, pernyataan keaslian karya dan "belum dimuat di media massa lain"

Umumnya media massa mengharuskan naskah yang mereka terima sungguh naskah asli dan belum pernah dimuat di media massa lain. Memang ada juga sebagian kecil media massa yang mau menerbitkan karya yang pernah kita unggah di media lain (lazimnya blog pribadi).

"Naskah ini adalah tulisan asli saya. Ulasan ini belum pernah dimuat di media massa lain dan tidak sedang saya kirimkan ke media lain."

Keempat, klausul penarikan naskah yang tidak dimuat setelah tenggat waktu tertentu

Bagian berikutnya tidak wajib ada dalam surat pengantar naskah. Akan tetapi, tergantung pula pada kita sebagai penulis. 

Umumnya media massa memberitahu tenggat waktu tertentu untuk mengharapkan naskah dimuat. Misalnya, "Jika tulisan Anda tidak kami muat setelah dua bulan sejak tanggal pengiriman, artinya naskah itu tidak lolos seleksi."

Nah, kita sebagai penulis bisa saja menyertakan klausul penarikan naskah yang tidak dimuat setelah tenggat waktu tertentu. Umpama, "Saya memohon informasi dari redaksi jika naskah cerpen ini dimuat. Jika setelah empat bulan belum juga dimuat, naskah saya tarik untuk saya kirimkan ke media lain."

Penarikan naskah ini juga bisa kita sampaikan melalui surat elektronik dalam sebuah surat terpisah (bukan surat pengantar naskah). Hal ini penting untuk menghindari tulisan kita yang sama dimuat di dua media berbeda. Citra kita sebagai penulis bisa tercoreng. 

Kelima, rincian data diri dan rekam jejak yang relevan

Bagian pamungkas dari surat pengantar naskah bisa berupa rincian data diri dan rekam jejak yang relevan dengan naskah yang kita kirimkan. Sertakan juga nomor rekening dan pindaian (scan) kartu identitas.

Umpama, kita menulis profil singkat beserta aktivitas literasi kita sebagai penutup surat pengantar.

"David Bekam, pegiat literasi di komunitas Kata Siapa. Puisi-puisinya pernah dimuat di Suara Mereka, Kedaulatan Rayap, Kompos, dan Media Indiehopeless. Buku antologi yang memuat cerpennya adalah Kumpulan Cerpen Ini Ancur Banget (GuramehDia 2020).

Salam edukasi. Selamat mencoba tutorial menulis surat pengantar naskah ini! Jika tulisan Anda berhasil menembus koran setelah Anda menerapkan cara menulis surat pengantar naskah ini, jangan lupakan saya. Traktir kopi pahit saja. Soalnya saya sudah manis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun