Mohon tunggu...
Ruang Berbagi
Ruang Berbagi Mohon Tunggu... Dosen - 🌱

Menulis untuk berbagi pada yang memerlukan. Bersyukur atas dua juta tayangan di Kompasiana karena sahabat semua :)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Tiga Kesalahpahaman Sebagian Orang Indonesia tentang Konflik Palestina-Israel

12 Mei 2021   06:31 Diperbarui: 15 Mei 2021   14:12 8265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pembagian historis Israel-Palestina - tangyar dokpri

Orang-orang Kristen Palestina, yang melarikan diri dari kesulitan pendudukan Israel, telah beremigrasi terutama ke AS, Amerika Tengah, dan Eropa. Jadi, meski kebanyakan orang Palestina adalah Muslim, banyak orang Palestina yang hidup di "Barat" adalah Kristen.

Di Wilayah Pendudukan (Occupied Terittory), umat Kristen dan Katolik Palestina saat ini sekitar 3% dari populasi.

Ada pula orang Yahudi yang menentang Zionisme atas dasar agama. Sebagian bergabung dalam gerakan Neturei Karta. Mereka menyebut diri mereka sebagai "orang Palestina". Demikian rilis imeu.org.

Konflik Palestina-Israel pada awalnya didominasi oleh gerakan nasionalis sekuler. Namun, dalam beberapa dekade terakhir, para pemimpin Israel dan Tepi Barat-Gaza (Palestina) menggunakan retorika agama untuk membenarkan aspirasi politik mereka. 

Akibatnya, beberapa kelompok agama yang pada dasarnya konservatif membingkai konflik Palestina-Israel sebagai perseteruan antara Muslim dan Yahudi. Mereka percaya bahwa agenda nasional mereka "didukung oleh Tuhan".
Apa yang terjadi ini mirip dengan politik Indonesia zaman sekarang. Ada (saja) politikus dan partai politik yang mengeklaim bahwa mereka "didukung Tuhan". Politisasi agama terjadi. Celakanya, warga yang kurang berpikir kritis termakan politisasi agama ini.

Kedua, tentara Israel tidak seluruhnya orang Yahudi, bahkan ada yang muslim

Tidak banyak orang Indonesia yang tahu bahwa ada pula tentara Israel yang bukan orang Yahudi. Sebagian kecil tentara Israel adalah pemeluk agama Islam. 

Israel menerapkan wajib militer selama tiga tahun untuk pria dan dua tahun untuk wanita. Aturan ini juga berlaku untuk komunitas Druze dan Sirkasia, dua komunitas non-Yahudi di Israel.

Muslim Badui Israel, yang cenderung mengidentifikasi lebih sebagai orang Israel daripada orang Arab lainnya, dan orang Arab Kristen secara sukarela mendaftar ke militer. Setiap kelompok minoritas diwakili oleh beberapa ratus anggota angkatan bersenjata Israel.

Namun, Muslim Arab Israel secara tradisional melihat militer sebagai alat untuk menindas sesama Arab Palestina di Tepi Barat, yang direbut Israel pada tahun 1967 dan masih diduduki Israel. Karena itu, umumnya Muslim Arab Israel tidak mau masuk militer Israel.

Meski demikian, ada juga Muslim Arab Israel yang memilih untuk bergabung dengan tentara Israel (IDF). Salah satunya adalah Sersan Yossef Saluta. Sila baca kisahnya di sini. Jika penasaran, cari saja kata kunci "Israeli muslim soldiers" di internet. 

Hal seperti ini bukan suatu keanehan dalam sejarah militer dunia. Kita tahu, sejumlah (mantan) tentara Belanda dan Jepang juga memilih untuk membela Indonesia. Sebaliknya, sebagian orang Indonesia juga memilih jadi serdadu Belanda atau kaki-tangan Jepang kala perang dulu.

Ketiga, orang Israel dan Palestina tidak selalu bermusuhan dan saling membenci

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun