Baru-baru ini blusukan Risma, sang Menteri Sosial baru kita, menuai kontroversi. Risma blusukan di kawasan Jalan Sudirman-Thamrin pada Senin (4/1/2021) lalu dan ia bertemu dengan beberapa gelandangan.Â
Ada dua kubu yang berseberangan sikap. Satu kubu mendukung penuh blusukan Risma sebagai upaya seorang menteri baru untuk turun ke bawah. Kubu lain memandangnya sebagai upaya pencitraan.
Penting kita pahami, blusukan Risma ini suatu peristiwa yang multitafsir karena dua hal. Pertama, posisi Risma yang kini sudah naik pangkat dari walikota jadi menteri sosial yang berkantor di Jakarta. Kedua, posisi Risma sebagai kader partai politik tertentu yang mau tak mau menjadi tolok ukur penilaian publik atas tiap tindakan publiknya.
Seandainya blusukan Risma itu ia lakukan di luar Jakarta atau bahkan luar Jawa, saya yakin kontroversi dan keributan di medsos dan media massa tidak akan sebesar ini.
Blusukan yang biasa Risma lakukan selama menjabat walikota Surabaya menjadi perbincangan karena ia lakukan juga sebagai menteri sosial di Jakarta, ibu kota yang secara administratif-politis berada di bawah Gubernur DKI Anies Baswedan.Â
Sejatinya Risma juga sudah blusukan ke Ponorogo, Jawa Timur, namun blusukan itu tidak menuai kontroversi.
Apakah blusukan itu rekayasa?
Akun Twitter @donihendarto mengklaim bahwa blusukan Risma rekayasa belaka. Akun ini memajang dua gabungan foto. Sebuah foto menunjukkan Risma sedang mendatangi gelandangan atau tunawisma. Foto lainnya menunjukkan dua gelandangan yang sempat dijumpai Risma sedang makan di sebuah kantin.Â
Narasi yang dibangun adalah bahwa gelandangan itu adalah kader parpol tertentu. Akan tetapi, cek fakta yang dilansir sebuah media massa menyatakan bahwa tidak ada bukti yang mendukung tuduhan tersebut. Simak selengkapnya di sini.Â
Juga muncul video seorang gelandangan yang menggunakan ponsel. Sebagian warga(net) mengatakan, mustahil gelandangan memiliki ponsel.Â
Akan tetapi, sebagian warga(net) mengatakan, ponsel saat ini bukan barang mewah lagi. Masyarakat kelas bawah pun bisa memilikinya karena harga cukup murah. Bisa juga ada orang yang memberikan ponsel itu pada si gelandangan.