Mohon tunggu...
Ruang Berbagi
Ruang Berbagi Mohon Tunggu... Dosen - 🌱

Menulis untuk berbagi pada yang memerlukan. Bersyukur atas dua juta tayangan di Kompasiana karena sahabat semua :)

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Ini 5 Alasan Mengapa Penulis Perlu Berkomunitas

29 September 2020   06:10 Diperbarui: 29 September 2020   11:21 1083
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi komunitas - pexels.com

Apakah para penulis perlu bergabung dengan komunitas penulis? Bukankah penulis itu kadang diidentikkan sebagai orang tertutup dan penyendiri, yang tidak suka keriuhan?

Bukankah tugas penulis adalah sebanyak-banyaknya menulis, bukan malah ngobrol dalam pertemuan atau grup medsos penulis? Bukankah penulis itu tidak perlu peduli pada pendapat orang lain karena tugasnya adalah menulis dan menulis lagi?

Pengalaman saya bergabung dengan sejumlah komunitas penulis membuktikan bahwa anggapan-anggapan di atas tidak sepenuhnya benar.

Saya yang belum lama bergabung dengan Kompasiana telah merasakan aneka keuntungan bergabung dengan komunitas penulis blog warga terbesar di Indonesia. Mungkin juga, di Asia  Tenggara.

Selain bergabung dengan Kompasiana, saya juga bergabung dengan grup medsos penulis keagamaan dan grup penerjemah. Meskipun masih jadi anggota pasif, diam-diam saya belajar banyak dari komunitas para penulis tersebut.

Berikut ini adalah 5 alasan mengapa penulis perlu berkomunitas. Setidaknya, menurut pendapat saya, seorang penulis abal-abal:).

1. Mengasah Kemampuan dan Motivasi Menulis

Agak mustahil membayangkan adanya komunitas penulis yang tidak membuat anggotanya makin semangat dan hebat dalam menulis.

Dalam komunitas penulis yang saya ikuti, baik grup aplikasi perpesanan maupun grup medsos, selalu ada semangat berbagi keterampilan menulis. Lazimnya, para "suhu" atau "master" dengan murah hati berbagi trik menulis.

Anggota lain (baca: penulis pemula) dengan rendah hati meminta petunjuk dari para "suhu" dan "master". Bahkan, minta agar tulisan yang masih acak-acakan mendapat masukan perbaikan.

Dalam komunitas penulis yang serius tapi santai, pasti ada canda dan juga bagi ilmu dan saling belajar. Ini pada akhirnya akan meningkatkan motivasi menulis.

2. Meningkatkan Penghasilan

Kita tahu, nasib jadi penulis di Indonesia tidaklah seindah kisah cinta yang berakhir bahagia. Tentu yang saya maksud adalah nasib penulis lokal dan penulis "biasa", bukan penulis tenar.

Pengalaman saya setidaknya membuktikan rendahnya penghasilan seorang penulis. Buku rohani pertama saya dijual di toko dengan harga sekitar 30 ribu.

Mau tahu berapa rupiah yang saya terima dari tiap buku yang terjual? Sebelum membaca lebih lanjut, siapkan tisu untuk menyeka air mata:)

Saya menyepakati kontrak dengan penerbit, yang antara lain menyebutkan bahwa royalti saya adalah 10 persen dari harga jual. Artinya, sepuluh persen dari Rp 30 ribu adalah Rp 3.000,00. 

Eits, jangan dipikir saya menerima tiga ribu untuk tiap buku! Masih ada potongan pajak. Entah pajak(-pajak) apa saja, saya juga kurang paham karena yang menerima bukti pembayaran adalah bendahara lembaga yang menaungi saya. 

Yang jelas, royalti bersih yang saya terima untuk tiap buku terjual adalah sekitar Rp. 2.500,00 saja. Cukup bikin nangis, ya. Padahal, membuat buku perlu waktu dan biaya tak sedikit. 

Penulis adalah tokoh pencerdas bangsa. 

Akan tetapi, aneka kebijakan negara kita tercinta ini hingga kini sepertinya tidak cukup bijak mendukung penulis secara finansial dan moral.

Untungnya, ada komunitas penulis yang bisa membantu kita meningkatkan penghasilan. Ada beragam cara:

 a) membantu promosi buku dan meningkatkan penjualan buku; 

b) memberi info lomba tulis-menulis; 

c) memberi rujukan penerbit dan media yang menerima karya kita dan memberi honorarium layak;

d) meningkatkan keterbacaan dan jumlah tayangan (misalnya, artikel blog).

3. Mendapat Pengingat Setia 

Ketika bergabung dengan komunitas penulis, kita akan memiliki banyak rekan sesama penulis yang siap mengingatkan kita. Ada beragam fungsi komunitas sebagai pengingat:

a) Mengingatkan untuk menulis karya baru: 

Malu dong gabung komunitas penulis tapi tak rajin menulis karya baru...hehe.

b) Mengingatkan impian yang pernah kita bagikan:

Kadang kita pernah membagikan suatu impian di grup penulis. Misalnya, "Tahun depan aku mau buat kumpulan puisi." 

Nah, kita sering lupa akan apa yang pernah kita impikan itu. Teman-teman komunitaslah yang mengingatkan. "Hoiii, katanya mau buat kumpulan puisi tahun ini?"

4. Mendapat Kritik Tulus

Pokok gagasan ini terkait dengan gagasan sebelumnya mengenai pengingat setia. Salah satu faedah bergabung dengan komunitas penulis adalah bahwa komunitas akan mengingatkan ketika tulisan kita keliru atau tak tepat.

Sering terjadi, meskipun sudah berusaha menyajikan tulisan yang baik, ada saja kekurangan. Lazim terjadi, kita sudah berupaya lembut dalam menulis tema sensitif, tapi masih saja anggitan kita menyinggung kalangan tertentu.

Nah, komunitas penulis menjadi kritikus tulus yang mengingatkan kita. Kita tentu senang mendapat kritik tulus agar kita memperbaiki kekurangan dan kesalahan dalam menyajikan karya.


5. Memperkuat Kerja Sama dalam Kebaikan

Selain empat keuntungan "duniawi" di atas, ada keuntungan "surgawi" yang ditawarkan komunitas penulis. Saya telah membuktikan sendiri bahwa komunitas penulis memperkuat silaturahmi dan kerja sama dalam kebaikan.

Para penulis umumnya adalah orang-orang yang peduli dan peka.

Tidak mungkin seorang penulis itu tidak peduli dan peka. Setidaknya, seorang penulis itu harus peduli dan peka terhadap perasaannya dan gagasan dalam benaknya. Dari dua hal itulah, lahir karya-karya.

Seorang penulis peka juga akan situasi masyarakat di sekitarnya. Ketika ada bencana, seorang penulis segera akan berusaha bertindak. Meski tak punya uang, penulis pasti akan berusaha mengabarkan berita bencana itu agar bantuan datang.

"Aku tak punya harta, tapi punya pena yang bisa mengubah dunia!"

Kiranya itulah semboyan penulis budiman. Siapa pun dia. Apa pun agama dan kepercayaannya. 

Ketika bergabung dengan komunitas penulis, saya dengan sangat mudah bersilaturahmi dengan aneka orang dari beragam latar belakang. Dari persaudaraan antarinsan itu, lahirlah aneka kegiatan demi kebaikan.

Saya sangat yakin, rekan-rekan memiliki pengalaman istimewa terkait kerja sama dalam kebaikan dalam komunitas penulis.

Wasana kata

Terima kasih pada Kompasiana dan rekan-rekan kompasianer yang selalu menjadi komunitas yang mendukung dan inspiratif.

Saya nantikan komentar dan artikel balasan dari rekan-rekan pembaca dan penulis sekalian! Salam literasi penuh cinta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun