Mohon tunggu...
Ruang Berbagi
Ruang Berbagi Mohon Tunggu... Dosen - 🌱

Menulis untuk berbagi pada yang memerlukan. Bersyukur atas dua juta tayangan di Kompasiana karena sahabat semua :)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Minggu Palma Justru Makin Bermakna di Kala Corona karena 3 Hal Ini

5 April 2020   05:30 Diperbarui: 5 April 2020   14:12 552
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perayaan Minggu Palma di Gereja katolik Kristus Bangkit, Stasi St. Yosep, Karang Joang, Balikpapan Utara, Kalimantan Timur, Minggu (20/3/2016) (TRIBUN KALTIM / CORNEL DIMAS SK)

Seminggu sebelum Minggu Paskah perayaan kebangkitan Kristus, umat kristiani merayakan Minggu Palma. Apa itu Minggu Palma? Minggu Palma mengenang peristiwa kedatangan Yesus ke Yerusalem sebelum Ia ditangkap, dijatuhi tuduhan palsu, dan wafat.

Wafat Yesus akan dikenang dalam Jumat Agung. Kebangkitan Yesus tiga hari sesudah wafat-Nya akan dirayakan dalam Hari Raya Paskah. Inilah rangkaian Trihari Suci umat kristiani.

Di tengah korona yang mewabah, sebagian besar gereja-gereja Katolik di Indonesia meniadakan ibadah (misa/ekaristi atau ibadah sabda) bersama seperti yang biasa dilakukan. Ini semua demi mencegah penyebaran korona. Juga sebagai bukti bahwa Gereja Katolik Indonesia mendukung penuh pemerintah dalam mencegah wabah.

Lantas, banyak gereja paroki dan komunitas menyelenggarakan misa online atau live streaming. Juga Misa Minggu Palma untuk mengenang kedatangan Yesus, Sang Raja Damai.

Tentang Daun Palma
Ada empat Injil dalam Alkitab Perjanjian Baru: Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes. Tiga Injil pertama yaitu Matius, Markus, dan Lukas disebut "Injil Sepandangan" atau Injil Sinoptik. Artinya, ketiga Injil itu dalam banyak hal memiliki kesamaan dalam cara mengisahkan karya Yesus.

Sementara Injil Yohanes yang ditulis sekitar tahun 90 Masehi memiliki gaya yang berbeda dalam menceritakan karya dan pribadi Yesus. 

Tiga Injil Sepandangan atau Sinoptik tidak mencatat bahwa orang-orang Yerusalem menyambut Yesus dengan daun palma atau palem.

  • Injil Matius 21:8 "Orang banyak yang sangat besar jumlahnya menghamparkan pakaianny di jalan, ada pula yang memotong ranting-ranting dari pohon-pohon dan menyebarkannya di jalan."
  • Injil Markus 11:8 "Banyak orang yang menghamparkan pakaiannya di jalan, ada pula yang menyebarkan ranting-ranting hijau yang mereka ambil dari ladang."
  • Injil Lukas 19:36 "Sementara Yesus mengendarai keledai itu, mereka menghamparkan  pakaiannya  di jalan"

Perhatikan bahwa Injil Lukas bahkan tidak mencatat soal ranting hijau yang dihamparkan orang-orang untuk menyambut Yesus. Berbeda dengan ketiga Injil Sepandangan, Injil Yohanes mencatat soal daun palem.

Injil Yohanes 12:13 "Mereka mengambil daun-daun palem, dan pergi menyongsong Dia sambil berseru-seru "Hosana! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, Raja Israel".

Tradisi Perarakan Palma dan Zaitun
Jemaat di Yerusalem sekitar abad keempat telah melakukan perarakan dengan ranting palma dan zaitun pada Hari Minggu Palma. Tradisi ini juga dilaksanakan di Spanyol (abad kelima), di Gallia (abad ketujuh) dan di Roma (abad kesebelas). 

Sumber ilustrasi| teleclubitalia.it
Sumber ilustrasi| teleclubitalia.it
Di Italia, misalnya, jamak digunakan ranting zaitun yang memang dengan mudah didapatkan. Jadi daun palma bukanlah satu-satunya daun yang mutlak harus digunakan dalam liturgi Minggu Palma.

Bisa dipakai daun-daun yang lazim digunakan seturut tradisi jemaat setempat, terutama daun zaitun atau tanaman lain yang dinilai pantas oleh otoritas gereja setempat. Janur dari daun kelapa pun bisa saja dipilih. 

Paus memegang palmurelli atau tiga daun palma yang dirangkai jadi satu. | papaboys.org
Paus memegang palmurelli atau tiga daun palma yang dirangkai jadi satu. | papaboys.org
Perbedaan Rincian  dalam Keempat Injil
Mengapa 4 Injil berbeda dalam rincian kisah kedatangan Yesus ke Yerusalem atau kisah Minggu Palma? Mudah sekali jawabannya.

Keempat Injil bukan pertama-tama laporan sejarah yang harus rinci dan serba sinkron satu sama lain. Injil adalah dokumentasi tertulis dari tradisi lisan yang beragam tentang Yesus.

Yesus diperkirakan wafat sekitar tahun 30-33 Masehi. Sedang Injil pertama kemungkinan adalah Injil Matius yang ditulis pada tahun 41 M, menurut Bapa gereja Eusebius.

Injil yang terakhir ditulis adalah Yohanes, sekitar tahun 90 M. Jadi ada jarak waktu antara masa hidup Yesus dan penulisan keempat Injil. Dalam rentang waktu itu lah, yang beredar adalah kisah lisan yang disampaikan para rasul pada jemaat. 

Seperti selalu terjadi, kisah lisan yang dikisahkan akhirnya mengalami perubahan. Pernah kan bermain gim "bisik-bisik berantai?" Coba bayangkan apa yang terjadi dengan kisah panjang tentang hidup Yesus yang diteruskan secara lisan selama berpuluh-puluh tahun oleh banyak orang? Tentu ketika ditulis, rinciannya jadi berbeda. Tapi, isinya dan pesan utamanya tetap valid! 

Karena itu, untuk memahami pesan Yesus, keempat Injil tetap dipertahankan tanpa harus digabung jadi satu (suatu hal yang sangat sulit dan sia-sia karena masing-masing Injil punya kekayaan khas).

Minggu Palma Makin Istimewa karena Tiga Hal Ini
Tentu ada rasa sedih dan "kurang lengkap" di hati umat kristiani saat harus merayakan Minggu Palma di tengah korona. Tak bisa beribadah bersama di gereja dalam suka-cita dan kekhidmatan. Akan tetapi, di tengah wabah korona, ada tiga hal yang menjadikan Minggu Palma ini istimewa:

Pertama, bukan Ibadat (Daun) Palma yang terpenting
Bukan ibadat Palma yang terpenting. Bukan soal melambai-lambaikan daun palma atau daun-daun lainnya sebagai wujud penyambutan pada Sang Raja Damai. 

Ingat, tak semua Injil mengisahkan soal daun palma. Yang penting untuk dikenang bukan soal daun palma, tapi bahwa Yesus datang membawa damai.

Umat kristiani diajak juga untuk menjadi pembawa damai di tengah korona. Dengan tak menyebarkan berita bohong serba heboh dan berita ngeri tentang korona, misalnya. Akan lebih baik membagikan berita gembira di tengah korona: kisah kesembuhan, kisah saling tolong, dan sebagainya.

Kedua, semangat kerendahan hati yang justru perlu kita tingkatkan
Yesus datang mengendarai keledai, hewan yang tak sekuat kuda. Keledai kerap dijuluki binatang bodoh. Namun sebenarnya, keledai adalah simbol kerendahan hati. Keledai memang tak sekuat kuda, tapi ia setia membawa beban warga sederhana yang tak mampu membeli kuda.

Keledai tak mengharapkan pujian, tapi dengan rendah hati menjalankan tugasnya.

Di tengah wabah korona, semangat rendah hati ini sangat penting dimiliki tiap warga negara yang baik. Rendah hati artinya taat pada anjuran pemerintah dan ahli kesehatan. Diminta kurangi kegiatan bersama di luar rumah ya taat. 

Kalau ingin selamat dari korona ya berdoa dan berusaha lindungi diri, bukan cuma berdoa doang!

Ketiga, semangat solidaritas yang justru perlu kita galakkan
Orang-orang Yerusalem menyambut Sang Raja Damai dengan apa yang bisa mereka berikan: pakaian dan daun-daun yang ada di sekitar mereka. Nah, cocok sekali dengan situasi saat korona melanda negeri kita.

Kita diajak juga untuk memberikan apa yang kita miliki, biar pun sedikit, untuk membantu orang yang menderita di tengah korona.

Ini waktunya tunjukkan solidaritas!

Meski ibadah terpaksa live streaming, hati, doa, dan solidaritas kita yang penting. Ini jadwal misa yang disiarkan radio dan televisi nasional. Ada Kompas TV juga lho! Siip deh.

thumbnail-5e88dc16d541df76aa324324.jpg
thumbnail-5e88dc16d541df76aa324324.jpg
Salam damai. RB. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun