Mohon tunggu...
Ruang Berbagi
Ruang Berbagi Mohon Tunggu... Dosen - 🌱

Menulis untuk berbagi pada yang memerlukan. Bersyukur atas dua juta tayangan di Kompasiana karena sahabat semua :)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Banyak Pejabat Telah Terbiasa Ucapkan Salam Semua Agama

11 November 2019   06:10 Diperbarui: 11 November 2019   17:32 7095
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

  • Mengucapkan salam pembuka dari semua agama yang dilakukan oleh umat Islam adalah perbuatan baru yang merupakan bid'ah yang tidak pernah ada di masa yang lalu, minimal mengandung nilai syubhat yang patut dihindari.

    Dalam keterangannya pada wartawan, Kiai Abdusshomad mengatakan, "Misalnya pejabat, seorang gubernur, seorang presiden, wakil presiden, para menteri, kalau dia agamanya Muslim ya assalamualaikum. Tapi mungkin kalau Gubernur Bali ya dia pakai salam Hindu," katanya.

    "Kaitannya dengan toleransi, kita setuju dalam perbedaan, saling menghormati, menghargai. Bukan berarti kalau orang salam nyebut semua itu wujud kerukunan. Itu perusak kepada ajaran agama tertentu," ujarnya lagi.

  • Rupanya Buya Syafii Tak Sepakat
    Rupanya, sama seperti yang terjadi di masyarakat, ada tanggapan beragam soal imbauan MUI ini. Buya Syafii, Mantan Ketua PP Muhammadiyah mengatakan, "Saya rasa janggal. Jangan terlalu ketat begitu, kita kan sebuah bangsa plural, Bhinneka Tunggal Ika."

    Ragam Tanggapan Warganet
    Pantauan di media sosial, sebagian warganet menuliskan dukungan mereka:

    • "Saya dukung MUI. Biarlah pejabat yg muslim bersalam dengan assalamualaikum, pejabat nasrani dengan syalom, begitu juga dengan yang Hindu, Budha, maupun penghayat kepercayaan bersalam dengan aturan agamanya masing-masing. Justru di situlah nilai toleransi yang sesungguhnya. menghargai apa yang diyakini penganut agama lain."

    Ada pula yang mencoba mengkritisi:

    • "MUI belum mengerti kalau seseorang sudah menduduki posisi pejabat pemerintahan, maka ia mewakili semua masyarakat di dalamnya, terlepas dari agama yg dianutnya. Jadi kalau dia bertemu dengan rakyat yg memilihnya, tentu dia akan lebih sopan kalau mengucapkan salam kepada semua, berdasarkan keyakinan mereka masing-masing".


    • "Kenapa sih baru sekarang dihimbau?"

    Ada juga yang lantas mengajukan usulan:

    • Kalau begitu maunya berarti cukup ucapkan selamat pagi /siang /sore /malam karena itu cuma ungkapan dalam (bahasa) yg berlaku umum.

    Agama, Selalu Diributkan di Negeri Kita
    Seperti biasa, isu soal agama selalu jadi kontroversi di negara kita yang bhinneka ini. Para politisi juga kerap kali menggunakan agama sebagai "bahan jualan" kampanye politiknya.

    Pilpres lalu menjadi contoh nyata. Tak kurang, profesor Susanne Schroter, Direktur Pusat Penelitian Islam Global di Frankfurt, FFGI mengomentari demikian, "Peran agama (dalam politik) di Indonesia sekarang sangat  besar. Agama sekarang jadi instrumen utama berpolitik, dan agama diinstrumentalisasi oleh semua pihak".

    Profesor ilmu politik itu, yang juga ketua Yayasan Orientalis Jerman Deutsche Orient Stiftung (DOS), menggambarkan jalannya kampanye di Indonesia sebagai perebutan wacana Islam. Tiap kubu mencoba mencari kelemahan lawan dengan mengangkat isu kadar keislaman.

    HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    4. 4
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
    Lihat Sosbud Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
    LAPORKAN KONTEN
    Alasan
    Laporkan Konten
    Laporkan Akun