Mohon tunggu...
Ruang Berbagi
Ruang Berbagi Mohon Tunggu... Dosen - 🌱

Menulis untuk berbagi pada yang memerlukan. Bersyukur atas dua juta tayangan di Kompasiana karena sahabat semua :)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menyikapi Viral "Patung Maria Menangis" di Sri Lanka

28 April 2019   07:53 Diperbarui: 4 Mei 2019   23:13 1786
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[Serial Kisah Minggu Pagi-9]

Sehari setelah terjadinya pengeboman Paskah Berdarah di Sri Lanka hari Minggu, 21 April 2019, melalui aplikasi Whatsapp, saya menerima foto patung Bunda Maria menangis di Sri Lanka.

Tidak ada tanggal dan sumber berita yang menerangkan kapan terjadinya dan di mana patung Maria menangis itu berada.

Narasi singkat yang saya terima adalah "Baru kita mengerti mengapa dua hari sebelum pengeboman di Sri Lanka, patung Bunda Maria menangis".

Video ada di Youtube

Kini video patung Maria menangis sudah diunggah oleh warganet di Youtube. Salah satu versinya ialah ini:

Keterangan pengunggah video itu demikian:

"Mukjizat patung Bunda Maria Menangis Darah pada Jumat Agung, 19 April 2019 di Gereja Santo Filipus Neri, Katukurunda (Kalutara), Sri Lanka. Gambar-gambar ini dipublikasikan tanggal 20 April 2019."

Post Factum Pengeboman di Sri Lanka

Publik yang menyaksikan reportase patung Maria menangis segera menghubungkan peristiwa ini dengan pengeboman yang mengguncang Sri Lanka, Minggu, 21 April lalu.

Gereja Katolik belum mengeluarkan keputusan resmi mengenai patung Maria menangis di Sri Lanka.

Biasanya Gereja Katolik memang bersikap kritis terhadap dugaan mukjizat dalam bentuk apa pun. Jangankan peristiwa patung menangis, dugaan mukjizat yang dialami seseorang berkat perantaraan orang kudus pun tidak serta-merta dinyatakan sebagai mukjizat dalam waktu singkat oleh otoritas Gereja Katolik.

Proses Penyelidikan Resmi oleh Gereja Katolik

Gereja Katolik lazimnya mengadakan penyelidikan resmi yang dilakukan oleh keuskupan setempat. Penyelidikan resmi ini tidak selalu dilaksanakan. Jika uskup setempat menilai tidak perlu diadakan penyelidikan atas peristiwa tertentu, tidak akan ada penyelidikan dari pihak Gereja Katolik.

Jika benar diadakan, Gereja Katolik selalu melibatkan ahli lintas disiplin ilmu.

Dalam kasus patung Maria menangis, Gereja dipastikan meminta keterangan dari pembuat patung, ahli bahan pembuatan patung terkait, tenaga medis, laboratorium klinis, kepolisian serta saksi-saksi terpercaya.

Cairan yang menetes dari patung pasti akan diselidiki kandungannya, asalnya (apa dari pengembunan, cat yang mencair, dan seterusnya), dan frekuensi menetesnya.

Tes laboratorium pasti dilakukan untuk mengetahui apakah cairan itu air mata manusia atau darah manusia. 

Jika proses penyelidikan secara menyeluruh telah dilakukan, Gereja dapat mengumumkan hasilnya dengan narasi ilmiah yang dipadukan dengan sikap iman yang sehat.

Lazimnya, Gereja tidak menyimpulkan bahwa patung menangis air mata atau air mata darah adalah mukjizat yang harus dipercayai umat beriman.

Meski penyelidikan menyimpulkan cairan itu air mata atau darah manusia dan asal-usulnya tak dapat dijelaskan secara ilmiah, Gereja biasanya tidak menyatakan "Ini sungguh mukjizat yang wajib kita percayai".

Mengapa? Iman Katolik bersumber bukan pada mukjizat, tetapi pada dua sumber pokok: Alkitab dan Tradisi Suci.

Apa yang disampaikan Alkitab dan Tradisi Suci yang diwariskan para rasul sudah cukup. Mukjizat, bahkan penampakan Bunda Maria tidak menambah "isi iman Katolik", namun hanya "meneguhkan" saja isi iman Katolik yang sudah kita temukan dalam Alkitab dan Tradisi Suci.

Menilai Pewahyuan Pribadi

Hal yang sama berlaku untuk pewahyuan-pewahyuan pribadi. Misalnya, seorang Katolik (yang saleh) mengaku mendapat penampakan Yesus atau Bunda Maria dan para kudus. 

Pewahyuan pribadi ini "meneguhkan" iman si penerima (tentu si penerima harus secara bijak menilai dengan bimbingan pastor atau pembimbing rohani apakah pewahyuan pribadi itu dari Tuhan atau dari setan yang berpura-pura). Pewahyuan pribadi ini, meskipun demikian dahsyat, sama sekali tidak menambah "isi iman Katolik". 

Memang benar, Gereja Katolik akhirnya menjadikan sejumlah pewahyuan pribadi sebagai devosi yang diakui Gereja. Misalnya, penampakan Yesus pada Suster Faustina dari Polandia akhirnya diakui resmi dan dilembagakan dalam "liturgi dan devosi Kerahiman Ilahi".

Akan tetapi, perlu diingat, paham Kerahiman Ilahi bukan suatu hal yang sungguh baru. Kerahiman Ilahi sudah ditemukan dalam Alkitab, misalnya dalam ajaran Yesus mengenai "si anak bungsu pendosa yang diampuni Bapanya".

Sikap yang Tepat Menyikapi Dugaan Mukjizat

Iman sejati bukan iman yang tergantung dari mukjizat istimewa. Iman sejati tumbuh dari membaca Alkitab, berdoa dengan tekun tiap hari, berderma dengan tulus. Singkat kata, iman sejati tumbuh justru dalam rutinitas olah rohani dan kegiatan sehari-hari, bukan dari peristiwa istimewa yang amat jarang terjadi.

Benar bahwa mukjizat itu nyata dan terus terjadi. Akan tetapi, mujkizat itu adalah karunia amat istimewa yang amat langka. Tidak usah terlalu menggantungkan iman pada (dugaan) mukjizat. Tidak perlu menggebu-gebu mencari dan memohon mukjizat.

Bukalah mata hati, sadarilah tiap hari Tuhan mengerjakan mukjizat-mukjizat kecil melalui orang-orang dan peristiwa biasa yang kita alami tiap hari.

Wasana Kata

Lepas dari apakah benar patung menangis itu suatu pertanda dari surga, mari kita tambah khusyuk berdoa bagi para korban yang gugur, korban luka, dan keluarga para korban tragedi Paskah Berdarah di Sri Lanka.

Kita doakan juga para pelaku, yang jika kita pikir secara mendalam, adalah juga korban. Korban dari indoktrinasi paham agama yang keliru. Korban dari hasrat balas dendam yang salah sasaran dan tak manusiawi.

"Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat" (Luk 23:34).

Selamat Paskah 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun