Mohon tunggu...
Ruang Berbagi
Ruang Berbagi Mohon Tunggu... Dosen - 🌱

Menulis untuk berbagi pada yang memerlukan. Bersyukur atas dua juta tayangan di Kompasiana karena sahabat semua :)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengulik Paham di Balik Ajaran "Kiamat Lokal" di Ponorogo

14 Maret 2019   06:07 Diperbarui: 14 Maret 2019   07:20 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Facebook Info Cegatan Wilayah Ponorogo makin ramai setelah warganet bernama Rizki Ahmad Ridho mengunggah informasi tentang menyebarnya ajaran tentang "kiamat lokal" di Ponorogo.

Dikabarkan, seorang dengan berjaket nama seorang nabi berhasil meyakinkan 52 warga Ponorogo bahwa kiamat sudah dekat. Kiamat akan terjadi mulai dari Ponorogo. 

Yang mau selamat dari kiamat diajaknya pindah ke sebuah lokasi di Malang. 

52 warga pindah ke Malang

Sungguh terjadi. 52 warga Desa Watu Bonang, Kecamatan Badegan, Kabupaten Ponorogo meyakini ajakan si oknum tadi. Mereka ramai-ramai pindah ke Malang, Jawa Timur agar selamat dari kiamat.

Tanah di Ponorogo mereka jual. Mereka yakin, kiamat lokal akan terjadi di Ponorogo.

Bukan gejala baru

Para peneliti menamai gejala sosial-keagamaan semacam ini dengan mesianisme atau mahdisme. 

Siradjuddin Abbas berpendapat bahwa 'paham Ratu Adil di Jawa' meyakini akan lahirnya seorang Ratu Adil yang akan menegakkan kebenaran dan keadilan (Abbas, 1983: 131).
Akan tetapi, Emmanuel Subangun berpendapat bahwa dalam pandangan hidup Jawa tidak dikenal Mesias. la mengatakan,"apa yang disebut mesianisme Jawa tidak lain dari sekadar alat peledak yang dipergunakan secara sengaja oleh para pemimpin huru-hara di pedesaan Jawa (Subangun, 1977:26).

Sejalan dengan pendapat Emmanuel, Harijadi S. Hartowardojo mengungkapkan bahwa apa dan siapa pun Ratu Adil itu, gejala ini hanyalah sebuah mitos yang mempunyai pengaruh kontroversial. Di satu pihak memberikan harapan, sedang di pihak lain menimbulkan sikap-sikap fatalistis karena orang menjadi pasrah dalam menghadapi masalah-masalah yang terjadi (Harijadi, 1977: 48-51). 

Sartono berpendapat, apa pun dan bagaimanapun pendapat mengenai Mahdisime, timbulnya gerakan ini bersumber pada keresahan sosial yang disebabkan oleh pertemuan beberapa sebab yang saling bertalian satu sama lain (Sartono, 1973: 88).
Gus Dur berpendapat, apa pun nama serta ide Mahdisme itu, ia hanyalah manifestasi berwajah banyak dari fenomena yang satu
(Abdurrahman Wahid, 1977: 63).

Memahami dengan hati warga yang percaya Mahdisme

Saya mengajak kita untuk memahami dengan hati para saudara-saudari kita yang telanjur percaya pada Mahdisme. 

Dalam kasus di Ponorogo, warga bahkan sampai rela menjual rumah dan tanah dan meninggalkan kampung halaman yang dicintai demi menghindari kiamat lokal.

Mereka janganlah kita pandang sesat. Mereka semua sejatinya adalah korban. Ya, merekalah korban dari sebuah paham yang lahir dari aneka faktor:

- ketidakadilan ekonomi dan sosial yang mungkin mereka alami

- tidak utuhnya  pengajaran agama(-agama) yang mereka batinkan

- kurangnya logika berpikir akibat minimnya pendidikan

- terblokirnya logika berpikir akibat indoktrinasi agama

- munculnya tokoh kharismatik yang mampu memberi harapan dan solusi instan

Kita tentu masih ingat kasus Lia Eden dan Sekte Kerajaan Ubur-Ubur di Serang. 

news.okezone.com
news.okezone.com
Dua kasus ini hanyalah sebagian kecil dari Mahdisme yang sempat terekam pemberitaan media. Di level akar rumput, saya yakin sekali, ada banyak aliran-aliran dan kelompok Mahdisme di Nusantara tercinta ini.

Mereka menjamur, sebagian di bawah tanah sehingga tak terdeteksi nyamuk pers dan warga sekitar. Mereka "aman" karena memang sejatinya sifat Mahdisme ini bukan pertama-tama mau memberontak pada negara. 

Mereka hanya mencari sekeping surga di tengah dunia yang makin tak tentu arah (menurut pandangan mereka). Mereka mungkin jengah juga dengan agama-agama "resmi" dan "utama" yang justru dijadikan alat oleh sebagian pengikutnya untuk saling hina. 

Karena itulah, mereka menciptakan sistem "agama baru" yang lebih nyaman bagi mereka. Aneh bagi orang "normal". Akan tetapi, bagi mereka, ajaran itu justru yang paling benar dan patut dipercaya! Seperti dua orang berhadapan yang melihat angka di atas pasir. Satu melihat angka 6. Satunya lagi melihat angka 9. 

medium.com/@latika_139
medium.com/@latika_139
Jangan dianiaya!

Kita masih ingat peristiwa persekusi terhadap pengikut anggota organisasi Gerakan Fajar Nusantara di Kabupaten Mempawah Timur di Kalimantan Barat pada Januari 2016. Oknum warga melakukan pembakaran tempat tinggal pengikut Gafatar dan mengusir sedikitnya 1.124 anggota Gafatar (BBC Indonesia, 21 Januari 2016).

Jangan menganiaya korban ajaran Mahdisme semacam ini. benar bahwa penyebaran ajaran "aneh" dapat meresahkan masyarakat. Akan tetapi, sebenarnya, dalam perspektif studi agama-agama, maksud pengikut Mahdisme ini pertama-tama bukan untuk menebarkan keresahan. Mereka "hanya" mewartakan apa yang mereka yakini. 

Sejujurnya, jika kita tempatkan pengikut Mahdisme ini "sejajar" dengan penganut agama-agama "resmi" dan "besar", yang mereka lakukan itu mirip dengan "misi" atau "zending" atau "syiar". 

Saya sadar, tidak semua orang setuju dengan pemaparan dari sudut pandang keilmuan studi agama-agama yang baru saja saya tulis di atas. Sebabnya, kita telanjur dikondisikan oleh dikotomi "agama resmi" dan "tidak resmi" dalam konteks kenegaraan di Indonesia. 

Saya tak bermaksud melawan hukum negara. Yang coba saya tawarkan adalah perspektif "baru" dalam memandang Mahdisme secara ilmiah.

Sebagai seorang Katolik, saya tak sepakat dengan ajaran Mahdisme. Tetapi, sebagai seorang pembelajar ilmu agama-agama, saya tahu, dalam dunia akademik, Mahdisme dipelajari dan ditempatkan sejajar dengan fenomena keagamaan lain di dunia, baik itu agama "resmi" dan "arus utama" maupun agama "pinggiran" dan "melawan arus".

Para pengikut Mahdisme yang sudah terlalu kelewatan hingga bersikap fatalistik adalah orang-orang yang justru perlu diingatkan agar kembali menemukan keseimbangan dan kebijaksanaan hidup. 

Mereka justru jadi pengingat bagi kita: beragama boleh, berkepercayaan boleh, tapi jangan lupakan kebijaksanaan dan logika berpikir sebagai manusia yang hidup bermasyarakat.

Beragama secara buta akan membawa orang pada sikap fatalistik seperti yang ditunjukkan 52 warga di atas. Orang menjadi pasrah, tak lagi berpikir sehat, tak lagi berusaha dan beribadah. Semua segera berakhir dengan kiamat, tak peduli kiamat itu global atau lokal. 

Padahal, tak seorang pun bisa memastikan, kapan kiamat akan terjadi. Para ilmuwan pun masih berdebat, bagaimana dan kapan secara ilmiah akhir dunia akan terjadi. 

Hanya Tuhan Maha Tahu yang tahu jawabnya...

Bukan yang pertama dan terakhir

Saudara-saudara kita yang jadi korban Mahdisme di Ponorogo hendaknya kita perlakukan dengan bijaksana. Saya yakin, mereka bukanlah korban terakhir. 

Di masa mendatang, tetap akan ada, bahkan mungkin makin banyak orang yang mengaku sebagai "juru selamat". Saya berani menjamin, di masa datang, akan tetap ada orang-orang yang silau oleh ajaran Mahdisme ini dan menjual segalanya demi mencari selamat.

Nothing is  new under the sun. Di bawah mentari, tak ada sesuatu yang baru. Sejarah akan berulang. Kita yang perlu bercermin diri: sudahkah aku beragama dengan hati murni dan bijaksana? Atau jangan-jangan, diri kita justru jadi bagian masyarakat yang picik dalam menerapkan ajaran agama? 

Jangan-jangan, justru sikap sebagian dari kita yang gemar menyalahgunakan ajaran agama-agama untuk kepentingan politik dan egoistik-lah yang justru memicu suburnya Mahdisme di Indonesia?  

Jangan salahkan pengikut Mahdisme saja. Mungkin kita juga yang "turut" menjerumuskan mereka...

Salam persaudaraan.

Sumber: 1, 2

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun