Mohon tunggu...
Ruang Berbagi
Ruang Berbagi Mohon Tunggu... Dosen - 🌱

Menulis untuk berbagi pada yang memerlukan. Bersyukur atas dua juta tayangan di Kompasiana karena sahabat semua :)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengulik Paham di Balik Ajaran "Kiamat Lokal" di Ponorogo

14 Maret 2019   06:07 Diperbarui: 14 Maret 2019   07:20 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mereka justru jadi pengingat bagi kita: beragama boleh, berkepercayaan boleh, tapi jangan lupakan kebijaksanaan dan logika berpikir sebagai manusia yang hidup bermasyarakat.

Beragama secara buta akan membawa orang pada sikap fatalistik seperti yang ditunjukkan 52 warga di atas. Orang menjadi pasrah, tak lagi berpikir sehat, tak lagi berusaha dan beribadah. Semua segera berakhir dengan kiamat, tak peduli kiamat itu global atau lokal. 

Padahal, tak seorang pun bisa memastikan, kapan kiamat akan terjadi. Para ilmuwan pun masih berdebat, bagaimana dan kapan secara ilmiah akhir dunia akan terjadi. 

Hanya Tuhan Maha Tahu yang tahu jawabnya...

Bukan yang pertama dan terakhir

Saudara-saudara kita yang jadi korban Mahdisme di Ponorogo hendaknya kita perlakukan dengan bijaksana. Saya yakin, mereka bukanlah korban terakhir. 

Di masa mendatang, tetap akan ada, bahkan mungkin makin banyak orang yang mengaku sebagai "juru selamat". Saya berani menjamin, di masa datang, akan tetap ada orang-orang yang silau oleh ajaran Mahdisme ini dan menjual segalanya demi mencari selamat.

Nothing is  new under the sun. Di bawah mentari, tak ada sesuatu yang baru. Sejarah akan berulang. Kita yang perlu bercermin diri: sudahkah aku beragama dengan hati murni dan bijaksana? Atau jangan-jangan, diri kita justru jadi bagian masyarakat yang picik dalam menerapkan ajaran agama? 

Jangan-jangan, justru sikap sebagian dari kita yang gemar menyalahgunakan ajaran agama-agama untuk kepentingan politik dan egoistik-lah yang justru memicu suburnya Mahdisme di Indonesia?  

Jangan salahkan pengikut Mahdisme saja. Mungkin kita juga yang "turut" menjerumuskan mereka...

Salam persaudaraan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun