Mohon tunggu...
Bob S. Effendi
Bob S. Effendi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Konsultan Energi

Konsultan Energi, Pengurus KADIN dan Pokja ESDM KEIN

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Pelajaran dari Kebijakan Hijau Jerman bagi Indonesia

14 Mei 2016   23:45 Diperbarui: 16 Mei 2016   20:58 1085
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

middle-east-go-nuclear-57375765b47e6198101a36d9.jpg
middle-east-go-nuclear-57375765b47e6198101a36d9.jpg
Negara-negara Arab yang kaya minyak dan tentunya adalah lokasi yang paling cocok untuk PLT Surya tetapi tetap memilih PLTN, jelas terlihat bahwa negara-negara Arab tersebut akan menjadikan Nuklir sebagai sumber energy primer utama mereka yang merupakan sebuah pilihan yang rasional.

Di Asia, Bangladesh yang GDP per Kapita nya jauh di bawah Indonesia juga telah menandatangi kontrak pembangunan PLTN dengan Rusia, Vietnam tahun depan akan memulai kontruksi PLTN pertama mereka.

Negara-negara ini adalah negara yang tidak mempunyai pengalaman Nuklir sama sekali, tidak ada reactor experiment, tidak ada fakultas Nuklir, tidak ada badan pengawas, tidak ada UU Nuklir tetapi mereka memberanikan diri untuk membangun PLTN.

Indonesia yang sudah memiliki semua infrastruktur Nuklir yang di butuhkan, bahkan selama 10 tahun terakhir IAEA sudah menyatakan Indonesia sudah siapa untuk mengoperasikan PLTN tapi kenyataannya sudah 40 tahun masih maju – mundur. 

Dalam kasus Jerman saya yakin pada akhirnya realitas ekonomi, Industri yang sudah babak belur dengan listrik mahal, rakyat miskin menjerit karena di putus listriknya akan menghantam Jerman sebagaimana terjadi dengan kasus Jepang yang akhirnya menghidupkan kembali PLTN nya. - Ini adalah hal yang tidak akan terbantahkan. 

slogan-5738487da7afbd4d09ddc293.jpg
slogan-5738487da7afbd4d09ddc293.jpg

Konklusi

Perencanaan energi haruslah mempertimbangkan ekonomisan, sehingga industri tersebut dapat bersaing bukan mengandalkan subsidi yang akhirnya membebani APBN dan tidak menjadikan kemandirian energi.  Perhitungan keekomisan harus di hitung across the board (termasuk untuk EBT) melalui metode LCOE (levelised cost of energy). 

Secara tegas saya mengatakan bahwa perencanaan energi Indonesia yang di tuangkan dalam RUEN, tidak akan menghasilkan Ketahanan Energi ataupun Kedaulatan Energi sesuai dengan Nawacita. Terbukti dengan Index Ketahanan Energi (Trilemma) yang di ukur oleh World Energy Council dari tahun ke tahun merosot, bahkan posisi Indonesia di bawah Thailand, Malaysia dan Singapore yang tidak memiliki sumber daya energi sebesar Indonesia - jadi ini adalah masalah perencanaan bukan sumberdaya. 

Untuk membaca lebih detail tentang perencanaan energi dapat membaca tulisan saya terdahulu. "Energi Murah vs Energi Bersih"

sebagai penutup mari kita ambil lesson learned dari Jerman dan Perancis maka konklusi sangat sederhana yaitu :

  • Bahwa PLTN adalah pembangkit Listrik TERAMAN di banding jenis pembangkit lainnya.
  • Bahwa PLTN menghasilkan Listrik lebih murah dari renewable tanpa emisi CO2.
  • Bahwa untuk mengurangi emisi CO2 yang paling efektif adalah dengan meningkatkan bauran hydro dan Nuklir bukan renewable (anginn dan surya).
  • Bahwa meningkatkan bauran energi renewable (angin dan surya) hanya membuat tariif Listrik menjadi mahal.
  • Bahwa untuk mencapai Ketahanan Energi dapat di capai dengan Hydro + Nuklir

Terima kasih. semoga tulisan ini dapat menjadi masukan bagi Bangsa dan para pengambil keputusan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun