Mohon tunggu...
Budhi Masthuri
Budhi Masthuri Mohon Tunggu... Seniman - Cucunya Mbah Dollah

Masih Belajar Menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Inovasi dan Penguatan Modal Sosial: Belajar dari Kota Yogyakarta

3 Agustus 2021   14:34 Diperbarui: 3 Agustus 2021   14:43 965
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Situasi jaringan sosial dalam Kelompok Tani Tanem Tuwuh terbentuk seperti apa yang dijelaskan Putnam dalam konsep "network of civic engagement". Warga membangun relasi satu sama lain dalam sebuah interaksi horizontal dan menghasilkan sesuatu (hasil panen) yang menguntungkan karena dapat dibeli dengan harga lebih murah dari harga pasar. Selain itu mereka terkadang menyempatkan diri menikmati bersama dalam sebuah event gathering masak dan makan bersama hasil panennya.

  • Kepercayaan (Trust)

Kepercayaan (trust) dalam ditemukan pada aktivitas donasi rutin dan sukarela beberapa anggotanya. Mereka percaya menyalurkan donasi karena merasa ikut menikmati hasilnya, sehingga menjadi kepuasan batin tersediri. Penggunaan dana hasil donasi juga transparan, laporan disampaikan dalam pertemuan sebulan sekali. 

Donasi yang awalnya hanya dilakukan oleh 5 orang yang status sosial ekonominya bagus,  lama-kelamaan menular, sehingga saat ini separuh lebih dari anggota Tanem Tuwuh juga rutin berdonasi dengan jumlah yang beragam, ada yang Rp.500.000, Rp.300.000, dan Rp.50.000. Ada juga yang berdonasi dalam bentuk bibit tanaman, bambu, dan menyumbangkan tenagannya. Semua itu dilakukan karena rasa saling percaya dan ikut memiliki, sehingga sejauh inipun tidak pernah ada pencurian hasil tanaman.

Selain itu, dana hasil donasi, penjualan hasil panen, pendapatan eco tourism dll sebagian juga dialokasikan untuk membantu warga dan anggota Kelompok Tani Tanem Tuwuh yang mengalami kesulitan, kemalangan, musibah dll. Mereka tidak keberatan, karena meyakini suatu saat jika mengalami hal sama juga akan mendapatkan bantuan.

Dua hal tersebut memberi gambaran bahwa warga dan anggota Tanem Tuwuh memiliki kepercayaan (trust) terhadap komunitasnya, karena yakin yang lainnya juga akan memperoleh dan melakukan hal yang sama. Ini yang disebut Putnam sebagai norma timbal banglik (norms of reciprocity) yang apabila dijalankan secara konsekwen akan menguatkan bangunan kepercayan (trust).

  • Norma-Norma (Norms)

Secara eksplisit memang tidak ditemukan adanya ketentuan norma tertulis. Tetapi adanya pengaturan dan keteraturan jadual piket untuk perawatan tanaman menunjukkan adanya aturan main yang mereka sepakati. Sehingga terjadi keteraturan dalam perawatan tanaman, termasuk berapa kali sehari tanaman harus disiram, siapa yang seharusnya menyiram, pelibatan para laki-laki (suami-suami) untuk spesifikasi pekerjaan tertentu seperti menyemediakan media tanam dan melakukan penataan ruang. Meskipun semuanya itu tidak tertulis, tetapi merupakan norma yang disepakati memberi manfaat untuk mereka.  

 Kesimpulan

Terjadi penguatan modal sosial dalam Kelompok Tani Tanem Tuwuh melalui berbagai fasilitasi yang diberikan Pemerintah Kota Yogyakarta dalam program Inovasi Temoto, Temonjo, Kroso. Penguatan ini bisa dilihat dengan membandingkkan bagaimana praktik sosial warga yang sebelumnya, tidak cukup saling mengenal dan berinteraksi sehingga kurang terbentuk jaringan sosial (social network), rasa saling percaya (trust) dan norma-norma (norms) sosial yang ada. 

Setelah Pemerintah Kota Yogyakarta melakukan penguatan melalui inovasi tersebut, jaringan sosial yang terbangun diantara anggota Tanem Tuwuh mampu membentuk kohesivitas antar mereka melalui intensitasitas kontak yang lebih meningkat dan berkualitas. 

Ini dapat dilihat dari aktivitas bersama yang dilakukan tidak hanya untuk tujuan praksis pengelolaan lahan pertanian, tetapi juga pengelolaan kebersamaan, misalnya melalui kegiatan ngobrol bareng, juga dalam moment senam bersama, jalan santai susur kampung dan masak serta makan bersama dari hasil pertanian.  

Komunikasi dan kordinasi juga terjadi sangat baik. Ini terlihat dari adanya pembagian tugas perawatan tanaman dan mekanisme penjualan hasil panen yang mengutamakan dengan harga yang jauh di bawah standar pasar. Jaringan sosial (social network) yang ada di Kelompok Tani Tanem Tuwuh ini sesuai dengan konsep "network of civic engagement" yang dikemukakan Putnam, dimana relasi satu sama lain terjalin dalam sebuah interaksi horizontal dan menghasilkan sesuatu (hasil panen) yang menguntungkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun