Mohon tunggu...
Budhi Han
Budhi Han Mohon Tunggu... -

Love to travel, read, watching and making movies, music

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Si Kancil Sang Pembunuh

16 September 2015   11:09 Diperbarui: 16 September 2015   11:58 514
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat saya mendengar nama Kancil disebut, ingatan saya kembali teringat ketika almarhum kakek saya dulu menceritakan dongeng si Kancil dengan segala kecerdikan dan kepiawaiannya menghindari musuh-musuhnya. Berderet-deret cerita tentang Kancil yang ada di ingatan saya mulai dari Si Kancil dan Petani, Si Kancil dan Harimau, Kancil dan Gajah, Kancil dan Siput, serta masih banyak lagi dongeng kancil yang menggugah rasa persahabatan dan mengasah pemikiran yang sampai kini masih sering saya ceritakan kepada anak saya berdasarkan ingatan saya dari kisah-kisah yang diceritakan oleh kakek.

Hingga pada suatu hari, istri saya-yang tidak pandai mendongeng-membelikan buku dongeng si kancil di sebuah toko buku. Anak saya memilihnya karena dia teringat akan kisah si kancil yang sering saya ceritakan. Dia ingin ibunya juga bisa menceritakan tentang si kancil saat saya sedang tidak bisa menemaninya tidur.

Dengan tulisan "Edisi Terlaris" sebagai pemikat, membuat istri saya memutuskan untuk membeli buku tersebut. Beberapa dongeng di awal buku mengingatkan saya pada kisah kancil yang diceritakan kakek saya dulu, namun betapa terkejutnya saya ketika saya menemukan kisah si kancil dan burung puyuh yang membuat bulu kuduk saya merinding. Sungguh saya tidak bisa membayangkan ada buku dongeng yang mengajarkan cara-cara membunuh, apa pun itu alasannya. Tokoh kancil yang kakek saya ajarkan adalah binatang cerdik yang mampu melakukan pembalasan dengan cara yang "manis dan cantik". Dalam cerita kakek saya walaupun si Harimau dililit ular dalam cerita 'Si kancil dan sabuk Nabi Sulaiman', tetapi dia berhasil keluar hidup-hidup, bebas dari lilitan sang ular dan menjadi musuh abadi si kancil karena si Harimau itu sendiri semakin pintar dan sukar untuk ditipu oleh si kancil dengan trik yang sama. Walaupun tetap saja si Harimau selalu menjadi tokoh yang berhasil ditipu, namun si kancil bukanlah pembunuh.

Dalam buku ini, khususnya pada cerita si Burung Puyuh, tertulis bagaimana mereka merencanakan sebuah pembunuhan. Mengatur kerja sama tim yang baik agar pembunuhan dilakukan dengan perlahan dan sangat menyakitkan. Dan yang lebih menyedihkan adalah mereka bangga telah melakukan pembunuhan. INI ADALAH SEBUAH PEMBUNUHAN BERENCANA!!! Dan diajarkan kepada anak-anak! Saya masih bisa terima ketika cerita ini masuk dalam kategori cerita untuk kalangan dewasa. Fiksi, melihat kancil dari sisi kelamnya, tetapi bila ini disajikan untuk konsumsi anak-anak... sungguh tidak pantas dan layak. Sangat jelas terlihat penulis dan penerbit bertanggung jawab terhadap kerusakan moral yang telah mereka berikan kepada anak-anak. Coba bayangkan bila buku ini dibaca oleh orang tua yang tidak bisa "menyaring" konten sebuah cerita? Bagaimana bila buku ini dibaca oleh pembantu atau babysitter yang menemani anak kita tidur? Bagaimana bila ini menjadi sugesti alam bawah sadar anak-anak kita karena dibacakan sebelum tidur? Permintaan maaf saja saya rasa belum cukup. Berikut beberapa cuplikan foto dari halaman buku dongeng tersebut:

 

[caption caption="Kancil Menyerang"]

[/caption]


[caption caption="Kayu Kopi Pembunuh"]

[/caption]

 

[caption caption="Membunuh Sebagai Pembelajaran"]

[/caption]

 

Sebagai orang tua, hati kecil saya cukup terpukul. Pantas bangsa ini semakin kacau, rupanya si penulis dan penerbit tidak melakukan edit ulang terhadap tulisan mereka. Pada bagian akhir, para pembunuh ini dengan bangga mengumumkan kepada warga desa bagaimana mereka melakukan eksekusi tersebut dan menjadikan ini sebagai pembelajaran bagi warga lainnya. Mereka juga "menjarah" harta Pak Congkak. Sekali lagi, bila ini ditulis untuk para pembaca yang sudah dewasa, saya akan angkat jempol mengenai ide ceritanya, tetapi buku ini ditulis untuk konsumsi anak-anak!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun