Pemerkosaan sebagai salah satu bentuk kekerasan jelas dilakukan dengan adanya paksaan baik secara halus maupun kasar. Hal ini menimbulkan dampak sosial bagi perempuan yang menjadi korban pemerkosaan tersebut.
Sementara itu, korban juga berpotensi mengalami trauma yang parah karena peristiwa pemerkosaan tersebut. Goncangan kejiwaan bisa dialami pada saat perkosaan maupun sesudahnya. Belum lagi situasi dimasyarakatpun dapat menambah depresi korban, bagaimana tidak. Stigma masyarakat memandang perempuan korban pemerkosaan adalah perempuan yang hina. Bahkan adapula masyarakat yang memandang perempuan korban pemerkosaan sebab dari apa yang sengaja memancing laki-laki untuk memperkosanya lantaran berpakaian terlalu seksi, atau dengan gampanganya akrab dengan laki-laki.
Secara moralitas, korban pemerkosaan cenderung menutup diri dari kalangan umum, mengingat dia seakan – akan menjadi orang yang tidak berguna lagi, malu, dan cemas akan masa depanya kelak. Belum lagi yang korban fikirkan siapa orang yang akan menerimanya sebagai pendamping hidupnya kalau statusnya sebagai korban pemerkosaan.
- Dampak Psikologis
Selain dampak sosial yang diterima oleh korban pemerkosaan. Secara psikologis, korban pemerkosaan sendiri masih trauma akan kejadian yang dialaminya. Depresi, fobia dan mimpi buruk, korban juga akan cenderung menyalahkan dirinya sendiri. Sehingga akan membatasi ruang sosialnya dan menutup diri dikamar.
Akibat dengan hubungan seksual secara paksa yang dialami oleh korban pemerkosaan, korban juga tidak menutup kemungkinan akan hamil, bagi korban yang memiliki depresi yang sangat kuat tidak menutup kemungkinan untuk melakukan percobaan bunuh diri
Dalam jangka pendek korban pemerkosaan, yang dialami korban yaitu timbulnya rasa sakit akibat robeknya selaput dara yang secara paksa tanpa adanya penetralan dalam melakukan hubungan soeksual dan luka-luka fisik lainya akibat perlawanan yang dilakukan si korban
Dari beberapa pernyataan diatas, adanya tindakan kekerasan seksual, pemerkosaan, penyodoman, pencabulan dan pelecehan seksual disebabkan karena adanya dorongan yang memicu untuk melakukan tindakan tersebut lebih jauh. Solusinya tak lain dan tak bukan, kita selaku generasi muda yang memiliki masa depan yang cerah, masa depan yang gemilang harus bahu membahu untuk menghentikan tindakan kekerasan seksual tersebut dengan cara memberikan pengarahan pada orang dibawah kita, sebagai contoh dan suri tauladan. Bentengi mereka dengan pendidikan moran, pendidikan seks sejak dini. Pendidikan seks disini jangan salah artikan secara leterlek, tapi ajarkan pada mereka bahwa dampak dari perilaku seksual yang kurang matang akan mengakibatkan seperti ini, ini, ini dan ini...
[1] Haryanto, 1997
[2] Prasetyo, 1997
[3] Pojoksatu.id