Di pinggir desa kecil bernama Mollehoj, tempat kabut turun lebih awal dari matahari dan burung-burung bernyanyi dalam dialek yang tak dikenali manusia, tinggal seorang gadis bernama Solvej Kenari.
Namanya diwariskan dari neneknya yang berasal dari Bornholm, pulau batu granit yang katanya pernah menjadi tempat pertemuan para penyihir laut.
Nama "kenari" disematkan oleh Ayahnya di belakang nama Solvej, sebagai hadiah ulang tahun ketika ia genap berusia tujuh tahun. Bersamaan dengan itu, sang Ayah menghadiahkan seekor burung kenari yang dibawanya dari negeri bernama nusantara, hasil pelayaran dagang ke negeri tropis. Ayah Solvej adalah pelaut hebat yang kerap singgah di berbagai negeri yang dilaluinya.
Ibunya meninggal karena sakit tepat saat Solvej genap berusia empat tahun. Beberapa tahun kemudian Onkel Mads Soholm—pamannya sekaligus sahabat ayahnya—mengabarkan bahwa sang ayah, seorang kapten kapal dagang, hilang di laut dan diduga telah meninggal dunia.Â
Namun, Solvej tidak sepenuhnya percaya. Ia yakin ayahnya terdampar di sebuah pulau jauh dan kini menjadi pemimpin suku penghuni pulau tersebut. Dalam hatinya, Solvej percaya bahwa suatu hari nanti, ayahnya akan kembali  ke desa Mollehoj dan hidup bersamanya lagi.
Solvej tidak seperti anak-anak lain. Ia lebih suka berbicara dengan lumut di batu daripada dengan manusia. Ia percaya bahwa setiap pohon di hutan Mollehoj menyimpan rahasia.
**
Suatu pagi menjelang siang musim gugur, ketika daun-daun beech mulai menguning dan aroma apel busuk memenuhi jalan setapak. Solvej melangkah pelan di jalan yang dipenuhi bunga liar dan dedaunan basah. Cahaya matahari menembus celah-celah kanopi, membentuk pola cahaya di tanah.Â
Di hadapannya, berdiri rumah pohon yang tak pernah ia lihat sebelumnya—berdiri anggun di atas pohon ek tua, dengan jendela bundar dan tangga kayu yang mengarah ke pintu kecil berukir rune.Â
Seekor burung kenari kuning bertengger di bahunya, mengepakkan sayapnya pelan. Burung Kenari menjadi sahabat setianya, kemanapun gadis kecil itu berjalan.