Di luar sana, platform media sosial ramai, bising, dan seringkali melelahkan. Kita berlomba membuat konten, mengedit, menyunting, mengatur algoritma. Tapi Kompasiana seperti rumah tua yang tidak pernah berubah.Â
Ada kebebeasan di sana—bukan kebebasan mutlak tanpa tanggung jawab, tapi kebebasan yang penuh kesabaran. Di Kompasiana, kita bisa menulis tentang pendidikan, tentang kebijakan, tentang harapan, atau bahkan tentang patah hati.
Tak ada editor yang membatasi, hanya komunitas yang merespons. Dan itulah kekuatannya: tulisan-tulisan kita diuji bukan oleh rating, tapi oleh dialog.
Kita tidak sekadar menulis untuk dibaca, tapi juga untuk membuka ruang diskusi. Menulis menjadi sarana berbagai perspektif, menyampaikan keresahan, menyulam ide, dan tak jarang menjadi sarana penyembuhan diri.
Menulis Kembali: Sebuah Tindakan Melawan Lupa
Kembali menulis di Kompasiana bagi saya adalah tindakan melawan lupa. Lupa akan kebiasaan baik untuk merenung. Lupa akan pentingnya menyeruakan pikiran di ruang publik yang sehat.
Lupa bahwa kita pernah punya mimpi menjadi penulis yang mempengaruhi bukan karena popularitas, tetapi karena kedalaman. Kini, saat pagi belum benar-benar terang, dan kopi di cangkir mulai menghangatkan tangan, saya membuka laptop, mengetik perlahan.Â
Bukan untuk mengejar siapa-siapa, tapi untuk menemukan kembali diri sendiri yang pernah hilang di antara kesibukan kerja dan rutinitas yang membius. Menulis kembali di Kompasiana seperti pulang ke diri sendiri.
Ayo Menulis Lagi, Kawan
Saya percaya, di luar sana banyak orang yang sebenarnya ingin menulis. Menulis bukan hanya karena ingin menang lomba, menulis hanya karena ada proyek mengejar target tertentu.Â
Menulis karena punya cerita, punya keberanian yang tinggal disentuh sedikit untuk lahir dalam bentuk tulisan. Tapi seringkali terhambat oleh rasa ragu: apakah tulisan saya layak? Apakah ada yang akan membaca?
Saya hanya ingin bilang, menulislah dulu. Tak perlu sempurna. Dunia ini sudah penuh dengan hal-hal artifisial, tapi selalu kekurangan kejujuran. Tulisan yang jujur akan selalu menemukan jalannya sendiri. Dan Kompasiana adalah tempat yang hangat untuk itu.
Seperti secangkir kopi yang tak pernah memaksa kita untuk menyesapnya cepat-cepat, kompasiana juga tidak menuntut kita menulis setiap hari. Tapi ia akan selalu ada, menanti kita kembali, kapan pun kita siap.