Mohon tunggu...
Riduannor
Riduannor Mohon Tunggu... Guru - Penulis

Citizen Journalism

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Pekerja di Hari Lebaran

10 April 2024   13:29 Diperbarui: 11 April 2024   00:30 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Suasana lebaran. (Foto: KOMPAS/PRIYOMBODO)

Ada jutaan orang yang sepertiku. Tetap bekerja, tidak ada hari libur, walau itu dihari lebaran, saatnya berkunjung, bermaafan dengan orang tua, keluarga, dan sanak handai taulan.

Mau apalagi, Pekerja paruh waktu, bisa juga hanya Karyawan magang. Tapi aku tetap bersyukur, bisa bekerja sebagai Crew disebuah restoran cepat saji.

Sulitnya mencari lapangan pekerjaan saat ini, memaksa diriku untuk tidak memilah dan memilih untuk bekerja. Kadang, ketika aku membaca sebuah medsos, yang isinya keluh-kesah urusan gaji guru, dosen, membuatku berpikir ulang melanjutkan kuliah pencetak tenaga pendidik.

Aku berpikir, "mungkin jadi guru enak ya?, apa lagi jadi seorang dosen?." Kerjanya tidak seharian, hanya separuh hari. Ada hari libur, ada hari cuti. Ada gaji tetap, sesuai UMR, ada insentif, dan tunjangan lainnya."

Tidak sepertiku, jam kerja tidak menentu. Kadang masuk pagi, pulang malam. Atau masuk sore, pulangnya dinihari menjelang shubuh. Kerja membersihkan piring-piring kotor, membersihkan ruang restoran. Terkadang memasak makanan di dapur.


Bisa juga bertugas mengantarkan makanan ke pelanggan yang memesan secara delivery order. Jangan ditanya, kalau masalah capenya. Saat orang tidur nyenyak, Aku bekerja mencuci piring, membersihkan ruangan restoran, meja, kursi, dan lainnya sesuai standar kesehatan.

Baca juga: Penyair Tua

***

Aku berpikir ulang untuk mendaftar kuliah menjadi guru di sebuah Kampus ternama di kotaku, tahun ini. Yang bergaji 2-3 juta saja masih mengeluh. Belum lagi yang tenaga honorer dengan gaji dari sekolah, sampai 2-3 bulan baru gajian, menunggu dana sekolah baru cair.

Sampai muncul tagar dimedia sosial x, "tagar jangan jadi guru atau dosen. " Aku tidak ingin jadi generasi pengeluh, generasi yang hanya bisa menyalahkan, tanpa solusi. 

Biarlah aku terus berjuang melawan godaan Morpheus, menjadi karyawan magang di restoran cepat saji. Membersihkan lantai, kaca restoran, merapikan kursi dan meja pelanggan. 

Memasak makanan, menyajikan dengan sempurna kepada pelanggan. Dan mengantarkannya dengan penuh senyuman. Dulu, aku sempat bekerja di Angkringan yang menjual tempe mendoan, selama 3 bulan. 

Bekerja dari siang, sampai jam sepuluh malam dengan gaji 1 juta perbulan. Itupun dicicil sebanyak 3 kali, karena alasan pemilik angkringan dagangan lagi sepi. Dan capaian pembelian menurun. 

Dan-akhirnya, aku resign dari karyawan angkringan. Sempat nganggur setengah bulan, akhirnya diterima di restoran cepat saji. Melalui seleksi berkas, tertulis dan wawancara. Sampai akhirnya diterima bekerja di restoran cepat saji terkenal di kotaku.

***

Ilustrasi Cerpen Pekerja di Hari Lebaran diolah menggunakan Ai Bing (Dokumen Pribadi)
Ilustrasi Cerpen Pekerja di Hari Lebaran diolah menggunakan Ai Bing (Dokumen Pribadi)

Aku tidak bisa berhenti bekerja. Karena roda ekonomi keluarga ada di tanganku. Aku harus tetap menggali sumur kekuatan. Dan bisa menyemai ladang tenaga. 

Dihari lebaran ini, aku bekerja dari jam lima sore, hingga ketemu jam lima pagi. Menjelang sholat Subuh, dan mendekati takbiran di pagi bulan syawal.

Pernah juga aku ingin resign, karena sangking lelahnya bekerja direstoran cepat saji. Dan meminta tolong Pak Harun, untuk menjadi guru disekolahnya. Pak Harun, hanyalah seorang operator sekolah yang digaji honor dari dana sekolah.

"Gak usah mas Randa, gaji jadi guru honor itu kecil."

"Berapa Pak Harun, kalau pertama masuk menjadi guru honor di sekolah?."

"Ah, paling sampeyan bisanya digaji sebesar Rp.500 ribu perbulan. Itupun terkadang dirapel tiga bulan sekali. Karena gaji honor sekolah dibayarkan menggunakan dana Bosda (Bantuan operasional sekolah) mas!." Jelas Pak Harun.

Sudah 12 tahun, Pak Harun menjadi tenaga honor di sekolah tersebut. Dan gajinya pun selama itu baru mencapai satu juta perbulan.

***

Setelah, aku bekerja di restoran cepat saji mencapai satu tahun. Tak terasa, gajiku pun, walau belum tetap. Tapi lumayan, terus dinaikkan oleh shift supervisor, karena dedikasi kerjaku yang dinilai baik dan penuh tanggung jawab.

"Alhamdulillah, walaupun karyawan magang, aku mendapatkan THR dari restoran." sambil tersenyum, aku mengeluarkan amplop putih yang diberikan Pak hadi sebagai Shift Manager restoran cepat saji, tempatku bekerja.

Aku membuka amplop putih tersebut, tersusun uang lima puluh ribuan, lumayan banyak ketika kubuka. Sekitar sebulan gaji biasa kuterima perbulannya, yang mencapai tiga juta tujuh ratus lima puluh ribuan.

Pimpinan Shift manajer juga menyampaikan, ketika aku mau pulang dari restoran tadi pagi. 

"Randa, selamat ya. Karena penilaian restoran kerjamu bagus, tidak pernah mengeluh, bekerja sesuai target, tepat waktu. Gajimu bulan depan bisa mencapai 4 juta perbulan."

Rasa kantuk terasa hilang, kabar baik tersebut menambah berkah di hari lebaran. Walaupun tetap bekerja di hari lebaran. Tidak membuatku menjadi sedih. Karena orang-orang biasa sepertiku, harus tetap bekerja dan menggerakkan roda ekonomi keluarga, dan juga berbuat sesuatu terbaik di restoran tempatku bekerja. (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun