Mohon tunggu...
Riduannor
Riduannor Mohon Tunggu... Guru - Penulis

Citizen Journalism

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Tegar, Film Anak Difabel yang Menguras Air Mata Kepala Sekolah

18 September 2023   22:24 Diperbarui: 18 September 2023   22:28 1472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cuplikan film Tegar. Dokumen Aksa Bumi Langit

Bersama rekan Kepala Sekolah se-kota Samarinda hari ini memenuhi undangan nobar film Tegar. Awalnya saya juga bertanya-tanya sendiri. Film apa sih tegar ini?. Judulnya singkat hanya lima hurup.

Sebuah Undangan dikirim secara khusus melalui wa oleh Ketua Kelompok kerja Kepala Sekolah (K3S). Saya juga kurang mengetahui flm ini bercerita tentang apa. 

"Ah, nonton aja deh, daripada Bapak penasaran?, Ujar bu Ani sesaat saya sebelum berangkat ke Mall Plaza Mulia yang sudah sepi. Dan banyak tokonya sudah tutup. Tapi disana bioskopnya masih memutar film dan ada juga Hotel yang beroperasi di sana.

"Iya bu Ani, katanya semua Kepala Sekolah ikut nonton bareng hari ini. Semua Kepala Sekolah SD dan SMP, baik negeri maupun swasta. Mungkin mau menghibur Kepala Sekolah kali ya?, hehehe..

Tapi bu Ani, setelah semua Kepala Sekolah nonton, guru dan murid juga nonton flm tegar tersebut di hari yang lain. Tujuannya untuk membentuk karakter anak dan menumbuhkan rasa peduli anak terhadap sesama.


***

Perbincanganku dengan bu Ani membicarakan film Tegar berjalan hangat. Hingga pukul 08.15 Wita aku pamit, untuk berangkat. Perbincanganpun aku sudahi. 

Diundangan pemutaran film tegar dimulai jam 09.00 wita. Saya harus segera berangkat, karena perjalanan menuju Mall tersebut cukup lumayan jauh. Belum lagi, biasanya jam segini jalanan terasa macet menuju kota. Apalagi hari senin.

Sesampai di Mall Plaza Mulia, jalanan menuju lorong parkir masih sepi. Apa saya terlalu cepat datang?. Setelah mengambil karcis parkir, saya bergegas menuju lantai Parkir 6, yang lorongnya berkelok-kelok seperti ular.

Sesampai di Basement Parking lantai 6, saya kembali menaiki tangga menuju lantai 8, dimana bioskop di Mall tersebut memutar film tegar.

***

"eeih, Pak Riduan, lewat mana?,". Beberapa Kepala Sekolah yang datang menyapa, sambil bersalaman. Ternyata banyak yang hadir melalui jalan lain. Mungkin melalui tangga eskalator yang ada di dalam Mall Plaza Mulia.

"Film apa sih Pak Gun, "Tegar itu?," tanyaku dengan Pak Gunadi Kepala Sekolah di sebuah SD satu kecamatan denganku.

"Belum tahu juga, film apa itu yang diputar, tentang teroris mungkin ya?," tanya balik Pak Gun.

Sesampai dibagian Panitia saya dan semua undangan, diberi sebuah surat edaran dan poster flm tegar. Terlihat dari poster film tersebut seorang anak kecil, seusia SD mengayuh sepeda. Kedua tangannya tidak ada. Saya memperhatikan poster itu dengan lebih cermat.

Disini saya baru memahami, film tegar menceritakan seorang anak difabel. Cuman alur ceritanya saya belum tahu. Ya, yang jelas ditonton dulu. Aku baru ingat, sekolah tempatku bertugas juga termasuk sekolah inklusi, yang bisa menerima Anak berkebutuhan khusus (ABK).

***

Poster Film Tegar yang dibagikan sesaat memasuki ruang Bioskop (Sumber : Dokumen Aksa Bumi Langit)
Poster Film Tegar yang dibagikan sesaat memasuki ruang Bioskop (Sumber : Dokumen Aksa Bumi Langit)

Sebelum masuk ruang bioskop, para Kepala Sekolah mengisi daftar hadir. Ternyata bukan hanya Kepala Sekolah, ada juga guru yang hadir mewakili kepala sekolahnya.

Didepan pintu bioskop, seorang petugas memberikan sebungkus pop corn dan sebotol air mineral. 

"Selamat menikmati Pak, selamat menonton " sapa petugas sambil tersenyum dengan ramah.

Saya pun menerima bungkusan popcorn dan sebotol air mineral. Dan memasuki ruangan bioskop yang lampunya mulai dimatikan. Deretan kursi sudah mulai terisi. 

Saya duduk didekat seorang guru yang mewakili kepala sekolahnya. Ia guru di daerah Samarinda Kota. Dari bioskop katanya tidak terlalu jauh untuk berjalan kaki.

***

Ia seorang guru honorer. Dan sempat saling berkenalan sesaat film akan diputar. Seorang guru SD dengan latar belakang pendidikan Graphic Design, lulusan Polnes negeri di Kota Samarinda.

Saya sempat bertanya juga, pasti pintar menggambar. Namun dijawab mungkin sudah lupa Pak. Tertutup dengan membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). 

Namun katanya, ia tetap kuliah di Universitas Terbuka mengambil jurusan guru SD. Begitulah, sering kali banyak guru yang kuliah ulang karena pendidikan tidak linear dengan jenjangnya mengajar.

Dan akhirnya, lampu dimatikan. Film tegar diputar. Film dimulai dengan kemunculan kakeknya Tegar yang dimainkan tokoh kawakan, Deddy Mizwar. Tegar dimainkan M.Aldifi Tegarajasa, aktor cilik dan pendatang baru dilayar kaca. Ia juga penyandang disabilitas.

Dari sini alur cerita di mulai. Perjuangan seorang anak difabel berusia 10 tahun. Yang hanya tinggal bersama Kakeknya dan pembantu rumah tangga. Dan Ibunya yang selalu sibuk dengan kerja. 

Sehingga Tegar kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang orang tuanya. Apalagi sejak lahir, Ayahnya sudah meninggalkan ibunya.  Hingga silang pendapat sering terjadi antara kakek dan Ibunya Tegar.

***

Cuplikan Flm Tegar, sesaat berhasil meninggalkan rumahnya. Dokumen Aksa Bumi Langit
Cuplikan Flm Tegar, sesaat berhasil meninggalkan rumahnya. Dokumen Aksa Bumi Langit

Alur ceritanya yang penuh kesedihan. Membuat para Kepala Sekolah terbawa suasana hati Tegar. Tak terasa air mata, mengalir pelan. Mungkin terlalu menghayati. Atau film Tegar, alur ceritanya epic.

Hingga Tegar berjuang sendiri, saat hari pertamanya masuk sekolah. Kakeknya meninggal dunia dalam tidur. Dan membuat Tegar batal turun kesekolah. 

Film Tegar, memang banyak sarat pesan moral. Seorang anak difabel, dengan keterbatasannya tidak membuat dirinya terbatas. Justru keterbatasan membuatnya berprestasi, mempunyai kemampuan diatas rata-rata anak normal. Pintar melukis, dan mengatasi kesulitan dirinya, ditengah hidup sendiri dirumah mewah ditengah hutan.

Terlihat Ibu Guru disampingku, juga larut dengan jalan cerita Film  Tegar. Sesekali aku mencuri pandang. Matanya berkaca-kaca, dan ada bulir bening  disudut matanya. 

Ah, aku juga menyeka air mata di sela sudut mataku. Mungkin dibelakang sana atau didepan, para Kepala Sekolah juga larut dalam kesedihan Tegar. Tak terasa air mata ikut mewarnai sepanjang film ini diputar. " Ibu menangis? "  Sapaku dengan Ibu guru yang duduk disamping. 

"Bapak juga?". Balasnya dengan tersenyum. Ehh..film Tegar, menguras air mata Kepala Sekolah. Guru juga. (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun