Mohon tunggu...
Riduannor
Riduannor Mohon Tunggu... Guru - Penulis

Citizen Journalism

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

"Gegeran", Minyak Goreng

26 Mei 2022   11:30 Diperbarui: 26 Mei 2022   11:33 926
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sekarang warga kampung tambah pusing, harga sawit mereka dibeli murah oleh bos Budi. Harga anjlok, sejak kran ekspor kelapa sawit dihentikan oleh pemerintah. 

Warga kampung harapan maju juga tambah pusing, harga minyak goreng di warung Pak bedu dan bu sueb, masih mahal. Yang bungkusan kantong plastik, 2 liter masih dijual 60 ribu. Sedangkan yang 1 liter 35 ribu. Karena beban biaya transportasi, pak bedu dan bu sueb mendatangkan migor dari kota, dihitungkan keongkos pengeluaran.

Namanya juga penjual, tidak mau tekor. Tentu harga normal, berbeda dengan harga jual. Harga migor yang sudah mahal, tambah licin lagi. Ongkos transportasi, ongkos makan diwarung pertengahan jalan.Di hitung prosentasi, harga jualnya oleh Pak Bedu dan bu Sueb.

Minyak curahpun, yang didatangkan dari kota masih lumayan harganya. Perliter masih diatas dua puluh ribu rupiah. Karena dihitungkan juga biaya transportasi dan uang makan selama perjalanan. 

Harga minyak goreng di kampung itu, ditentukan oleh Pak bedu dan bu sueb. Kedua warung di kampung itu menjadi penentu harga migor. Kepala kampung, dan sekkam pun dibuat pusing. karena beberapa kali warga demo, agar minyak goreng di kedua warung itu diturunkan sesuai ketentuan harga eceran tertinggi (HET) dari pemerintah. 

" Pak Kepala kampung, tolong harga minyak goreng di warung bu Sueb, dan Pak bedu di kontrol!," teriak bu badriyah.


"Betul!, betul!," teriak ibu-ibu lainnya, saat demo di depan kantor Kepala kampung. 

"Pokoknya Pak, kami mau harga minyak goreng mengikuti aturan Pemerintah. Sesuai HET, harga minyak goreng curah di jual Rp.14.000-15.000," sahut bu poimah. 

"Tong-tong, teng-teng," bunyi wajan dan sutil yang dipukulkan ibu-ibu yang demo sambil membawa peralatan masak mereka.

Sekitar 30 orang ibu-ibu berdemo didepan kantor kepala kampung harapan maju. Pak Kepala kampung dan dikelilingi stapnya, berusaha menenangkan warga. 

"jangan-jangan Pak sueb, dan bu Sueb, bagian dari kartel minyak goreng, Pak hansip, selaku keamanan kampung juga perlu bertindak!," teriak bu rossi sambil mengacung-acungkan sutil didepan muka pak hansip.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun