Mohon tunggu...
Bisyri Ichwan
Bisyri Ichwan Mohon Tunggu... Dosen - Simple Man with Big Dream and Action

Santri Pesantren Darussalam Blokagung Banyuwangi dan Alumni Universitas Al-Azhar Mesir. Seorang yang kagum dengan Mesir karena banyak kisah dalam Al Qur'an yang terjadi di negeri ini. Seorang yang mencoba mengais ilmu pengetahuan di ramainya kehidupan. Seorang yang ingin aktif kuliah di Universitas terbuka Kompasiana. Awardee LPDP PK 144. Program Doktor UIN Malang. Ketua Umum MATAN Banyuwangi. Dosen IAIDA Banyuwangi. Dan PP. Minhajut Thullab, Muncar, Banyuwangi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bertemu Kyai Said Aqil Siradj

13 Oktober 2020   00:40 Diperbarui: 13 Oktober 2020   00:57 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bersama Fadlan, saya bertemu dengan Kyai Said Aqil Siradj di Gedung PBNU (Foto : Bisyri)

Akhirnya saya sadar saat di Stasiun Gambir. Melihat gerobak yang menjual KFC di dalam area stasiun, perut saya keroncongan merasakan lapar. Saya masuk ke dalam antrian orang-orang yang hendak membeli. Hanya ada empat kursi dan dua meja yang disediakan. Setelah membayar, saya duduk di taman bersama bersama beberapa orang. Dua porsi ayam saya habiskan dengan lahap.

Usai makan, aplikasi grab saya buka. Mencari arah dari Stasiun Gambir menuju gedung PBNU yang ada di Kramat Jati. "21.000", tertera jelas di sana tarifnya. Saya klik sebagai bentuk persetujuan. Saat di Banyuwangi tadi, saldo grab sudah saya top up 200.000, mempersiapkan untuk ketika jalan-jalan di Jakarta.

"Boleh duduk depan mas?", tanya saya ketika taksi grab berhenti. Dia sedikit kaget, karena kursi depan sampingnya terlihat berantakan, namun dia tidak bisa menolak permintaan saya. "Silahkan mas", jawabnya. Kami berbincang-bincang biasa. Jalanan di Jakarta jam segini memang selalu macet, apalagi ini adalah pusat kota. Walaupun stasiun Gambir dan kantor PBNU sama-sama di Jakarta Pusat, perjalanan saya tetap memakan waktu lebih dari 10 menit lamanya.

"Ini mas buat beli rokok", saat sampai di kantor depan PBNU, saya kasih bonus sedikit kepada mas taxi grab yang mengantarkan saya. Ungkapan terimakasih keluar dari mulutnya, karena dia tadi bilang, hari ini katanya orderan tidak sebanyak biasanya, apalagi Jakarta di mana-mana macet, sehingga waktu habis di jalan untuk menjemput penumpang.

"Posisi di mana Mas Gilang?", saya mencoba menelpon Mas Gilang yang ketika saya baca di group teman-teman PK Santri 144, dia sudah berada di PBNU. "Langsung ke lantai 8 mas, saya bersama Mas Rizki", jawabnya. Mas Rizki lumayan aktif di group, dia akan kuliyah di S2 Universitas Jember. Saya naik ke lantai 8, melewati Lorong PBNU yang penuh dengan poster para ulama NU terkemuka. Masuk lift, saya pencet lantai 8. "Assalamu'alaikum...", liftnya benar-benar khas NU, islami. Bisa bunyi salam dan ketika berhenti, bisa mengucapkan "Alhamdulillahirobbil 'alamin".

"Bisyri Mas", saya memperkenalkan diri ke Mas Gilang dan Mas Rizki. Rupanya Mas Gilang punya seorang teman satu almamater yang bertugas di kantor PBNU ini di bagian kesehatan. Malam ini, saya diajak mereka untuk menginap di ruangan kesehatan ini di lantai 8. Sekitar jam 10 malam, group WA PK Santri 144 mulai ramai, "Posisi di mana?", mereka menanyakan posisi Mas Gilang dan Mas Rizki yang memang paling aktif.

"Gak usah dijawab mas, nanti malah ke sini semua. Gak cukup ruangannya. Biarlah mereka tidur di masjid PBNU lantai 1", kata Mas Rizki. Karena saya di sini adalah tamu, saya ikut saja opini mereka. Kami tidur lebih awal, karena minggu pagi besok, rencananya sudah ada agenda yang perlu dilaksanakan. Diantaranya acara welcoming dari pengurus PBNU yang akan dilaksanakan di lantai 9 paling atas yang menjadi aula ruang pertemuan.

Setelah sholat subuh, saya ingin menuju ke lantai 1. Saat menuju lift ternyata masih mati. "Hidupnya nanti jam 8 mas, jam segini kalau ingin ke bawah, lewat tangga darurat", kata salah satu orang yang baru keluar ruangan di depan ruang tempat saya menginap, dia menunjukkan lokasi tangga darurat yang ada sebelah kanan saya. Saya membuka pintunya, "Wah lumayan olahraga, dari lantai 8 ke lantai 1", saya membatin.

"Nginep di mana mas tadi?, kami di sini memberi makan gratis para nyamuk", kata Mas Anwar dari Malang sembari kami bersalaman. "Di Lantai 8 Mas, bareng Mas Gilang dan Mas Rizki", "Saya tanya dari tadi malam di group, mereka gak menjawab", kata dia lagi. Saya menjelaskan kepadanya karena tempatnya sempit, takutnya banyak yang ikut nginep di atas, tempatnya tidak muat.

Pada hari minggu jam 9 pagi, saya bertemu dengan salah satu awardee, dulu dia juga belajar di Mesir, bernama Bintan yang menjadi istri dari teman saya waktu di Mesir juga. "Mana Fadlan, suamimu?", saya bertanya kepadanya. "Katanya jam 10 mau ke sini, nanti saya kabari ya". Saya juga mencoba menghubungi nomornya Fadlan secara langsung. Jawaban dia sama dengan istrinya.

Saya menuju lantai 9 mengikuti acara pembukaan dan perkenalan bersama seluruh teman-teman PK Santri 144 yang berjumlah 114 orang. Selama ini kami hanya komunikasi lewat WA saja, beberapa ada yang sudah bertemu pada saat seleksi computer dan substansi beberapa bulan yang lalu. Namun, baru kali benar-benar bertatap muka dan memperkenalkan satu persatu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun