Mohon tunggu...
Bisyri Ichwan
Bisyri Ichwan Mohon Tunggu... Dosen - Simple Man with Big Dream and Action

Santri Pesantren Darussalam Blokagung Banyuwangi dan Alumni Universitas Al-Azhar Mesir. Seorang yang kagum dengan Mesir karena banyak kisah dalam Al Qur'an yang terjadi di negeri ini. Seorang yang mencoba mengais ilmu pengetahuan di ramainya kehidupan. Seorang yang ingin aktif kuliah di Universitas terbuka Kompasiana. Awardee LPDP PK 144. Program Doktor UIN Malang. Ketua Umum MATAN Banyuwangi. Dosen IAIDA Banyuwangi. Dan PP. Minhajut Thullab, Muncar, Banyuwangi.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Filsafat Bahasa bersama Prof. Dr. H. Mudjia Rahardjo, M.Si.

6 Oktober 2019   14:36 Diperbarui: 6 Oktober 2019   15:09 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana di kelas Pasca Sarjana S3 UIN Malang Saat Kosong (Foto : Bisyri)

Konsentrasi ketiga dalam ilmu filsafat bahasa adalah language cognition, bagaimana cara perolehan bahasa. Masing-masing orang dalam memperoleh bahasa memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Kapasitas kognisi seseorang dalam mempelajari bahasa tidaklah sama. Dari teori ini, saya sendiri secara pribadi bisa bercermin.

Ternyata dalam kategori ini, saat mempelajari bahasa non ibu, saya termasuk lemah. Namun bukan berarti tidak bisa mempelajarinya. Adanya kelemahan dalam proses mempelajari bahasa justru memberikan tantangan tersendiri untuk mencari strategi-strategi bagaimana agar sukses dalam mempelajari bahasa itu. Bagitu juga posisi kita sebagai guru atau dosen, misalkan, tidak mungkin seluruh mahasiswa memiliki kemampuan yang sama dalam memperoleh bahasa di mata kuliyah yang ada. Ada berbeda-beda pengetahuan yang diperoleh. Inilah konsentrasi ketiga yang diketahui dari mempelajari filsafat bahasa.

Keempat, Relathionship between language and reality, mengetahui hubungan antara bahasa dan realitas. Manusia adalah mahluk yang sangat bergelimang pengetahuan. Dalam ilmu kalam disebutkan al insan hayawan nathiq, manusia adalah hewan yang berfikir. Manusia satu-satunya mahluk Tuhan yang diberikan keistimewaan untuk berfikir. Sehingga dari ini memberikan pengertian, hanya manusialah yang bisa berbahasa secara sempurna.

Hanya manusia yang bisa mengembangkan bahasanya. Sehingga dari sini lahirlah banyak peradaban. Peradaban yang maju ditandai dengan adanya budaya menulis atau literasi yang tinggi bukan adanya omongan yang banyak. Negara-negara yang berbudaya adalah negara yang warganya gemar menulis.

Jika dilihat secara kosa kata bahasa, bahasa Indonesia hanya memiliki sekitar seratus ribu kosakata bahasa. Sementara bahasa arab memiliki lebih dari dua juta kosa kata bahasa. Bahkan dilhat dari kelahirannya dulu, bahasa Indonesia hanya memiliki tidak lebih dari lima puluh ribu kosakata. Ini yang dijelaskan oleh Prof. Mudji saat menjelaskan konsentrasi yang ke empat dari filsafat bahasa. Salah satu contoh lagi dari hubungan antara realitas dan bahasa dicontohkan beliau dengan bahasa baru yang berlaku di masyarakat. Bahasa yang ingin berlaku di masyarakat paling tidak harus memiliki nilai estetika, kemudahan dalam pengucapannya, serta yang terpenting praktis.

Dalam bahasa inggris, kita mendengar kata complicated, kata ini dalam bahasa Indonesia diartikan dengan kata "canggih". Praktis, punya estetika, dan mudah diucapkan. Berbeda dari kata "canggih", orang akan tetap merasa nyaman menyebut kata Coffebreak dari pada diartikan dalam bahasa Indonesia dengan kata "kudapan", serasa tidak ada estetika disitu. Hal ini juga dipelajari dalam filsafat bahasa dalam konsentrasi nomor empat.

Setelah beliau menjawab pertanyaan saya mengenai Batasan-batasan dalam ilmu filsafat bahasa, teman di samping saya yang bernama Amin Awal bertanya tentang fenomena bahasa yang diungkap dalam ilmu arkeologi. Dia bertanya tentang bagaimana seorang arkeolog bisa tahu tentang arti dari artefak-artefak yang ada yang secara bahasa seringkali mereka tidak meninggalkan konsep kepada orang-orang setelahnya. Bahkan peninggalan-peninggalan seringkali hanya berupa sombol-simbol yang sepertinya tidak jelas.

Dari pertanyaan ini, Prof. Mudji menjawab pertanyaan ini dengan penjelasan bahwa alam semesta ini memiliki dua realitas, realitas pertama adalah given, yang sering kita artikan sebagai ilmu alam. Realitas yang kedua adalah constructed, yakni realitas yang diciptakan oleh manusia dan untuk realitas yang kedua ini ada polanya. Termasuk yang artefak-artefak yang ditinggalkan oleh peradaban-peradaban terdahulu yang diteliti oleh para arkeolog, walaupun tidak ada warisan keilmuwan yang berhubungan dengan artefak itu, para arkeolog dapat mempelajari polanya dan mampu menyimpulkan pengetahuan dari pola itu.

Seperti halnya fenomena negara-negara yang  berperabadan maju, secara sederhana bisa diketahui dari pola penulisan hurufnya. Dulu bangsa arab pernah mengalami peradaban yang maju dan polanya diketahui dari penulisan huruf yang dari kanan. Selanjutnya, perabadan maju  dikuasai oleh negara-negara yang penulisan hurufnya dimulai dari kiri yang pelopori oleh negara-negara eropa hingga Amerika, selanjutnya diteruskan oleh negara-negara yang penulisan hurufnya dimulai dari atas seperti negara Jepang, Korea dan China. Nah, kesimpulan seperti ini, dari yang beliau sampaikan, diperoleh dari pola-pola realitas yang telah ada. Tugas seorang ilmuwan adalah mencari polanya. Mengungkap suatu realitas yang belum terlihat; an articulated reality. 

Sebelum perkuliahan ditutup, saya mencoba melihat jam di hp. Ternyata kami sudah mendengarkan penjelasan keilmuwan beliau yang renyah dan menarik selama tiga jam dan terasa cepat sekali waktu berjalan. Di akhir penjelasan, beliau berpesan, you have to write! Kalian harus menulis! Dan untuk bisa terus menulis harus bisa Self Management, mengatur diri yang baik.

Bangsa yang maju dinilai dari budaya literasinya yang tinggi, bukan banyak ngomongnya yang banyak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun