Mohon tunggu...
Bisyri Ichwan
Bisyri Ichwan Mohon Tunggu... Dosen - Simple Man with Big Dream and Action

Santri Pesantren Darussalam Blokagung Banyuwangi dan Alumni Universitas Al-Azhar Mesir. Seorang yang kagum dengan Mesir karena banyak kisah dalam Al Qur'an yang terjadi di negeri ini. Seorang yang mencoba mengais ilmu pengetahuan di ramainya kehidupan. Seorang yang ingin aktif kuliah di Universitas terbuka Kompasiana. Awardee LPDP PK 144. Program Doktor UIN Malang. Ketua Umum MATAN Banyuwangi. Dosen IAIDA Banyuwangi. Dan PP. Minhajut Thullab, Muncar, Banyuwangi.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Filsafat Bahasa bersama Prof. Dr. H. Mudjia Rahardjo, M.Si.

6 Oktober 2019   14:36 Diperbarui: 6 Oktober 2019   15:09 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana di kelas Pasca Sarjana S3 UIN Malang Saat Kosong (Foto : Bisyri)

Salah satu mata kuliyah di S3 UIN Malang adalah filsafat Bahasa yang diampu oleh Prof. Dr. Mudjia Rahardjo, beliau pernah menjabat sebagai rector di UIN Malang dan expert dalam bidang Filsafat Bahasa. Sejak kuliyah S3 dimulai 2 September yang lalu, salah satu mata kuliyah yang menarik adalah bidang ini.

Pada pertemuan pertama, Prof. Mudji memberikan pemahaman tentang apa itu Bahasa? Beliau mengartikan Bahasa dengan istilah language : an aubitory vocal symbol used by people to communicate. Secara sederhana, bahasa adalah symbol. Saat kita mempelajari Bahasa, maka disitulah kesempatan terbuka lebar untuk mengetahui segala peradaban yang ada di dunia ini. Istilahnya, "pengetahuanku adalah batas duniaku." Salah satu pendiri filsafat Bahasa bernama Witsgenodin mengatakan the limits of my language the limits of my world. Dari sini memberikan pengertian bahwa mengetahui ilmu ini sangat penting dan menarik untuk dikaji lebih dalam.

Prof. Mudji saat menjelaskan di kelas, selalu menghubungkan dengan fakta-fakta social yang ada di Indonesia. Beliau aktif menulis segala sesuatu yeng berhubungan dengan fakta social, diantaranya yang beliau sampaikan di kelas adalah tulisan beliau tentang fenomena Ahok yang didemo oleh golongan jama'ah 212. Di sana beliau mengomentari tentang sikap Ahok yang seandainya dia tahu ilmu Sosiolinguistik, maka demo itu tak akan terjadi. Beliau juga menulis tentang kasus Jokowi yang pernah ramai diperbincangkan dan ditertawakan oleh orang yang tidak seide dengannya saat membaca surat al-fatihah dengan perkataan al-fatekah. Beliau mengomentari fenomena ini dengan menghubungkan antara Bahasa dengan ilmu etnolinguistik.

Dengan gaya beliau dalam menyampaikan filsafat Bahasa yang menghubungkannya bersama fenomena social yang ada inilah yang menjadi menarik. Tiga jam di kelas Bersama beliau seakan waktu yang sangat pendek, apalagi kami di kelas ada 11 mahasiswa dan masing-masing sering kali memberikan pertanyaan yang beraneka ragam.

Hari kamis kemarin, saya salah satu yang bertanya. Saya bertanya tentang Batasan sesuatu yang dibahas dalam filsafat Bahasa. Pertanyaan ini saya ajukan, karena saya merasa penasaran kenapa saat beliau menjelaskan filsafat Bahasa, selalu menghubungkan dengan ilmu apa saja. Sementara, yang saya ketahui, segala sesuatu, ilmu apapun itu pasti ada batasannya, tidak mungkin mutlak tanpa batas.

Selanjutnya beliau menanggapi pertanyaan dengan lebih memberikan apresiasi terhadap pertanyaan ini. Ini pertanyaan yang bagus. Apa Batasan dari pembahasan filsafat Bahasa? Beliau mulai mencari file-file yang begitu banyak di laptopnya yang berhubungan dengan jawaban dari pertanyaan saya.

Salut sekali dengan keistiqomahan beliau dalam menulis. Dari seluruh dosen yang ada di lingkungan kampus UIN Malang, secara prestasi produktifitas dalam menulis, beliau menjadi orang pertama yang paling produktif dalam menulis dan hal itu bisa dibuktikan dengan begitu banyaknya hasil tulisan beliau yang disimpan di laptop beliau dan di website UIN Malang, sampai beliau bercanda dengan mengatakan "ya inilah istri saya", saking banyaknya waktu yang beliau habiskan untuk menulis dengan menggunakan laptop itu.

Beliau menjawab pertanyaan saya dengan empat jawaban, melihat pada salah satu file yang tepat yang pernah beliau tulis entah kapan. Filsafat Bahasa memiliki empat konsentrasi, Pertama, The nature of meaning, untuk mengetahui hakekat makna. Apa yang terlihat, apa yang kita tahu dari fenomena yang ada ini, pasti memiliki makna. Seringkali yang kita baca di media, misalkan, secara hakekat sebenarnya sangat terbalik artinya. Bahkan seringkali yang terlihat tidak sama artinya dengan yang tidak terlihat. Banyak sekali yang menipu. Dengan kita mempelajari filsafat Bahasa, kita belajar tentang bagaimana kita tahu tentang hakikat makna dari sebuah realitas.

Kedua, language use, mempelajari bagaimana penggunaan Bahasa. Saat menjelaskan poin dua ini, Prof. Mudji mulai cerita tentang masa lalu beliau saat berada di semester tiga program sarjana dulu. Beliau diajar oleh seorang dosen yang kebetulan perempuan. Saat itu beliau disuruh untuk membaca naskah Bahasa inggris di hadapan teman-teman mahasiswa di kelas. Nahas, bacaan beliau banyak sekali yang salah. Sampai akhirnya, ibu dosen mengomentari beliau dengan perkataan yang sebenarnya tidak pantas diucapkan oleh seorang dosen dalam pembelajaran. Ibu dosen mengatakan kepada beliau dengan sebutan "ora iso moco, wes ora usah kuliyah. Muleh ae kono nang umah angon wedos", gak bisa baca, gak usah kuliyah, pulang saja ke rumah menggembala kambing. Spontan seisi kelas menertawakan beliau.

Dari cerita di atas, beliau menjelaskan bahwa penggunaan bahasa dipelajari serius dalam ilmu filsafat bahasa. Bahasa menunjukkan peradaban seseorang bahkan negara. Saat ini tahun 2019, entah sudah berapa puluh tahun perkataan dosen tadi kepada Prof. Mudji yang saat itu masih duduk di semester tiga kuliyah S1 dan ajaib, perkataan itu masih beliau ingat sampai sekarang.

Kita seringkali tau, luka yang tergores akibat jatuh atau kecelakaan lambat laun akan hilang, tetapi luka yang ditimbulkan akibat bahasa yang kita ucapkan, seringkali akan terbawa sampai mati. Dalam filsafat bahasa hal ini disebut dengan symbolic violence, kekerasan simbolik yang diakibatkan dari penggunaan bahasa yang tidak semestinya. Jadi hati-hati dalam menggunakan bahasa. Beliau berpesan, janganlah mengatakan perkataan buruk kepada murid atau mahasiswa. Mereka ibarat berlian yang masih berada dalam kubangan lumpur. Belium terlihat. Siapa tau, sekian tahun berikutnya, mereka akan menjadi orang-orang penting, orang-orang yang bermanfaat.

Konsentrasi ketiga dalam ilmu filsafat bahasa adalah language cognition, bagaimana cara perolehan bahasa. Masing-masing orang dalam memperoleh bahasa memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Kapasitas kognisi seseorang dalam mempelajari bahasa tidaklah sama. Dari teori ini, saya sendiri secara pribadi bisa bercermin.

Ternyata dalam kategori ini, saat mempelajari bahasa non ibu, saya termasuk lemah. Namun bukan berarti tidak bisa mempelajarinya. Adanya kelemahan dalam proses mempelajari bahasa justru memberikan tantangan tersendiri untuk mencari strategi-strategi bagaimana agar sukses dalam mempelajari bahasa itu. Bagitu juga posisi kita sebagai guru atau dosen, misalkan, tidak mungkin seluruh mahasiswa memiliki kemampuan yang sama dalam memperoleh bahasa di mata kuliyah yang ada. Ada berbeda-beda pengetahuan yang diperoleh. Inilah konsentrasi ketiga yang diketahui dari mempelajari filsafat bahasa.

Keempat, Relathionship between language and reality, mengetahui hubungan antara bahasa dan realitas. Manusia adalah mahluk yang sangat bergelimang pengetahuan. Dalam ilmu kalam disebutkan al insan hayawan nathiq, manusia adalah hewan yang berfikir. Manusia satu-satunya mahluk Tuhan yang diberikan keistimewaan untuk berfikir. Sehingga dari ini memberikan pengertian, hanya manusialah yang bisa berbahasa secara sempurna.

Hanya manusia yang bisa mengembangkan bahasanya. Sehingga dari sini lahirlah banyak peradaban. Peradaban yang maju ditandai dengan adanya budaya menulis atau literasi yang tinggi bukan adanya omongan yang banyak. Negara-negara yang berbudaya adalah negara yang warganya gemar menulis.

Jika dilihat secara kosa kata bahasa, bahasa Indonesia hanya memiliki sekitar seratus ribu kosakata bahasa. Sementara bahasa arab memiliki lebih dari dua juta kosa kata bahasa. Bahkan dilhat dari kelahirannya dulu, bahasa Indonesia hanya memiliki tidak lebih dari lima puluh ribu kosakata. Ini yang dijelaskan oleh Prof. Mudji saat menjelaskan konsentrasi yang ke empat dari filsafat bahasa. Salah satu contoh lagi dari hubungan antara realitas dan bahasa dicontohkan beliau dengan bahasa baru yang berlaku di masyarakat. Bahasa yang ingin berlaku di masyarakat paling tidak harus memiliki nilai estetika, kemudahan dalam pengucapannya, serta yang terpenting praktis.

Dalam bahasa inggris, kita mendengar kata complicated, kata ini dalam bahasa Indonesia diartikan dengan kata "canggih". Praktis, punya estetika, dan mudah diucapkan. Berbeda dari kata "canggih", orang akan tetap merasa nyaman menyebut kata Coffebreak dari pada diartikan dalam bahasa Indonesia dengan kata "kudapan", serasa tidak ada estetika disitu. Hal ini juga dipelajari dalam filsafat bahasa dalam konsentrasi nomor empat.

Setelah beliau menjawab pertanyaan saya mengenai Batasan-batasan dalam ilmu filsafat bahasa, teman di samping saya yang bernama Amin Awal bertanya tentang fenomena bahasa yang diungkap dalam ilmu arkeologi. Dia bertanya tentang bagaimana seorang arkeolog bisa tahu tentang arti dari artefak-artefak yang ada yang secara bahasa seringkali mereka tidak meninggalkan konsep kepada orang-orang setelahnya. Bahkan peninggalan-peninggalan seringkali hanya berupa sombol-simbol yang sepertinya tidak jelas.

Dari pertanyaan ini, Prof. Mudji menjawab pertanyaan ini dengan penjelasan bahwa alam semesta ini memiliki dua realitas, realitas pertama adalah given, yang sering kita artikan sebagai ilmu alam. Realitas yang kedua adalah constructed, yakni realitas yang diciptakan oleh manusia dan untuk realitas yang kedua ini ada polanya. Termasuk yang artefak-artefak yang ditinggalkan oleh peradaban-peradaban terdahulu yang diteliti oleh para arkeolog, walaupun tidak ada warisan keilmuwan yang berhubungan dengan artefak itu, para arkeolog dapat mempelajari polanya dan mampu menyimpulkan pengetahuan dari pola itu.

Seperti halnya fenomena negara-negara yang  berperabadan maju, secara sederhana bisa diketahui dari pola penulisan hurufnya. Dulu bangsa arab pernah mengalami peradaban yang maju dan polanya diketahui dari penulisan huruf yang dari kanan. Selanjutnya, perabadan maju  dikuasai oleh negara-negara yang penulisan hurufnya dimulai dari kiri yang pelopori oleh negara-negara eropa hingga Amerika, selanjutnya diteruskan oleh negara-negara yang penulisan hurufnya dimulai dari atas seperti negara Jepang, Korea dan China. Nah, kesimpulan seperti ini, dari yang beliau sampaikan, diperoleh dari pola-pola realitas yang telah ada. Tugas seorang ilmuwan adalah mencari polanya. Mengungkap suatu realitas yang belum terlihat; an articulated reality. 

Sebelum perkuliahan ditutup, saya mencoba melihat jam di hp. Ternyata kami sudah mendengarkan penjelasan keilmuwan beliau yang renyah dan menarik selama tiga jam dan terasa cepat sekali waktu berjalan. Di akhir penjelasan, beliau berpesan, you have to write! Kalian harus menulis! Dan untuk bisa terus menulis harus bisa Self Management, mengatur diri yang baik.

Bangsa yang maju dinilai dari budaya literasinya yang tinggi, bukan banyak ngomongnya yang banyak. 

Saya mencoba bertanya kepada Profesor, "walaupun menulis diary Prof", "Everything. Apa saja. Tulis!." Lalu beliau menunjukkan tulisan-tulisan diary beliau yang jumlahnya sudah ratusan. Beliau menulis apa saja dan mengomentari apa saja kejadian-kejadian harian dari fenomena social yang ada dan menilainya dari kaca mata keilmuwan yang beliau kuasai. Terimakasih Profesor. Hari ini saya mencoba menulis lagi, hal-hal yang menurut saya ringan untuk ditulis. Menulis Diary.

Banyuwangi, 6 Oktober 2019 Pukul 14.19 WIB

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun