Bikurmatin,069
Mie ayam cak jum begitu kita mengenalnya.
padahal warung mie ayam itu belum bernama. Tapi kita menamainya sendiri seperti itu. bertahun-tahun tempat kuliner ini menemani kita disaat-saat kelaparan dimalam hari.
Terletak di dekat Simpang Enam yang terkenal, warung kecil itu selalu ramai. Padahal bangunannya hanyalah sebuah emperan sederhana. Akan tetapi begitu banyak cerita tercipta dari kesederhanaan itu. Pemiliknya yang akrab kami panggil Cak Jum juga sesosok yang sederhana. Senyumnya ramah kepada siapa saja. Meskipun kadang-kadang kita bergerombol datang malam-malam disaat beliau sudah mau tutup dan sudah lelah. Tapi tetap saja tersenyum ramah melayani pesanan kita semua. Dan tak pernah tampak marah mendengarkan ributnya guyonan kita.
Porsi nya pas. Harga nya pas. Pas untuk kita remaja -remaja pas pas an. heheh. Dan raasanya juga pas. pas enaknya. Semangkuk  Bakmi dilengkapi dengan potongan-potongan ayam gurih. Bisa ditambahkan dengan sate telur puyuh atau sate cecek dengan bumbu yang maknyus. ada juga buat yang suka potongan-potongan kepala ayam dibumbu kecap yang menjadi favorit salah satu teman saya. Kalau saya sih ga hobby makan kepala ayam.Â
Malam itu sepulang rapat organisasi.
" Joh, kuliner yuk. Laper nih" Seru Fabian di tempat parkir.
"Yuuuuk...traktir ya"
"Yee..males banget"
"Yee...kalau ngjakin itu ya nraktir. kemana sih?"
"Pake nanya..ke Cak Jum lah"