Mohon tunggu...
B. Prasetya
B. Prasetya Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pemenangnya adalah NU

11 November 2018   05:41 Diperbarui: 11 November 2018   17:30 860
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

            Parpol beserta sayap-sayapnya yang terhimpun dalam timses bekerja ekstra keras melepas anak panah asmara ke jantung hati masyarakat, agar menjatuhkan pilihan pada pasangan Capres dan Cawapres usungannya. Begitupun dengan organisasi maupun perseorangan yang berafiliasi dengannya. Semua berjibaku, kaki jadi kepala dan kepala jadi kaki. Sebab ini adalah pertarungan “hidup/mati, kalah/menang”.

Seperti inilah konsekuensi sebuah kontestasi politik/Pilpres. Ini wajar, bila tak siap berlapang dada, baiknya tak turun gelanggang.

           

            Sampai sejauh ini, apakah ada pihak yang berani memastikan bila Capres/Cawapres yang mereka usung pasti menang pada Pilpres 2019? Jawabnya adalah tidak ada satupun parpol, organisasi apalagi perseorangan yang bisa memastikan!

            Namun bila di simak dengan seksama, ada sesuatu yang sangat menarik dari pergerakan NU. Ntah itu disengaja ataupun tidak, ntah itu bagian dari strategi ataukah suatu kebetulan yang mengalir begitu saja, yang pasti sangatlah menarik.

Di saat semua pihak berbondong mendukung secara totalitas hanya pada salah satu Capres/Cawapres tertentu dan menjadikan lainnya sebagai rival, NU dengan tangan dinginnya justru bermain cantik, melahirkan putra-putra (baca = kader dan anggotanya sebagai Capres/Cawapres Indonesia 2019) hebat yang dipersembahkan pada Pertiwi

NU bagaikan orang tua bijak yang mempersembahkan para satrianya demi nusa dan bangsa.

            Di percaturan politik, NU bukanlah pemain baru. Jauh sebelum negara ini merdeka,  mereka sudah kenyang makan asam garam perpolitikan. Mereka adalah pemain-pemain ulung yang mampu berpikir melompat tinggi sehingga tak terjangkau oleh kebanyakan orang. Penampilannya yang low profile, tulus, bersahaja, sejuk serta tak menggurui memudahkan mereka diterima oleh siapapun sekaligus menerima siapapun.  

            NU bukan parpol, NU bukan mesin politik namun NU merupakan energi dalam perpolitikan nasional. NU memang tidak berpolitik namun keberadaannya terbukti mampu mempengaruhi dinamika perpolitikan tanah air.

Hal ini bisa dilihat dengan dilamarnya kyai Ma’ruf Amin sebagai Cawapres Sang Petahana di Pilpres 2019. Dan lamaran itupun diterima dengan tangan terbuka.

            Di sisi lain Prabowo yang memiliki kedekatan dengan almarhum Gus Dur dan tokoh-tokoh NU, kabar-kabarnya juga merupakan anggota NU bahkan memiliki kartu NU. Padahal tak semua tokoh NU memiliki kartu tanda anggota NU (Kartanu).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun