Saat malam mulai berpelukan dengan sepi
Germerlap kehidupan kota menari di antara lampu
Namun di sudut yang jauh, tak terjamah cahaya,
Seorang diri ia berdiri di pinggir jalan,
Dengan make up yang cetar dan wangi yang menusuk hidung,
Menunggu, berharap ada yang berhenti.
Malam ini bukan hanya tentang sepi,
Tapi tentang harapan yang tak terucap,
Ia menanti mereka yang mencari penghiburan,
Berharap ada yang mengisi kekosongan dengan senyum manis
Dan rayuan yang merayap lembut,
Menggoda setiap jiwa yang lewat,
Mungkin hanya untuk satu malam saja.
Tapi pernahkah ia ditanya tentang kebahagiaannya?
Pernahkah ada yang peduli kapan ia merasa bahagia?
Tak satu pun yang datang dengan penuh empati,
Mereka hanya datang untuk mengisi ruang hampa mereka,
Tanpa menanyakan tentang jiwa yang lelah ini.
Tuan dan puan berdasi hitam,
Mereka yang memandang rendah,
Mereka yang melihatnya sebagai aib kota,
Tapi pernahkah kalian bertanya,
Apa yang membuat mereka ada di sini?
Mungkin, hanya nasib yang membedakan kalian.
Mereka ada, karena dunia kalian juga menciptakan ruang ini,
Tak satupun dari kalian mampu menjawabnya dengan jujur,
Kalian hanya mampu mengutuknya,
Menyebut mereka sebagai noda yang harus disembunyikan.
Namun, tahukah tuan dan puan?
Mungkin, kalian adalah sebab mereka ada.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI
Baca juga: Aku Bisa Apa
Baca juga: Sementara Ini
Baca juga: Istana Tua (N)
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!