Mohon tunggu...
Bima Widjanata Suwaji
Bima Widjanata Suwaji Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Seorang Penulis Biasa

Penulis dari kota kecil di Jawa Timur. Mendapatkan passion menulis setelah gemar membaca dan mulai menulis sejak SMA.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Daun Pandan di Tengah Kota

3 Mei 2017   09:59 Diperbarui: 3 Mei 2017   13:30 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Daun Pandan Di Tengah Kota

 

Seketika terlihat cahaya senter dari kejauhan. Terlintas satpam komplek yang berkeliling saat dini hari menjelang. Tapi tak ada suara motor ataupun hentak kaki dari sana. Kolintang mulai gelisah tanpa mengeluarkan suara karena keringat dingin telah bercucuran.

Masih timbul pertanyaan dalam besar siapakah yang ada di kejauhan sana. Wangi khas daun pandan membuat suasana semakin mencekam. Meskipun tubuh Kolintang bertubuh besar dan kekar, tapi seketika itu ciut nyali dalam dirinya. Suara tiupan angin membentur daun pun membuat perasaan Kolintang lemas.

Waktu menunjukkan pukul 1.35 WIB. Kolintang mulai memiliki inisiatif untuk pergi dari tempat dia berdiri sekarang. Sudah lebih dari 30 menit dia berdiri. Mungkin kakinya lemas menahan keringat. Tak lama kemudian dering telepon genggamnya berdering. Sang pujaan hati ternyata mencemaskan Kolintang. Tapi itu tak berpengaruh. Seketika setelah memasukkan telepon genggam, kembali wangi daun pandan semerbak di tengah kota. Kolintang tak kuasa menahan, kemudian berlari.

Seperti ada yang mengejar. Kolintang tak menghiraukan. Dia merasa sudah berlari kencang bagai mobil aduan. Ketika sampai di persimpangan, Kolintang berharap ada si penjual bakso yang biasa mangkal, tapi tak ada. Kembali dia berlari. Kota sunyi sepi. Hanya terdengar suara hentakan kaki Kolintang berlari. Tersandung kakinya karena batuan. Bruk!!!!! Suara badan menghujam tanah. Berdiri dan kembali berlari.

Berhenti menghela nafas. Di bakar sebatang rokok. Sembari menenangkan pikiran dan berusaha menguatkan diri. Sadar tak membawa air untuk diminum. Kerongkongan berasa perih menahan. Sangat ingin dialiri arus air dingin berasa manis.

Setelah puas menghisap rokok, Kolintang kembali melangkah. Namun kali ini dia tak berlari, hanya berjalan. Mungkin setelah menghisap rokok Kolintang menjadi tenang. Tak sadar berada di tengah jalan raya. Mobil dari kejauhan dikendarai sang pengemudi hilang kesadaran karena minuman haram. Kolintang tertabrak dan terpental jauh.

Kolintang mencoba membuka mata. Kembali tersadar. Dia melihat kearah sekeliling. Betapa kagetnya karena dia berada di tempat yang tak asing baginya. Dia tengah berada di atas ranjang empuk manisnya. Tersadar dari tidur dan cerita mencekamnya. Menghela nafas panjang nan berat. Dan kemudian Kolintang kembali melanjutkan tidurnya.

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun