Mohon tunggu...
Purwanto (Mas Pung)
Purwanto (Mas Pung) Mohon Tunggu... Guru - Pricipal SMA Cinta Kasih Tzu Chi (Sekolah Penggerak Angkatan II) | Nara Sumber Berbagi Praktik Baik | Writer

Kepala SMA Cinta Kasih Tzu Chi | Sekolah Penggerak Angkatan 2 | Narasumber Berbagi Praktik Baik | Kepala Sekolah Inspiratif Tahun 2022 Kategori Kepala SMA | GTK Berprestasi dan Inspirasi dari Kemenag 2023 I Penyuluh Agama Katolik Non PNS Teladan Nasional ke-2 tahun 2021 I Writer | Pengajar K3S KAJ | IG: masguspung | Chanel YT: Purwanto (Mas Pung) | Linkedln: purwanto, M.Pd | Twitter: @masguspung | email: bimabela@yahoo I agustinusp134@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila Bukan Pertama-tama Menghasilkan Produk Tetapi Projek Pengembangan Karakter

29 Mei 2023   20:52 Diperbarui: 29 Mei 2023   20:54 1019
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar. Para siswa diberi pendampingan melaksanakan Projek membuat kopi oleh barista dari Universitas Podomoro (Dok.Pri)

"Saya sendiri tidak menyangka kalau akan mendapatkan pendampingan dan diberi modal untuk mempraktikkan keinginan kami bikin usaha sablon kaos. Kami yang ada di tim projek sablon kaos mendiskusikan disain motif dan gambar, menghitung modal dasar dan memastikan bahan kaos yang kami berikan adalah terbaik agar enak saat dipakai" ungkap Brahmanvaso, Siswa SMA Cinta Kasih Tzu Chi

Nikita yang sejak awal suka dengan usaha kopi saat ini sangat terampil meracik kopi dan antusias membuka pesanan kopi saat jam istirahat pelajaran. "Saya belajar menjual kopi, dan senang menawarkan kepada teman-teman" celotehan ditengah aktivitasnya membuat kopi.

Ungkapan reflektif bisa kita simak dari seorang guru yang terlibat mendampingi salah satu projek siswa, Jefry Corpry Hasibuan. "Projek ini sangat keren. Anak dilatih berpikir integrative. Anak mengerjakan sablon koas tetapi mereka juga memikirkan nilai seninya (artistic), berlatih menawarkannya (marketingnya), dan juga membangun percaya diri yang tinggi. Di dalam diri mereka nilai-nilai kewirausahaan ditumbuhkembangkan" Ini adalah salah satu praktik baik pembelajaran Projek kolaboratif di SMA kami.

Itu adalah kesan singkat dan sebagian kecil saja dari proses Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) kolaborasi SMA Cinta Kasih Tzu Chi dengan Universitas Agung Podomoro Jakarta. Banyak pembelajaran yang mereka dapati.

Testimoni di atas menegasi adanya permasalahan P5 yang masih banyak terjadi di sekolah-sekolah. Beberapa kali penulis menjumpai permasalahan terkait dengan pelaksanaan P5, antara lain:

  1. Pendidik memberi tugas kepada para siswa untuk membuat produk dan kemudian dipamerkan. Produk dikerjakan siswa di rumah atau di sekolah. Pendidik itu mengeluhkan waktu yang terlalu banyak untuk P5 karena dua pertemuan sudah cukup.
  2. Seorang kepala sekolah dalam sebuah pertemuan sedang ngobrol dengan teman sebelahnya berujar, "Projek mah gah usah ribet-ribet. Anak-anak dibuat kelompok lalu tentukan saja untuk masak atau bikin kue lalu pada saat penerimaan rapor mereka menjual kepada orang tua. Kegiatan itu difoto. Yang penting ada dokumentasinya."
  3. Seorang pengawas menceritakan peristiwa pada saat diundang menghadiri kegiatan bertajuk "Panen Raya" Pada saat pengawas bertanya terkait dengan bahan baku makanan di sala satu stand siswa, siswa menjawab, "Tidak tahu Pak. Karena yang bikin kue ini mama saya. Kami hanya menjual saja"

Tulisan ini semoga bermanfaat bagi para kepala sekolah dan guru sebagai upaya bersama mensukseksakan Semarak Merdeka Belajar. Substansi P5 adalah proses membangun karakter pelajar, bukan pertama-tama hasil.

Dari hasil analisis dan refleksi penulis bersama para guru, berikut ini adalah sebab kenapa masih terjadi persoalan seperti seputar penerapan P5.


Kurang Pendampingan dan Minim Semangat Belajar Mandiri

Terdapat dua (2) sebab utama yang melahirkan permasalahan terkait P5 yang tidak dilaksanakan secara optimal atau dilaksanakan secara keliru.

  1. Kurang pendampingan terhadap kepala sekolah dan guru
  2. Minimnya semangat belajar mandiri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun