Bentuk koperasi atau paguyuban pedagang kaki lima di setiap kawasan dengan pendampingan dari Dinas Koperasi dan UKM. Berikan pelatihan manajemen usaha, pembukuan sederhana, dan pelayanan pelanggan agar pedagang dapat meningkatkan kualitas dan daya saing.
Fasilitasi akses ke pembiayaan mikro dengan bunga rendah untuk pengembangan usaha. Kembangkan sistem digitalisasi: bantu pedagang untuk go online melalui platform aplikasi pesan antar makanan atau e-commerce, sehingga mereka tidak terlalu bergantung pada lokasi fisik di trotoar.
Promosikan produk pedagang lokal sebagai bagian dari wisata kuliner Jakarta. Dengan pemberdayaan ekonomi yang berkelanjutan, pedagang akan memiliki alternatif sumber pendapatan dan tidak akan terlalu bergantung pada okupasi trotoar.
Program ini membutuhkan anggaran, tetapi jauh lebih kecil dibandingkan kerugian dari revitalisasi trotoar yang gagal karena langsung diduduki pedagang.
Penutup
Dilema trotoar Jakarta antara pejalan kaki dan pedagang kaki lima adalah cerminan dari kegagalan perencanaan pembangunan yang holistik dan berkelanjutan.
Investasi Rp1,1 triliun untuk revitalisasi trotoar tidak akan bermakna jika dalam beberapa bulan trotoar kembali diduduki pedagang.
Tiga solusi yang ditawarkan: pembangunan infrastruktur terpadu untuk pedagang sebelum merevitalisasi trotoar, penerapan Teknik Pengaturan Zonasi yang konsisten, dan integrasi dengan program pemberdayaan ekonomi, adalah langkah konkit untuk memastikan bahwa pembangunan infrastruktur benar-benar berkelanjutan.
Yang dibutuhkan adalah perubahan paradigma: dari pembangunan yang hanya berorientasi fisik menjadi pembangunan yang mempertimbangkan aspek sosial dan ekonomi, dari pendekatan represif menjadi pendekatan solutif, dari konflik nol-sum menjadi koeksistensi yang adil.
Pejalan kaki berhak mendapat trotoar yang aman dan nyaman. Demikian pedagang kaki lima berhak mendapat tempat berdagang yang layak dan strategis. Keduanya bisa dipenuhi dengan perencanaan yang matang dan pelaksanaan yang konsisten.
Saatnya Jakarta membuktikan bahwa kota modern dapat ramah pejalan kaki sekaligus inklusif bagi ekonomi rakyat kecil. Trotoar mesti dikembalikan kepada fungsinya, dan pedagang kaki lima harus diberdayakan di tempat yang tepat, bukan saling berebut ruang, tetapi hidup berdampingan dengan adil dan bermartabat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI